Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Lakukan Apa yang Kamu Inginkan



Lakukan Apa yang Kamu Inginkan

0Waktu terus berjalan, tetapi Jonathan masih belum bisa menemukan Jenny. Ia menjadi semakin dan semakin khawatir.     

Ia takut ada sesuatu yang terjadi dengan Jenny. Bagaimana kalau Jenny bertemu dengan orang jahat?     

Sepertinya tidak ada jalan lain. Jonathan harus menelepon Anya.     

Anya baru saja membacakan cerita untuk kedua putranya. Sekarang Arka dan Aksa sudah tertidur dengan lelap. Saat ia kembali ke kamarnya, ia mendapatkan telepon dari Jonathan.     

"Kak, mengapa telepon malam-malam? Ada apa?" tanya Anya.     

"Apakah Jenny meneleponmu? Tadi ia datang ke kantorku. Sepertinya aku membuatnya marah. Setelah pulang dari kantorku, ia tidak mau menjawab teleponnya. Apakah kamu tahu ke mana biasanya ia pergi?" tanya Jonathan.     

"Coba pergi ke bar milik temannya, Blurry Night. Akhir-akhir ini Jenny sering bertemu dengan Tiara. Mungkin Jenny pergi menemuinya," kata Anya.     

"Baiklah. Aku akan menghubungimu nanti," Jonathan mengakhiri panggilan dan langsung menuju ke bar yang Anya katakan itu.     

Blurry Night adalah bar yang cukup terkenal di kota tersebut. Di sana, banyak pria dan wanita yang mencari cinta satu malam. Jonathan tidak tahu apakah Jenny pergi ke sana untuk tujuan tersebut atau hanya karena Tiara pergi ke sana.     

Jonathan bergegas menuju ke bar tersebut dan menemukan bahwa mobil Jenny benar-benar berada di parkiran bar tersebut.     

Ia benar-benar datang ke sini.     

Begitu Jonathan memasuki bar tersebut, ia langsung mengerutkan keningnya saat mendengar suara musik yang sangat keras.     

Tiara langsung mendapatkan laporan dari para pegawainya bahwa Jonathan datang ke sana.     

Tiara tersenyum dengan bangga dan menepuk pundak Jenny. "Jenny, Paman Jonathan datang menjemputmu."     

Jenny mengangkat kepalanya yang sedikit pusing dan melihat ke sekelilingnya. "Di mana? Di mana?" tetapi Jenny tidak bisa melihat Jonathan sama sekali. Ia menggunakan tangannya untuk menopang kepalanya yang sudah goyah itu.     

Tiara berbisik di telinga Jenny dan berkata, "Ia baru saja melewati pintu depan. Bagaimana kalau aku meminta seseorang untuk menggodamu, agar Paman Jonathan menyelamatkanmu dan menjadi pahlawanmu?"     

"Tidak usah. Nanti ia malah salah paham denganku," Jenny mengibaskan tangannya dan mengusir semua orang di sekitarnya.     

Setelah semua orang pergi, ia menyandarkan kepalanya di atas meja dan memejamkan matanya.     

Jonathan akhirnya bisa melewati kerumunan orang dan menemukan Jenny di sebuah meja. Ia melihat beberapa botol yang sudah kosong dan hanya satu gelas di meja tersebut.     

"Jenny, apakah kamu minum semua ini?" tanya Jonathan dengan khawatir.     

"Paman Jonathan, ayo minum bersama denganku. Minum bisa melupakan semua masalahmu!" Jenny mengangkat gelasnya ke arah Jonathan dan memaksanya untuk minum.     

Anggur itu sangat keras. Jonathan langsung mengerutkan keningnya saat merasakan anggur itu di mulutnya. "Berapa banyak yang kamu minum sampai mabuk seperti ini. Ayo pulang. Biar aku mengantarkanmu."     

"Mengapa kamu mau mengantarku pulang? Bukankah akan lebih baik kalau kamu membawaku ke hotel?" Jenny berusaha mendorongnya dengan sekuat tenaga tetapi tangannya terlalu lemas.     

Jonathan menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya. "Keluargamu pasti akan khawatir melihatmu seperti ini."     

"Apakah kamu juga khawatir?" wajah Jenny merah karena semua alkohol yang ia minum. Sebenarnya, ia cukup kuat untuk minum alkohol. Tetapi anggur yang ia minum malam ini terlalu banyak. Walaupun tidak sebanyak yang Jonathan bayangkan.     

Tiara lah yang sengaja meletakkan begitu banyak botol kosong di sana dan membersihkan gelas kosong milik orang lain.     

"Jenny, ayo kita pulang. menurutlah," Jonathan berusaha untuk menggendong Jenny dan membawanya keluar dari sana. Tetapi Jenny melawan dan akhirnya mencengkeram kerah baju Jonathan. "Jonathan, aku benar-benar ingin memukulmu!"     

Jonathan memicingkan matanya. "Apakah kamu semarah itu?"     

