Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Di Belakang



Di Belakang

0"Alisa bilang kamu tidak suka kalau ada orang lain yang makan di mobil?" tanya Jenny dengan suara pelan.     

"Makanlah. Kamu bukan orang lain," kata Jonathan sambil memandang Jenny dengan penuh cinta.     

Jonathan adalah orang yang cinta kebersihan dan sangat memperhatikan kebersihan baik di rumahnya, kantornya, mau pun kendaraannya.     

Tetapi Jenny adalah seseorang yang istimewa untuknya.     

Jenny pasti mengetahui kebiasaannya ini dari Alisa. Itu artinya, Jenny sangat memperhatikan semua yang Alisa katakan. Ia sangat memperhatikan Jonathan, peduli dengan semua kebiasaannya.     

Bagaimana mungkin Jonathan tidak jatuh cinta padanya?     

Mendengar Jonathan menyebutnya bukan orang lain, rasanya seperti memakan sesuatu yang lebih manis dibandingkan madu. Hatinya terasa benar-benar hangat.     

"Aku bukan orang lain, lalu siapa aku?" tanya Jenny dengan sengaja.     

"Wanitaku!" kata Jonathan tanpa ragu.     

Wajah Jenny langsung memerah mendengarnya. Diam-diam ia memandangi wajah tampan Jonathan. "Paman, tiba-tiba saja kamu berubah drastis. Aku merasa semuanya seperti mimpi."     

Sikap Jonathan kepadanya memang benar-benar berubah 180 derajat. Sebelumnya, Jonathan terlihat sedikit menghindarinya dan menjaga jarak dengannya. Tetapi sekarang Jonathan mengungkapkan semua cintanya dengan terang-terangan.     

"Ini bukan mimpi. Biasakan dirimu dengan sikapku yang seperti ini," kata Jonathan sambil tersenyum.     

''Apa yang membuatmu berubah seperti ini?" tanya Jenny.     

"Sebelumnya, kamu adalah keponakan Anya. Aku menyayangimu, tetapi kamu adalah keluarga. Tetapi hari ini, kita sudah melewati batas. Kamu adalah milikku dan aku akan selalu menyayangimu. Kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan di hadapanku," kata Jonathan.     

"Apakah aku benar-benar bisa melakukan apa pun?" Jenny mengambil sepotong ayam dan menyuapkannya ke mulut Jonathan. "Aku ingin menyuapimu. Buka mulutmu!"     

Jonathan sedang memegang setir sehingga ia hanya bisa berkata dengan pasrah. "Jenny, jangan begitu. Aku sedang menyetir!"     

"Aku tidak mengganggumu. Aku hanya ingin menyuapimu. Aaah …" Jenny memandang Jonathan sambil tersenyum.     

Jonathan tidak punya pilihan lain selain membuka mulutnya dan menggigit ayam itu dengan hati-hati.     

Meski ia sudah berhati-hati, kulit ayam itu tetap terjatuh ke celananya. Namun, Jonathan tidak marah sama sekali. "Makanlah. Kalau kamu menyuapiku, nanti malah berantakan."     

"Biar aku yang membersihkannya," Jenny mengulurkan tangannya dan berniat mengambil kulit ayam yang terjatuh itu.     

Wajah Jonathan langsung menegang dan ia menggunakan salah satu tangannya untuk menangkap tangan Jenny.     

Saat menyadari apa yang ia lakukan, wajah Jenny langsung memerah.     

Kulit ayam itu jatuh terlalu dekat dengan bagian pribadi Jonathan. Ia terlihat seperti sengaja sedang menggodanya.     

"Jenny, duduklah. Jangan banyak bergerak," wajah Jonathan terlihat kaku.     

Jenny mengangguk dan langsung bersikap seperti anak baik-baik.     

Namun, tidak sampai di situ. Ternyata, ada sebuah remahan yang masih tertinggal di bibir Jonathan. Saat Jonathan berhenti di lampu merah, Jenny tiba-tiba saja mengecup bibirnya.     

"Ada remahan di bibirmu. Aku sudah membersihkannya," Jenny tersenyum dengan nakal.     

"Dasar kamu!" Jonathan mengulurkan tangannya dan mengelus kepala Jenny.     

…     

Aiden sedang menyetir mobilnya, berniat mengantar Anya menuju ke Iris. Di sebuah lampu merah, ia melihat mobil Jonathan     

"Sejak kapan Jonathan memiliki kekasih?" Aiden melihat seorang wanita di kursi penumpang Jonathan. Wanita itu mencium bibir Jonathan dengan terang-terangan.     

Anya memperhatikan mobil di depannya dan tersedak saat melihatnya. "Aiden, bukankah itu … Jenny?"     

"Benarkah?" Aiden berusaha untuk memperhatikan wanita itu dengan lebih jelas, tetapi sayangnya lampu sudah berganti menjadi hijau.     

"Apakah perlu aku meneleponnya dan bertanya?" Anya memandang Aiden dengan hati-hati.     

"Tidak usah!" ekspresi di wajah Aiden terlihat dingin.     

Anya memahami apa yang dipikirkan oleh suaminya. Hari masih pagi, tetapi Jenny berada di mobil Jonathan. Sepertinya mereka berdua bersama sejak kemarin malam.     

