Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Orang di Balik Keara



Orang di Balik Keara

0"Lain kali, kamu, Nadine dan Tara bisa membantunya agar Kak Maria bisa sedikit lebih tenang," kata Aiden.     

"Aku juga berpikir demikian. Aku harus banyak belajar dari Kak Maria. Sekarang aku sudah menjadi seorang ibu. Aku tidak bisa menyerahkan semua tugas pada orang lain. Kalau sebagai ibu saja aku tidak bisa melakukan apa pun, bagaimana nanti menantuku akan memandangku?" kata Anya.     

"Siapa yang berani memandang buruk tentangmu? Mereka harus melewati aku dulu," kata Aiden sambil mengerutkan keningnya. Membayangkannya saja membuatnya merasa kesal.     

Anya tertawa. "Kamu sudah terbiasa melihat aku yang bodoh. Aku sama sekali tidak bisa melakukan apa pun."     

"Kamu tidak bodoh. Jangan dengarkan omongan orang-orang," Aiden mengecup keningnya, membuat Anya tertawa kecil.     

Setelah itu, Anya berkata, "Ngomong-ngomong, cukup mengejutkan Nico dan Tara bisa berbaikan begitu cepat. Terutama Tara. Aku tidak menyangka ia mau berubah. Sepertinya masalah dengan aktris ini cukup berguna juga," kata Anya.     

Aiden menggenggam tangan Anya dan memain-mainkan jari-jarinya. "Hari ini, ayah sangat senang melihat anak-anak Nico dan Tara. Rumah menjadi lebih ramai."     

"Aku melihat ekspresi Nadine tadi, sepertinya ada masalah. Jangan membuat Harris terlalu sibuk. Itu tidak baik juga untuk kesehatannya," kata Anya.     

"Mereka sudah berusaha untuk mencoba, tetapi tidak kunjung diberi momongan. Bu Hana tahu mengenai masalah ini sehingga ia juga ikut mengatur pola makan Nadine dan memberinya banyak vitamin. Tetapi sampai sekarang belum ada efeknya," Aiden menghela napas panjang.     

"Mengapa seperti itu? Apakah ini ada hubungannya dengan menghilangnya Nadine dulu?" Anya langsung mengingat kejadian saat dulu Nadine menghilang dan bertahun-tahun tidak kembali ke rumah.     

Aiden mengangguk.     

"Semua ini karena Keara. Ia sudah menyakiti begitu banyak orang tetapi ia masih hidup sampai saat ini dan ingin menghancurkan reputasi ibu juga. Benar-benar menjijikkan," kata Anya dengan marah.     

"Ia benar-benar menderita sekarang. Setelah ibumu menghentikan pengobatannya, ia dipindahkan ke kamar biasa. Kulitnya pun bernanah dan ia ingin bertemu dengan ibumu," kata Aiden.     

"Sudah pantas ia mendapatkannya!" jawab Anya. "Aku kasihan pada Nadine. Ia begitu baik, tetapi mengapa Tuhan begitu kejam padanya?"     

"Dokter Tirta sudah memeriksanya. Ayahku sama sekali tidak tahu. Bahkan Nico dan Tara pun tidak tahu. Kak Maria juga tidak tahu. Itu sebabnya kita harus lebih memperhatikan Nadine," kata Aiden.     

Anya mengangguk. Kemudian ia teringat bahwa Nadine masih bekerja di Iris sebagai manajer toko. "Kalau begitu, lebih baik Nadine tidak dibiarkan bekerja di Iris terus menerus. Ia bisa membantuku di sekolah."     

"Apakah bekerja juga mempengaruhi kondisinya?" tanya Aiden.     

"Mungkin saja. Saat ini kita hanya bisa berusaha menghindarinya," kata Anya. Dulu, kondisi ibunya juga dipengaruhi oleh pekerjaannya. Mungkin Anya tidak mengalami hal yang sama, tetapi bukan berarti tidak ada orang lain di luar sana yang mengalami hal yang sama dengan ibunya.     

Mungkin Nadine sedang mengalaminya saat ini sehingga ia sulit hamil.     

"Ya sudah. Kamu saja yang mengatur semuanya," Aiden merasa lebih lega kalau istrinya bisa membantunya untuk mengurus keluarganya.     

Istri kecilnya itu sangat baik hati dan pengertian. Walaupun ia masih muda, bantuannya akan sangat berarti untuk Nadine dan juga Harris.     

…     

Rudi menyelesaikan tugasnya dengan sangat cepat.     

Begitu tahu bahwa anak yang ada di dalam kandungannya itu bukanlah anak Aiden, Jessica merasa sangat murka. Ia tidak bisa terima bahwa pria yang menemaninya malam itu bukanlah Aiden.     

Mengetahui bahwa anak di dalam kandungannya bukan anak Aiden, Jessica langsung menjalani aborsi dan kemudian pergi ke luar negeri.     

Tetapi, Aiden menemukan bahwa Jessica pergi untuk menemui Keara sebelum ia pergi ke luar negeri.     

