Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Mengenalinya Sama Sekali



Tidak Mengenalinya Sama Sekali

0Wajah Jenny langsung memerah dan ia menundukkan kepalanya dengan malu saat semua orang memperhatikannya. Setelah itu, ia bergumam dengan suara yang sangat kecil. "Meski ia melakukan 'hal-hal buruk' padaku, aku tidak keberatan."     

Melihat ekspresi malu-malu di wajah Jenny, Tiara langsung menebak bahwa Jenny dan Jonathan sudah melakukan hubungan di tahap yang lebih serius. Ia tidak bisa mempercayainya dan bertanya. "Kamu … Kamu berhasil tidur dengan Jonathan? Jenny … Wow …"     

Jenny langsung ketakutan. Ia segera menutup mulut Tiara dan melihat ke sekitarnya dengan cepat. Jantungnya seperti mau copot.     

Untung saja, tidak ada orang di sekitar mereka yang menyadari pembicaraan ini. "Pelankan suaramu! Jangan sampai ada orang yang tahu!"     

Tiara tidak berani bergerak sedikit pun. Ia mengedipkan matanya berulang kali dan mengangguk agar Jenny melepaskannya. Akhirnya, Jenny memindahkan tangannya dari mulut Tiara dan menghela napas lega.     

"Jenny! Sekolahmu selama dua tahun memang tidak sia-sia. Kamu bisa langsung mendapatkan Jonathan begitu pulang. Memang sepertinya sekolah di luar negeri akan menambah pengalaman dan pengetahuan!" Tiara merasa sangat bahagia untuk sahabatnya.     

Siapa yang tidak tahu bahwa Jenny sudah menyukai Jonathan sejak dua tahun yang lalu dan sudah menantinya sejak lama.     

Jenny memutar bola matanya dan bergumam. "Jangan menggodaku! Aku benar-benar bosan sekarang! Akhirnya Jonathan mau menerimaku, tetapi sekarang kakek dan pamanku yang menentang dengan keras. Aku hanya ingin bersama dengannya. Apakah sulit bagi seseorang untuk menikahi pria yang dicintainya? Kalau aku tahu kembali ke Keluarga Atmajaya membuatku sulit untuk menikah dengan pria pilihanku sendiri, lebih baik aku tidak kembali."     

Jenny merasa semakin dan semakin sedih saat mengatakannya. Matanya memerah karena berusaha untuk menahan air mata. Ia sudah dikurung di rumah cukup lama dan ia sudah berusaha untuk menahan diri. Melihat sahabatnya, rasanya ia ingin mengungkapkan semua keluh kesah dan penderitaannya selama ini.     

"Jenny, sebenarnya kamu bisa mendapatkan pria yang lebih baik dibandingkan Jonathan. Tetapi kamu begitu keras kepala dan hidup matimu hanya untuk Jonathan. Apakah kamu tahu menjadi seorang ibu tiri itu tidak semudah yang kamu pikirkan," Tiara juga merupakan seseorang yang jujur, mengatakan semua yang ia pikirkan tanpa basa basi.     

"Aku tidak peduli. Aku ingin menikah dengan Jonathan dan aku hanya mencintainya!" kata Jenny dengan keras kepala.     

Tiara ingin menjawab, tetapi ia langsung menelan kata-katanya saat seorang pelayan datang mengantarkan makanan mereka. Setelah meletakkan makanan di atas meja, pelayan itu berkata. "Nona-nona, hati-hati kopinya masih panas. Selamat menikmati hidangannya!"     

Dua cangkir kopi yang masih panas mengepul di hadapan mereka, tepat berada di samping steak yang mereka pesan. Suasana yang awalnya sedikit suram karena pembahasan mereka menjadi membaik karena kedatangan makanan tersebut.     

"Ayo kita makan dulu. Aku lapar!" air mata mengalir dari mata Jenny, tetapi saat melihat makanan di atas meja, ia menatapnya dengan rakus dan menelan air liurnya. Tiara tidak tahu apakah ia harus tertawa atau kasihan pada temannya. Jenny memang sangat unik.     

Saat mereka hampir selesai makan, Jenny melihat sesosok pria yang berjalan menuju ke meja di sampingnya. Tanpa sadar, Jenny menoleh dan menatap sosok tersebut.     

"Kak Harris?" kata Jenny dengan ragu.     

Harris mendengar suara Jenny tidak jauh darinya. Ia langsung menoleh, tidak menyangka akan bertemu dengan Jenny di sini. "Jenny, mengapa kamu di sini?"     

"Kakak juga kenapa di sini? Aku sedang makan bersama dengan temanku. Apakah kakak sudah makan? Mau ikut makan bersama dengan kami? Di mana Kak Nadine?" Jenny meminta seorang pelayan untuk membersihkan mejanya dari sebagian piring yang sudah kosong agar Harris bisa bergabung.     