Kemarin malam, Jenny mabuk berat. Jonathan lah yang menemukannya dan mengatakan kepada Anya bahwa ia akan mengantar Jenny pulang ke rumah.     

Itu lah yang Jonathan katakan kemarin malam.     

Tetapi di pagi hari seperti ini, mereka sudah bersama-sama lagi.     

"Aiden, Jenny sudah dewasa. Dan kamu juga mengenal Kak Jonathan. Ia tidak akan memanfaatkan kesempatan," kata Anya. "Kamu sudah berjanji padaku. Meski kamu tidak mau mendukung mereka, tetapi kamu tidak akan menghalangi hubungan mereka."     

Aiden memegang setir dengan sangat erat hingga buku-buku jarinya memutih. Wajahnya terlihat muram dan dingin. "Jonathan tidak berusaha agar Keluarga Atmajaya menerimanya. Ia hanya fokus pada Jenny seorang. Aku tidak bisa menerimanya."     

"Jangan gegabah. Pasti ada kesalah pahaman. Kalau Kak Jonathan benar-benar ingin memanfaatkan Jenny, ia bisa melakukannya sejak dua tahun lalu. Mengapa ia harus menunggu hingga sekarang? Ia sudah bekerja dengan sangat keras dan berusaha dan ia masih tidak bisa mendapatkan dukungan dari keluargamu. Jangan khawatir. Biar aku yang meneleponnya," setelah mengatakannya, Anya mengeluarkan ponselnya.     

"Jenny hidup dengan sangat bebas. Ia juga tinggal di rumah ibumu. Kalau ada sesuatu yang salah, apakah kamu tidak takut ibumu juga ikut bertanggung jawab?" tanya Aiden.     

"Aku juga peduli pada Jenny. Aku mengatakan semua ini bukan hanya karena Kak Jonathan adalah saudaraku. Tetapi aku peduli pada mereka berdua."     

"Anya, tidak perlu tanyakan apa yang terjadi kemarin malam. Tanyakan saja apakah Jonathan tidak mengantar Jenny kembali ke rumah Keluarga Atmajaya atau ke rumah ibumu," kata Aiden dengan suara dingin.     

Anya menghela napas panjang. Pertama-tama, ia menelepon ibunya dulu. Diana mengatakan bahwa kemarin malam Jenny tidak datang ke rumahnya. Katanya, Jenny mengirimkan pesan bahwa ia kembali ke rumah Keluarga Atmajaya dan mengatakan pada Diana untuk tidak menunggunya.     

Dan Keluarga Atmajaya mengira bahwa Jenny masih berada di rumah Diana. Jadi mereka sama sekali tidak tahu bahwa Jenny pergi keluar kemarin malam.     

Jenny menggunakan cara itu untuk bisa bersama dengan Jonathan semalaman.     

"Semua ini salahku. Aku terlalu percaya pada Kak Jonathan. Kemarin ia bilang akan mengantar Jenny pulang, jadi aku pikir ia benar-benar mengantarnya. Aku mengabaikan fakta bahwa ia mencintai Jenny. Bagaimana kalau mereka melakukan kesalahan? Apa yang harus aku lakukan?" Anya memandang suaminya dengan cemas.     

"Telepon Jenny dan tanyakan di mana ia sekarang," jawab Aiden dengan tenang.     

"Apakah masih perlu dipertanyakan?" Anya memandang Aiden dengan bingung.     

"Aku ingin tahu bagaimana sikap Jonathan. Aku juga ingin tahu apakah Jenny jujur atau berbohong."     

Anya langsung menelepon Jenny. Padahal sebenarnya, mobil mereka berada tepat di belakang mobil Jonathan.     

Saat mendengar ponselnya berbunyi, Jenny melihat bahwa itu adalah panggilan dari Anya.     

"Ini bibiku. Apa yang harus aku katakan kalau ia menanyakan ke mana aku pergi kemarin malam?" Jenny memandang ke arah Jonathan dengan gugup.     

"Berikan ponselnya padaku," Jonathan mengulurkan tangannya. Awalnya Jenny terlihat ragu, tetapi akhirnya ia memberikan ponselnya itu pada Jonathan.     

"Anya, ini aku. Jenny sedang bersama denganku."     

"Kalian bersama semalaman?" tanya Anya.     

"Anya, aku mencintai Jenny dan aku ingin bersama dengannya," Jonathan tidak menyembunyikan apa yang merkea lakukan semalam.     

Anya menarik napas dalam-dalam. "Kak, aku tahu kamu mencintai Jenny. Tetapi seharusnya kamu pergi ke rumah Keluarga Atmajaya dan meminta restu dari keluarganya, bukan seperti ini. Apa yang kamu lakukan?"     

"Aku akan mengunjungi Keluarga Atmajaya. Aku ingin meminta restu dari Keluarga Atmajaya dan menggunakan semua saham dan aset atas namaku untuk menikahi Jenny, untuk menunjukkan ketulusanku," kata Jonathan dengan tenang.     

"Berhentilah. Kami di belakangmu," kata Aiden dengan suara yang berat setelah mengambil alih ponsel Anya. Setelah itu, ia langsung menutup panggilan tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.