Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Sedih dan Marah



Sedih dan Marah

0"Dua tahun lalu, kamu bilang kamu menyukaiku dan kamu bilang kamu akan selalu menjadi Paman Jonathan untukku. Sekarang, apakah kamu masih ingin menjadi Paman Jonathan?" Jenny mengedipkan matanya saat memandang ke arah Jonathan lekat-lekat.     

"Aku akan selalu menjadi Paman Jonathan-mu. Kamu akan selalu ada di hatiku. Tidak akan pernah aku lupakan," setelah Jonathan mengatakannya, ponselnya berbunyi. Telepon itu berasal dari sekolah.     

Saat mengangkatnya, Jonathan mendengar bahwa Alisa menderita cacar air dan harus dikirimkan ke rumah sakit.     

"Ada apa dengan Alisa?" tanya Jenny dengan cemas.     

"Aku harus segera ke rumah sakit," kata Jonathan, berbalik dan hendak pergi.     

Jenny berdiri di tempatnya, terpaku dan tidak bisa berkata apa-apa. Apa yang sebenarnya Jonathan katakan?     

Jenny bertanya padanya apakah Jonathan ingin ia tetap menganggapnya sebagai Paman Jonathan? Tetapi jawaban yang Jonathan berikan adalah ia akan selalu menjadi pamannya.     

Jenny sudah memiliki dua paman dan ia tidak membutuhkan paman lain lagi.     

'Jonathan, apakah aku tidak bisa menjadi pendampingmu?' batin Jenny.     

…     

Setelah hari itu, Jenny tidak bertemu dengan Jonathan lagi.     

Ia berusaha menghubunginya dan mengirimkan pesan, tetapi Jonathan tidak mengangkat panggilannya dan tidak menjawab pesannya. Jenny merasa bahwa Jonathan kembali menghindarinya.     

Jenny merasa bahwa masalah ini tidak bisa diperpanjang seperti ini. ia tidak mau merasa digantungkan seperti ini.     

Ia pergi ke rumah Jonathan dan mengetahui bahwa Jonathan tidak tinggal di rumahnya akhir-akhir ini, tetapi di sebuah apartemen yang dekat dengan kantornya.     

Jenny tahu bahwa Jonathan tidak menyimpan wanita di rumahnya, tetapi ia tidak tahu mengenai apartemennya. Saat ia pergi ke sana dan tahu bahwa Jonathan tinggal sendiri, ia merasa sangat lega.     

Akhirnya, Jenny memutuskan untuk pergi ke Srijaya Group untuk bertemu dengan Jonathan secara langsung.     

"Jenny, ini sudah malam. Mengapa kamu datang ke sini?" Jonathan bekerja hingga larut malam dan sangat terkejut saat melihat Jenny masuk ke ruangan kantornya.     

Bagaimana Jenny bisa masuk tanpa membawa kartu tanda pengenal?     

Jonathan tahu bahwa semua pelayan di rumahnya mengenal Jenny dan sekarang satpam di apartemennya pun mengenal Jenny. Tetapi ia tidak menyangka bahwa orang-orang kantornya juga berpihak pada Jenny.     

Jenny mengangkat kotak makan di tangannya. "Apakah kamu tidak lihat apa yang aku bawa? Kamu pasti kelaparan karena bekerja hingga larut malam seperti ini."     

"Kamu benar. Aku sedikit lapar," Jonathan tersenyum padanya. "Aku terharu, kamu sengaja datang untuk mengirimiku makanan malam-malam begini."     

Terkadang Jonathan merasa iri dengan Jenny. Bagaimana Jenny bisa mencintai seseorang dengan begitu tulus dan tanpa mengharapkan balasan seperti ini.     

Jonathan tidak tahu bagaimana cara ia harus membalas kebaikan Jenny. Ia merasa masih belum pantas untuk menjadi pria di samping Jenny.     

Kalau ia menolak, Jenny pasti akan pulang dengan sedih. Dan Jonathan tidak sanggup melihatnya.     