Malam itu, mereka semua berkumpul di rumah Diana untuk makan malam seperti biasa. Tara sedang diet dan menjaga makan agar ia bisa kembali ke bentuk tubuhnya yang semula, tetapi ia tetap hadir di sana.     

"Apakah benar Jessica menemui Keara? Dalam keadaan seperti ini pun, Keara masih bisa berbuat jahat?" Rudi merasa itu tidak masuk akal.     

Anya memandang ke arah Aiden. "Bagaimana menurutmu?"     

Aiden diam saja dan tidak menjawabnya sehingga Anya mengalihkan pandangannya pada Tara. "Tara, bagaimana menurutmu?"     

"Keara adalah orang di balik semua ini. Atau mungkin ada orang lain lagi yang menyuruhnya," kata Tara dengan sembarangan.     

"Sepertinya pamanku benar-benar ingin aku mati," kata Anya dengan marah. Saat teringat Keara, Anya menjadi ingat pada Toni. Mana mungkin dalam keadaan seperti ini Keara bisa bertindak sendiri, kalau bukan adanya bantuan dari Toni.     

"Mengapa Jonathan belum datang juga? Ayahnya akan segera menjadi iblis lagi," begitu Rudi mengatakannya, Anya dan Tara langsung memandangnya.     

"Mengapa kalian memandangku seperti ini? Apakah aku salah bicara?" tanyanya.     

"Cara bicaramu semakin mirip dengan Nico. Entah mengapa, kami ingin menghajarmu," kata Anya.     

Tara mengangguk. "Jangan ikuti cara bicara Nico kalau kamu tidak mau babak belur."     

"Aku tidak bercanda. Kalau tidak ada masalah apa pun, Toni bisa keluar dari penjara dalam beberapa bulan lagi. Setelah keluar dari penjara, tentu saja ia ingin mendapatkan semua miliknya kembali."     

"Jadi maksudmu, Jessica sengaja menemui Keara, hanya untuk menipu kita. Padahal sebenarnya, pelaku di balik semua ini adalah pamanku?" tanya Anya dengan tenang.     

"Untuk sementara, hanya itu yang terpikirkan olehku," Rudi mengangguk dan memandang Aiden. "Apakah kamu sudah tahu sejak lama."     

Aiden memicingkan matanya dan berkata dengan nada serius. "Posisi Jonathan di perusahaannya saat ini sangat stabil. Tetapi kalau sampai Toni keluar dari penjara, tentu saja akan ada beberapa pemegang saham yang mendukungnya, untuk kepentingan mereka sendiri. Jadi, mungkin saja ada beberapa orang yang melakukan tindakan buruk demi menyenangkan Toni."     

"Mengapa sebenarnya pamanku ingin membunuhku? Apa untungnya untuk dia?" tanya Anya dengan bingung.     

"Kalau bukan karena kamu, apakah ia akan mendekam di penjara?" kata Tara dengan terus terang.     

"Ia pasti membenciku dan membencimu. Ia tidak bisa melakukan apa pun padaku sehingga ia memutuskan untuk melampiaskan kemarahannya padamu," kata Jonathan sambil tersenyum pahit.     

"Kak, kamu sudah datang?" Anya langsung menyambutnya. "Sungguh aneh sekali. Ia tidak mau melakukan apa pun pada anaknya sendiri sehingga ia berniat mencelakaiku yang tidak ada hubungan dengannya."     

"Tidak peduli apa pun yang terjadi, aku adalah anaknya. Ditambah lagi, ia akan segera keluar dari penjara dan perusahaan memintaku untuk menghadiri sidangnya. Mengenai alasan mengapa ia berusaha mencelakaimu, kalau kamu mati, hubungan antara Keluarga Atmajaya, Keluarga Pratama dan Keluarga Srijaya akan terputus. Ketiga keluarga ini saling berhubungan karena kamu," Jonathan duduk di salah satu kursi.     

Rudi bangkit berdiri dan menuangkan anggur untuk Jonathan. "Apakah kamu tidak bisa mengusir ayahmu saja?"     

"Apakah kamu berniat membeli saham perusahaanku? Aku tidak memiliki uang untuk membeli saham dari para pemegang saham itu. Kalau aku punya uang, tentu saja aku akan menendang mereka semua. Meski ayahku keluar dari penjara, tanpa adanya dukungan orang-orang itu, ia tidak bisa berbuat apa pun. Aku bisa mencegahnya untuk kembali ke perusahaan," kata Jonathan, setengah bercanda.     

"Aku akan membantumu. apa yang bisa kamu berikan padaku sebagai gantinya?" tanya Rudi.     

"Apa yang kamu inginkan?" Jonathan tersenyum.     

"Jenny," jawab Rudi.     

"Jenny bukan milikku. Apakah ada hal lain yang kamu inginkan?" Jonathan tersenyum, tetapi ia memegang gelas di tangannya dengan sangat erat, seolah ingin meremukkannya.     

"Hati-hati. Gelas itu sangat mahal. Aku membelinya di luar negeri," kata Anya dengan setengah bercanda.     

Setelah minum tiga gelas, akhirnya Jonathan berkata di depan semua orang, "Kalau Jenny kembali dan ia masih mencintaiku, aku akan mengejarnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.