Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Sedang Dalam Bahaya



Sedang Dalam Bahaya

0Tara tidak hanya memarahi Nico, tetapi juga sesekali memukulnya. Meski pukulan itu tidak keras, tetapi Tara benar-benar kesal.     

Di hadapan istrinya, Nico menjadi lebih jujur.     

Semua pelayan berdiri di sana, melihat Tara memarahi Nico. Dan tidak ada satu orang pun yang berani menghentikannya.     

Kepala pelayan mereka telah diusir dan gaji semua pelayan tersebut dipotong karena kelalaian mereka. Kalau mereka tidak mau, mereka bisa langsung meninggalkan tempat tersebut.     

Tetapi dalam kejadian kali ini, semua pelayan yang ada di rumah itu tahu Anya benar. Mereka memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengurus tuan rumah dan juga tamu. Meski tamu bukan tuan mereka, bukan berarti mereka boleh mengabaikan mereka.     

Nico tidak memiliki kemampuan untuk mengurus anak-anak dengan baik sehingga para pelayan itu dibayar untuk membantunya. Tetapi apa yang mereka lakukan? Mereka mmebiarkan Nico membawa anak-anak untuk melakukan hal yang membahayakan.     

Untung saja tadi Aksa terjatuh di atas bantalan angin tersebut. Kalau sampai Aksa terpental dan terjatuh ke tanah, bukankah itu sangat membahayakan?     

Siapa yang akan bertanggung jawab kalau hal itu terjadi?     

Jadi akhirnya, para pelayan itu menerima hukuman mereka. Lagi pula, mereka tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi dari pekerjaan mereka sekarang.     

Nico dan Tara adalah tuan rumah yang sangat baik. Ditambah lagi, anak-anak mereka, Mason dan Madison, sangat penurut.     

"Tidak akan ada kepala pelayan baru di rumah ini. kalau ada yang ingin kalian tanyakan, tanyakan saja padaku. Nico bukan hanya general manajer Atmajaya Group, tetapi juga seorang penghibur. Ia sama sekali tidak mengerti pekerjaan rumah, jadi aku hanya bisa mengandalkan kalian semua. Ia memiliki begitu banyak ide. Kalau ia melakukan hal-hal yang membahayakan, kalian harus berusaha membujuknya. Kalau tidak bisa, tolong sampaikan kepadaku atau kalian juga bisa menelepon ibu mertuaku. Kalau tidak bisa juga, cari Anya atau Aiden," kata Tara dengan suara dingin.     

"Baik, Nyonya," jawab para pelayan secara serentak.     

Nico tidak akan pernah bisa berubah. Tara sudah mengetahui hal ini ketika ia memutuskan untuk menikahinya.     

Tidak peduli apa pun yang terjadi, Tara akan berusaha keras untuk membantunya.     

Kalau ia tidak mampu, masih ada Maria yang bisa membantunya.     

Jalan terakhir adalah dengan mencari Anya dan Aiden. Tetapi kalau sampai itu terjadi, mereka pasti akan memarahi Nico.     

Hari ini, tidak ada yang menyangka masalah ini akan terjadi.     

Nico sendiri sudah cukup jera karena mendapatkan peringatan keras dari Aiden dan Anya, serta dari istrinya sendiri. Untung saja Aksa baik-baik saja.     

Setelah hari itu, saat Nico mengajak anak-anak bermain, tidak peduli dengan anak siapa pun, ia harus memastikan keselamatan terlebih dahulu.     

Setelah hari itu, saat Arka dan Aksa bermain dengan Nico lagi, mereka menjadi sangat berhati-hati. Itu karena mereka tahu, walaupun Nico adalah orang dewasa di mata mereka, Nico tidak cukup bisa diandalkan.     

…     

Setengah bulan kemudian, ada berita baik di Keluarga Pratama, yaitu keluarnya Galih dari penjara.     

Ia berperilaku baik di dalam penjara dan memberi kontribusi dan bantuan yang besar di dalam sehingga ia dibebaskan lebih awal dari hukumannya yang semula.     

Bima dengan bersemangat memesan sebuah restoran di salah satu Atmajaya Group untuk menyambut kepulangan Galih.     

Banyak orang yang diundang, menghadiri makan ini.     

Di sisi Keluarga Atmajaya, selain Bima dan Maria, Aiden dan Anya, Nico dan Tara, serta Nadine dan Harris semuanya hadir.     

Di sisi Keluarga Srijaya, ada Jonathan dan Alisa.     

Irena dan Rian sedang berlibur ke luar negeri sehingga Raka dan Della datang sendiri bersama dengan putri mereka.     

Putri Raka dan Della sangat cantik. Anya dan Nico langsung berebutan, ingin menjodohkan putra mereka dengan anak Raka dan Della itu.     

Oleh karena itu, Anya dan Nico sedang berdebat dengan hebat, memperebutkan gadis kecil itu. Della hanya tertawa melihat kelakuan mereka.     

Ia sama sekali tidak merasa khawatir.     