Jenny membawa tangan Jonathan ke dadanya. Saat Jonathan ingin menariknya, Jenny memegangnya dengan erat. "Hatiku sangat sakit. Sakit sekali …"'     

"Tidak apa-apa kalau kamu mau minum. Tetapi tidak sebanyak ini," Jonathan menarik tangannya dan merangkulnya untuk membantunya bangkit berdiri dari tempat duduk.     

Jenny mendorongnya sekuat tenaga. "Kamu dan aku tidak punya hubungan apa pun. Jangan dekat-dekat denganku. Bagaimana kalau suami masa depanku melihatnya? Toh kamu tidak mau menikah denganku."     

Saat melihat Jenny bersikeras tidak mau bangkit berdiri dari tempatnya, Jonathan merasa ingin tertawa sekaligus menangis. "Jenny, dengarkan kata-kataku. Pulanglah dulu. Aku akan memberi jawaban padamu setelah kamu bangun besok."     

"Sekarang! Apakah kamu mau menikah denganku atau tidak?" Jenny melingkarkan tangannya di leher Jonathan dan menempelkan tubuhnya padanya, memaksa Jonathan untuk memberikan jawaban sekarang juga.     

Jonathan memandang ke arah Jenny. Apakah Jenny minum sebanyak ini untuk memaksanya menikah?     

Bukannya Jonathan yang tidak mau. Tetapi Keluarga Atmajaya yang menentang hubungan ini.     

Kalau sedang sadar, Jenny tidak akan pernah melakukan hal seperti ini. Jenny selalu mengungkapkan perasaannya dengan jujur, tetapi tidak pernah memaksa Jonathan untuk membalas perasaannya.     

Semua orang di sekitarnya tahu bahwa Jenny menyukainya. Tetapi Jonathan tidak pernah mengatakan apa pun mengenai masalah ini.     

"Jenny, kalau aku menjawabnya sekarang, kamu tidak akan ingat saat bangun besok," kata Jonathan dengan sabar dan mengajaknya untuk keluar dari sana.     

Jenny memandang wajah Jonathan sambil tetap memeluk leher pria tersebut. "Paman, bagaimana kamu bisa setampan ini?"     

Jonathan hanya tersenyum. Ia merangkul Jenny dan membantunya menuju ke tempat parkir mobilnya. Ia menemukan kunci mobil Jenny berada di tas dan membawanya pulang dengan mobil tersebut.     

Setelah masuk ke dalam mobil, Jenny terus menangis.     

Jonathan memutuskan untuk memberi kabar pada Anya. "Aku sudah menemukan Jenny. Ia pergi ke bar milik temannya. Sekarang aku akan mengantarnya pulang."     

"Ada apa, Kak?" tanya Anya dengan cemas.     

"Jenny bertanya padaku, apakah aku mau menikah dengannya," kata Jonathan dengan suara pelan.     

"Lalu? Bagaimana menurutmu? Dua tahun sudah berlalu. Kalau kakak tidak menyukai Jenny, katakan dengan jelas padanya. Jangan biarkan ia menunggu," kata Anya.     

"Kakeknya meneleponku dan memintaku untuk menjauh darinya. Keluarga Atmajaya sepertinya menyukai Rudi. Rudi dan Jenny juga cocok. Aku …"     

"Aku tidak peduli dengan pendapat ayah atau pun Keluarga Atmajaya. Aku hanya tanya padamu, apakah kamu menyukai Jenny atau tidak?" tanya Anya.     

"Aku …. Aku menyukainya," jawab Jonathan     

"Kalau kamu menyukainya, bagaimana kamu bisa terus menyakitinya? Jenny hanya ingin bahagia. Keluarga Atmajaya sudah cukup kaya dan tidak perlu mengorbankan Jenny hanya untuk memperkaya keluarga yang sudah berkelimpahan ini. Kalau memang kakak menyukainya, jangan menyerah begitu saja," kata Anya. "Kalau kakak menyukai Jenny, kejarlah dia!"     

"Tetapi ibumu menasihatiku agar aku tidak beerhubungan dengan Jenny. Kalau aku memiliki hubungan dengan Jenny, aku khawatir hubungan itu juga akan mempengaruhimu," kata Jonathan, memberitahu kekhawatirannya.     

"Kakak terlalu khawatir terhadap hal-hal yang tidak penting. Apakah Keluarga Atmajaya akan menendangku hanya karena kakak berhubungan dengan Jenny? Apakah Aiden tidak akan mencintaiku hanya karena kamu menyukai keponakannya? Kamu adalah kamu, aku adalah aku. Kita memiliki hidup kita masing-masing. Lakukan saja apa yang kamu inginkan. Jangan membiarkan orang lain mengatur hidupmu," kata Anya sebelum menutup telepon.     

Aiden baru saja keluar dari kamar mandi. Ia memandang istri kecilnya sambil tersenyum. "Aku mendengarnya."     

"Kak Jonathan menyukai Jenny, tetapi ayah terus menerus memintanya untuk menjauh dari Jenny. Ibuku juga memintanya untuk tidak berhubungan dengan Jenny," Anya menghela napas dengan kesal. "Kak Jonathan dan Jenny saling mencintai satu sama lain. Mengapa mereka tidak bisa bersama?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.