Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Bertemu Secara Diam-Diam



Bertemu Secara Diam-Diam

0"Kamu …" Jenny ingin mengatakan sesuatu tetapi Jonathan menutup mulutnya dan menunjuk ke arah pintu. Mereka mendengar seseorang masuk ke dalam kamar mandi.     

Jenny mengangguk, memahami isyarat dari Jonathan. Jonathan mengeluarkan ponselnya dan mengubahnya menjadi mode silent.     

Tepat setelah mengubah mode ponselnya, nomor yang tidak dikenal tiba-tiba saja meneleponnya.     

Setelah ponsel Jonathan, gantian ponsel Jenny yang mendapatkan panggilan. Jenny memandang Jonathan dengan gugup, membiarkan ponselnya itu berdering dengan keras hingga mati.     

Pengawal itu meninggalkan kamar mandi wanita dan pergi ke kamar mandi pria. Ia kembali menelepon Jonathan, tetapi tidak mendengar suara dering telepon sama sekali. Akhirnya ia percaya bahwa Jonathan tidak berada di sana.     

Jenny mengangkat kepalanya, memandang Jonathan sambil tersenyum. Ia memelankan suaranya dan berkata, "Jonathan, bagaimana kamu bisa tahu mereka akan meneleponmu?"     

"Mereka hanya ingin memastikan bahwa kita bersama. Ponselmu berbunyi, menandakan bahwa kamu benar-benar berada di kamar mandi ini. tetapi ponselku tidak berdering. Saat tahu bahwa aku tidak berada di tempat yang sama, mereka pergi," kata Jonathan.     

Jenny mengedipkan matanya dengan terkejut. "Kamu sangat berpengalaman."     

Bilik kamar mandi itu sangat kecil. Mereka berdua berada di sana harus berdempetan satu sama lain. Tubuh tinggi Jonathan memerangkap tubuh Jenny, dan Jenny sama sekali tidak bisa bergerak. Hanya bisa duduk di tempat duduk toilet.     

Pengawal Bima tidak menemukan Jonathan dan memutuskan untuk pergi. Tetapi Jonathan tidak mau pergi dari sana. Ia memegang dagu Jenny dan bertanya. "Apakah kamu merindukanku?"     

Jenny mengulurkan tangannya dan memeluk leher Jonathan seperti biasanya. "Aku sangat merindukanmu. Apakah kamu merindukanku?"     

"Tentu saja," Jonathan menundukkan kepalanya dan mencium bibir Jenny.     

Pada saat itu, seseorang masuk ke dalam kamar mandi. Mereka saling mengerti satu sama lain dan tidak mengatakan apa pun. mereka hanya berciuman tanpa mengeluarkan suara sama sekali.     

Jonathan mendekat ke arah Jenny untuk menyembunyikannya. Jenny tidak bisa mundur lagi. Ia hanya bisa memegang pundak Jonathan dengan erat.     

"Jonathan, bawa aku pergi," Jenny memeluk Jonathan dengan erat. Kesedihan terdengar dalam suaranya.     

"Jenny, percayalah padaku. Aku akan meyakinkan kakekmu," kata Jonathan dengan lembut.     

"Aku ingin bersama denganmu. Aku tidak mau terus menerus merindukanmu dan tidak bisa bertemu denganmu," kata Jenny sambil menangis. "Selama aku bisa bersamamu, di mana pun terasa seperti surga. Bahkan di toilet seperti ini pun aku bahagia."     

Jonathan tersenyum mendengarnya. "Apakah kamu tidak merasa bau di sini."     

"Meski bau sekali pun, aku tidak masalah. Kamu bisa membawaku ke mana pun. Ayo kita pergi!" Jenny meminta Jonathan untuk membawanya kawin lari.     

"Aku berharap semua orang akan merestui hubungan kita. Aku berharap aku bisa menikah denganmu tanpa menyakiti hati orang lain. Aku berharap setelah menjadi istriku, kamu masih bisa muncul di hadapan semua orang dengan berani, tanpa khawatir akan ditemukan oleh kakekmu. Apakah kamu mau menungguku?" Jonathan mengecup sudut mata Jenny dan menghapus semua air matanya.     

"Cium aku!" Jenny mengerucutkan bibirnya dan meminta ciuman hingga akhirnya Jonathan tidak bisa bertahan lagi.     

Dan setelah itu, mereka berpisah satu sama lain. Jonathan pergi dari sisi belakang kafe. Tidak ada yang tahu pertemuannya dengan Jenny di kamar mandi tersebut.     

Tetapi saat Bima mendengar bahwa Jonathan muncul di kafe yang sama dengan Jenny, Bima langsung menyuruh para pengawalnya untuk membawa Jenny pulang. Dan Jenny tidak diperbolehkan untuk keluar lagi.     

"Nona, mari kita pulang," pengawal Bima muncul di hadapan Jenny.     

Setidaknya, pertemuan singkat dengan Jonathan sudah membuat Jenny merasa senang. Ia memanggil pelayan kafe tersebut dan meminta bill.     