"Aku sudah makan, kalian bisa makan. Hari ini aku sedang libur, jadi aku menemani Nadine belanja. Ia sedang mampir ke Iris dan mengatur pelatihan staf untuk minggu depan. Sekarang aku sedang menunggunya," kata Harris sambil tersenyum.     

"Kak, ayo duduk bersama dengan kami. Menunggu sendirian pasti membosankan!" kata Jenny. "Nanti setelah makan kamu bisa membayar untuk kami."     

Harris tertawa. Ia tidak menolaknya dan berjalan ke arah Jenny. "Dasar kamu ini. Baiklah, pesan saja sesuka kalian. Nanti biar aku yang membayarnya."     

"Terima kasih, Kak. Tiara, apa lagi yang ingin kamu makan? Cepat pesan, biar kakak iparku yang mentraktir kita," kata Jenny dengan bangga.     

Saat Harris dan Jenny sedang berbincang-bincang, mereka tidak menyadari bahwa Tiara sedang membeku, memandang wajah Harris.     

Jenny menyadari bahwa temannya yang cerewet itu tiba-tiba saja diam dan tidak mengatakan apa pun. Tidak hanya diam saja, Tiara terus memandang Harris dengan tatapan menerawang.     

Melihat hal ini, Jenny langsung menyenggol Tiara dengan lengannya dan memperkenalkan Harris padanya. "Kak, ini adalah teman dekatku saat SMA, Tiara."     

Setelah itu, Jenny mendekat ke arah Tiara dan berbisik di telinganya. "Tiara, apakah kamu tidak pernah melihat pria setampan ini? Ini adalah kakak iparku, suami kakakku. Jadi kamu tidak bisa … Kamu tahu maksudku, kan!"     

Tiara tersadar kembali karena bisikan dari Jenny. Kali ini, ia melihat wajah Harris lebih jelas dan semakin yakin.     

Ia pernah bertemu dengan Harris sebelumnya.     

Harris adalah tetangganya. Pada saat itu, Tiara tahu bahwa Harris hanya tinggal berdua bersama dengan ibunya, Hana. Meski masih kecil, Tiara juga tahu bahwa Harris dan ibunya sedang dikejar oleh seseorang pada saat itu.     

Ibunya dan beberapa orang desa lainnya lah yang membantu Hana dan Harris pada saat itu.     

Tetapi karena tempat persembunyiannya ditemukan, akhirnya Hana dan Harris pergi dari sana.     

Tidak lama setelah itu, ibu Tiara meninggal dan ia diasuh oleh bibinya yang tinggal di Hong Kong. Ia sudah tidak pernah melihat Harris lagi.     

Tidak disangka, ia bisa bertemu dengan Harris lagi setelah bertahun-tahun berlalu.     

Tiara tidak menyangka bahwa pengorbanannya hari ini untuk menemani Jenny dan kehilangan tidur akan membuat ia bertemu dengan teman yang sudah lama tidak ia lihat.     

Ia sangat senang bisa bertemu dengan Harris di sini!     

Tiara merasa sangat lega melihat Harris baik-baik saja. Ia merasa lega Harris tidak tertangkap oleh orang-orang jahat itu dan bisa tumbuh menjadi pria dewasa seperti ini.     

"Halo, Tiara. Bagaimana kabarmu?" Harris mengangguk dan tersenyum sopan.     

Dari ekspresi di wajah Harris, Tiara tahu bahwa Harris tidak mengenalinya sama sekali. Tiba-tiba saja, Tiara merasakan rasa kehilangan di hatinya yang tidak bisa ia katakan.     

"Kak Harris, kamu benar-benar pelupa. Aku bahkan bisa langsung mengenalimu. Mengapa kamu tidak bisa mengenaliku?" kata Tiara dengan sengaja.     

Harris tertegun, sama halnya dengan Jenny. "Ada apa ini? apakah kalian berdua ada hubungan?"     

"Jenny, jangan berpikir macam-macam. Aku tidak tahu dia. Mungkin Tiara hanya bercanda. Istriku akan segera datang sebentar lagi," Harris sama sekali tidak mengingat wanita di hadapannya ini.     

"Kak Harris, dulu kamu bilang kamu akan menikahiku. Aku masih single sekarang, tetapi kamu sudah punya istri. Sepertinya ada masalah yang harus kita selesaikan sekarang!" Tiara bersandar di kursinya dengan malas dan memandang Harris sambil tersenyum.     

Harris mengerutkan keningnya saat memandang wanita itu. "Aku tidak suka bercandaan seperti ini, terutama di hadapan Jenny. Ia masih kecil. Ia bisa saja salah paham."     

"Aku tidak kecil dan aku tidak bodoh. Pasti ada sesuatu di antara kalian. Kalau kalian tidak menceritakannya dengan jelas, aku akan melaporkannya pada kakakku!" kata Jenny dengan kesal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.