Dalam hati, ia tahu bahwa Raka sangat menyayangi dan memanjakan putrinya. Apa pun yang diminta oleh putrinya, ia pasti akan memberikannya. Tidak ada gunanya menjodohkan anaknya karena suatu hari nanti ia akan membiarkan putrinya memilih pria yang dicintainya.     

Karena Raka dan Della datang membawa putrinya, Harris dan Nico kembali menjadi topik utama.     

Kali ini Maria, Aiden dan Anya membantu untuk menjelaskan agar Bima tidak terlalu menuntut dari merkea.     

Kondisi Nadine saat ini, yang tidak bisa hamil, adalah sebuah rahasia yang tidak diketahui oleh Nico, Jenny dan juga Bima. Sementara itu, anggota keluarga yang lainnya sudah tahu.     

Tara juga sudah tahu karena setiap hari ia lah yang memeriksa kondisi Nadine. Dan Nadine berulang kali datang ke rumah sakit milik Kakek Tara untuk menjalani pemulihan.     

Keadaannya memang menunjukkan pemulihan, tetapi untuk bisa hamil adalah sebuah takdir.     

Sulit untuk menerima kenyataan itu, tetapi dengan kata lain tidak ada yang bisa dilakukan lagi selain menunggu mujizat.     

Nadine dan Harris masih sangat muda. Mereka masih punya waktu selamanya untuk memulihkan kondisi mereka.     

Orang yang paling bahagia hari ini adalah Galih. Semua orang datang untuk merayakan kebebasannya dari penjara dan bahkan Bima pun ikut datang.     

Setelah makan, semua orang pulang ke rumah masing-masing. Tetapi Anya tidak bisa pulang dengan tenang dan mengambil inisiatif untuk ikut bersama dengan mobil ayah dan ibunya.     

Di perjalanan pulang,Anya menggenggam tangan ibunya dengan erat dan sesekali melirik wajah arahnya. "Ayah, besok aku sudah membuat janji dengan dokter. Apakah ayah bersedia untuk memeriksakan kesehatan ayah? Setelah itu, kita bisa pergi berlibur. Arka dan Aksa sekarang pandai bermain bola. Apakah kamu tidak mau bermain bola dengan cucu-cucumu?"     

"Baiklah. Kamu sudah mengatur semuanya," Galih menyetujuinya.     

Melihat suasana hati Galih yang stabil dan normal, Anya merasa tenang.     

"Apakah kamu merasa tidak nyaman? Wajahmu sedikit merah," Indah mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi Galih, tetapi Galih memiringkan kepalanya dan menghindarinya.     

Saat melihat hal ini, Indah langsung menarik kembali tangannya dengan sedih.     

Anya berpura-pura tidak melihatnya. Namun suasana di dalam mobil itu menjadi tidak enak.     

"Setelah memeriksakan kondisiku, aku tidak berniat untuk kembali ke perusahaan untuk sementara. Jadi kita bisa pergi liburan," kata Galih.     

Anya mengangguk dengan senang.     

…     

Malam itu, Anya tidak bisa tidur dengan tenang. Ia terus berguling ke sana ke mari, tetapi kantuk tidak kunjung datang.     

"Ada apa?" Aiden menyalakan lampu di nakasnya dan memandang istrinya dengan cemas.     

"Aku merasa ayah sedikit aneh. Hari ini ia minum anggur dan wajahnya sedikit merah. Ibuku mengkhawatirkannya dan ingin menyentuh wajahnya tetapi ia langsung menghindar. Di mobil, ia hanya berbicara padaku, tidak mau berbicara pada ibu," Anya mengingat kembali apa yang terjadi dan merasa semakin cemas.     

Aiden mengelus lengan istrinya dan berkata, "Aku sudah mengatur beberapa orang untuk menjaga ibumu. Kalau ada yang terjadi, pasti mereka akan langsung menghubungi."     

Siapa yang tahu begitu Aiden mengatakannya, ponselnya benar-benar berbunyi. Panggilan itu berasal dari pengawal yang ia kirimkan untuk Indha.     

"Ada apa?" Aiden langsung menjawabnya.     

"Tuan, Tuan Galih memukuli Nyonya Indah. Kami mendengar Nyonya Indah berteriak minta tolong, tetapi pintunya dikunci. Apakah perlu saya dobrak?" tanya pengawal tersebut.     

"Apakah kamu yakin ibu meminta tolong?" tanya Aiden dengan tenang.     

"Iya, saya mendengarnya dua kali. Setelah itu, sepertinya mulutnya dibekap karena suaranya menjadi tidak jelas," kata pengawal tersebut.     

Anya langsung bangkit berdiri dari tempat tidurnya dan berlari ke lantai bawah dengan mengenakan sandal rumah.     

"Dobrak pintunya dan selamatkan ibu. Kalau ayah masih melawan, tahan dia. Aku akan segera ke sana," Aiden menutup teleponnya dan bergegas mengejar Anya.     

"Anya, kamu mau ke mana malam-malam begini?" Hana baru mau pergi tidur saat ia melihat Anya berlari dan keluar dari rumah dengan menggunakan piyamanya.     

"Ibuku sedang dalam bahaya!" kata Anya dengan panik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.