Bagaimana pun juga, Jenny menempati tempat yang istimewa di hatinya. Oleh karena itu, ia juga tidak bisa bersikap kejam padanya.     

"Mengapa kamu menghindariku?" tanya Jenny.     

"Aku tidak menghindarimu. Beberapa hari lalu, Alisa sakit sehingga banyak pekerjaan yang menumpuk. Aku tidak pernah menghindarimu," kata Jonathan.     

"Akhir-akhir ini aku tidak nafsu makan dan beratku semakin menurun. Tetapi kalau aku bisa makan denganmu seperti ini, aku akan datang setiap hari," Jenny tersenyum dan meletakkan kotak makan yang ia bawa di atas meja.     

Jonathan membantunya untuk membuka beberapa kotak tersebut dan aroma makanan yang lezat langsung memasuki indera penciumannya.     

Penampilan makanan itu tidak terlalu cantik, tetapi Jonathan tidak keberatan. Karena ia bisa melihat dan ia tahu bahwa makanan yang Jenny bawa ini bukanlah makanan yang ia beli dari luar.     

Sepertinya Jenny sendiri yang memasaknya.     

"Coba yang ini. Apakah enak?" Jenny memandangnya dengan penuh harap.     

Jonathan mengambil sendok dan garpunya, kemudian memasukkan makanan itu satu per satu ke dalam mulutnya. Tanpa sengaja, ia merasakan ada cangkang telur yang masih tersisa di dalam masakan itu, tetapi Jonathan tidak mengatakannya.     

Ia memakannya dan memuji Jenny. "Enak. Di mana kamu membelinya?"     

Mendapatkan pujian dari Jonathan membuat Jenny merona dan berkata dengan malu. "Aku memasaknya sendiri."     

"Aku tidak tahu kalau kamu juga pandai memasak," kata Jonathan. Meski makanan di hadapannya gosong sekali pun, Jonathan tetap akan memakannya dengan lahap dan memuji masakan itu.     

Tetapi memang benar, kemampuan memasak Jenny tidak seburuk itu.     

Jenny tersenyum dengan senang. "Aku juga pandai memasak. Apakah kamu pernah mempertimbangkan untuk menikahiku?"     

Tangan Jonathan berhenti bergerak sejenak, tetapi ia tidak menjawab pertanyaan Jenny. Ia langsung mengalihkan pembicaraan. "Terima kasih sudah memasak dan membawakan makanan untukku. Biar aku antar kamu pulang."     

Jenny mengepalkan tangannya. Hidungnya terasa sedikit perih karena menahan kesedihan di hatinya.     

Selama ini, ia tidak pernah berhenti mencintai Jonathan. Selama dua tahun terakhir ini, ia menenggelamkan diri di dalam studinya karena takut akan merindukan Jonathan kalau ia sedang senggang.     

Mencintai seseorang memang sangat aneh.     

Jonathan lah yang menghiburnya, menemaninya dan mendukungnya ketika ia merasa sedih sebelumnya. Jonathan lah yang membuat Jenny jatuh, bertekuk lutut di hadapannya.     

Di mata Jenny, Jonathan terlihat bersinar dan bahkan sinarnya lebih indah dari bintang yang ada di langit.     

Tetapi saat ini, hati yang begitu mencintai Jonathan itu sedang patah.     

Cinta itu sungguh aneh. Cinta bukanlah sesuatu yang bisa dipikirkan dengan logika.     

Meski sudah bertahun-tahun berlalu sekali pun, sepertinya Jonathan memang tidak memiliki perasaan untuknya. Hatinya begitu keras seperti batu. Dan tidak peduli sekuat apa pun Jenny berusaha untuk memindahkannya, batu itu tetap berdiri kokoh di tempatnya.     

Jonathan berbalik ke arah ruangan kantornya, berjalan ke arah meja kerjanya dan mengambil kunci mobilnya. Sementara itu, Jenny membereskan kotak makan yang ia bawa sambil menundukkan kepalanya.     

Tidak sengaja, air matanya terjatuh dan membasahi meja.     