"Tiara, aku harus pulang sekarang. Bukankah kamu mengantuk? Kamu sudah bisa pulang dan kembali tidur. Aku akan mengantarmu," kata Jenny sambil tersenyum.     

"Kamu tidak boleh melupakan apa yang telah aku lakukan untukmu. Ingatlah untuk membayarnya suatu hari nanti," kata Tiara, setengah bercanda.     

Jenny memeluk sahabatnya itu. "Bukankah kita sahabat baik? Ngomong-ngomong, bagaimana pendapatmu tentang Rudi? Ia menanyakanmu setelah pertemuan terakhir kalian!"     

"Apakah Rudi yang kamu maksud adalah CEO Aditya Group yang tampan itu?" tanya Tiara.     

"Iya, benar Rudi yang itu. bagaimana pendapatmu mengenai Rudi?" setelah Jenny membayar pesanannya, ia mengajak Tiara ke mobilnya dan meminta pengawal Bima untuk mengantar Tiara terlebih dahulu.     

Tiara bersandar di kursi yang besar dengan malas. "Apa yang bisa aku komentari dari pria semacam itu? Ia memiliki wajah yang tampan, tubuh bagaikan dewa dan kekayaan yang berlimpah. Hanya kamu yang tidak menginginkan pria seperti itu. Aku hanya bisa meneteskan air liur …"     

Jenny memandang Tiara dengan kesal. "Biar aku yang menghapus air liurmu. Terakhir kali, ia minta untuk dikenalkan padamu, tetapi aku tidak mau karena takut kamu disakiti …"     

"Sayang sekali aku terlambat bertemu dengan Kak Harris. Kalau kami bertemu lebih awal, mungkin ia dan kakakmu belum menikah," kata Tiara dengan sengaja.     

"Tiara, berhenti! Kalau kamu seperti ini, jangan salahkan aku memberikan informasimu pada Rudi. Aku tidak akan membiarkan kamu menghancurkan hubungan kakak dan kakak iparku," Jenny mengancamnya.     

"Memberikan informasiku pada Rudi? Kalau ia tahu aku hanyalah gadis desa, apakah ia masih akan tertarik padaku?" Tiara tertawa.     

Semua yang Tiara miliki saat ini adalah milik keluarga bibinya.     

Keluarga bibinya lah yang membesarkannya dan bahkan mengubah nama belakangnya. Bibinya berusaha membujuknya untuk mengganti nama, karena dengan nama bibinya itu, ia tidak akan pernah menderita.     

Kali ini, ia kembali ke kota karena bibinya ingin ia mengurus bar Blurry Night. Bibinya itu berniat untuk memberikan Blurry Night kepadanya setelah menikah nanti.     

Tiara tahu bahwa memiliki bibinya adalah anugerah terbesar setelah ia kehilangan ibunya karena bibinya itu sangat tulus kepadanya. Tetapi tidak pamannya.     

Keluarga bibinya tidak memiliki anak perempuan. Pamannya sengaja membesarkannya untuk menikahkannya pada keluarga kaya. Dengan begitu, keluarga bibinya itu akan mendapatkan bantuan!     

"Kamu adalah putri dari Keluarga Tanadi dan kamu cocok dengan Rudi. Paman dan bibimu tidak punya putri lain. jangan merendahkan dirimu sendiri. Kalau Rudi menyukaimu, meski kamu hanyalah gadis desa, ia tetap akan menyukaimu," kata Jenny.     

"Jangan bicarakan tentang aku. Bagaimana rencanamu selanjutnya? Sekarang sangat sulit bagimu untuk bertemu dengan Jonathan. Apakah kakekmu akan memberi restu?" Tiara merasa masalah Jenny lebih rumit saat ini.     

Jenny bersandar di kursinya dan berkata sambil tersenyum. "Jonathan bilang ia akan menyelesaikannya. Aku hanya perlu menunggunya dengan sabar. Aku sudah menunggunya selama dua tahun dan aku tidak keberatan menunggu lagi.     

…     

Sekitar jam 2 siang, Anya baru bangun dari tidur siangnya. Ia membuka ponselnya dan menemukan grup chat keluarganya sangat ramai.     

Diam-diam Jenny bertemu dengan Jonathan dan terjadi perdebatan yang sengit di grup tersebut.     

Bima : Hari ini, siapa pun yang berani membantu Jenny tidak akan dimaafkan, terutama Anya. kamu adalah menantu Keluarga Atmajaya. Mengapa kamu malah membantu orang lain?     

Aiden : Ayah, dengan siapa Jenny bertemu, itu adalah urusannya. Mengapa kamu melibatkan Anya?     

Nico : Kakek, bibiku tidak melakukan apa pun. Ia bahkan tidak tahu Jenny pergi bertemu dengan siapa.     

Tara : Anya sama sekali tidak ikut campur dalam masalah Jenny dan Jonathan. Ia tidak membantu mereka.     

Bima : Benar ia tidak membantu, tetapi ia bisa saja berdiri bersama denganku dan menentang hubungan mereka. Sayangnya ia tidak melakukan apa pun. Sebagai menantu Keluarga Atmajaya, seharusnya ia punya kesadaran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.