Ia menarik napas dalam-dalam dan mengedipkan matanya berulang kali untuk menghapus air mata tersebut.     

Saat Jonathan keluar dari ruangannya, ia menemukan bahwa Jenny sudah tidak berada di sana.     

Lift yang berada di depan ruang kantornya itu sudah turun ke lantai bawah.     

Jonathan bergegas turun dengan menggunakan tangga untuk mengejar Jenny, tetapi ketika ia tiba di lobby lantai bawah, Jenny sudah tidak ada.     

Satpam perusahaan mengatakan bahwa Jenny sudah pergi.     

Jonathan merasa cemas saat mengetahuinya. Ia langsung menelepon Jenny, tetapi panggilan tersebut tidak diangkat.     

Ia berlari ke arah tempat parkir dan melihat bahwa mobil Jenny tidak ada di sana.     

Saat Jonathan kembali berjalan ke arah kantornya, ia melewati sebuah tempat sampah dan sebuah barang menarik perhatiannya. Itu adalah sebuah tas makan, dengan gambar beruang lucu menghiasinya.     

Tas itu adalah tas yang Jenny gunakan untuk membawa kotak makan mereka. Saat Jonathan mengambilnya, ia menyadari bahwa semua kotak makan yang Jenny bawa tadi masih berada di dalam.     

Dari tas beruang dan kotak makan yang Jenny buang di tempat sampah itu, Jonathan tahu bahwa hati Jenny hancur berantakan.     

Jenny menanyakan apakah Jonathan mau menikah dengannya?     

Mau! Ia benar-benar menginginkannya.     

Tetapi Jonathan tidak bisa menjawabnya. Ia hanya bisa mengabaikan pertanyaan itu.     

Ia tahu bahwa keputusannya itu membuat Jenny sedih dan marah.     

Jenny pergi ke luar negeri demi Jonathan dan pulang pun untuknya. Namun, begitu Jenny kembali ke Indonesia, Bima meneleponnya dan memintanya untuk menjauhi Jenny.     

Jonathan adalah anak haram dari keluarganya, seorang anak tanpa ibu. Dan ia juga sudah memiliki anak.     

Srijaya Group memang sudah berkembang dengan sangat pesat selama dua tahun terakhir. Tetapi jika dibandingkan dengan Atmajaya Group, perusahaannya tidak berarti apa-apa.     

Keluarga Atmajaya tidak ingin Jenny menikah dengan pria seperti Jonathan dan memahaminya. Itu sebabnya, Jonathan memutuskan untuk menghindari Jenny.     

Ia bilang, ia selamanya akan menjadi Paman Jonathan bagi Jenny dan ia hanya bisa menjadi Paman Jonathan untuk Jenny. Keluarga Atmajaya tidak ingin Jenny memiliki hubungan dengan Jonathan.     

Tetapi ia tidak mau membuat Jenny sedih.     

Dan sekarang, Jenny pulang sendirian dengan hati yang murung. Bagaimana mungkin Jonathan bisa tenang?     

Jonathan berusaha untuk menghubungi Jenny lagi, tetapi Jenny tidak mau menjawanya.     

Tidak semua wanita bisa melakukan apa yang dilakukan oleh Jenny. Jenny tidak memedulikan harga dirinya dan memberanikan diri untuk mendekati Jonathan. Ia menguatkan tekadnya meski berulang kali ia mendapatkan penolakan.     

Jonathan benar-benar merasa cemas. Ia tidak tenang mengetahui Jenny masih berada di luar sana sendirian, malam-malam seperti ini.     

Ia mengelilingi kota dan mencari Jenny di semua bar yang masih buka, tetapi ia masih belum bisa menemukan Jenny.     

Jonathan menelepon Diana, tetapi Diana malah bilang bahwa Jenny pergi untuk menemuinya. Mungkin Jenny terlambat karena macet di jalan.     

Jonathan tidak berani memberitahu Diana bahwa sebenarnya mereka sudah bertemu dan makan malam bersama, tetapi Jenny pulang sendiri dalam keadaan sedih dan marah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.