Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Bebas dan Tanpa Beban



Bebas dan Tanpa Beban

0"Bibi jadi semakin keren! Bagaimana paman bisa membuat bibi begitu mempercayaimu?" tanya Nico dengan penasaran.     

"Mungkin memang wajahmu mudah dipercaya, tidak seperti kamu," Aiden memeluk Anya dan mendekatkan istrinya itu ke dalam rengkuhannya. "Lelah?"     

"Pinggangku sedikit sakit," kata Anya sambil memijat pinggangnya.     

"Istirahatlah," Aiden menarik Anya ke arah sofa agar istrinya itu bisa beristirahat.     

Arka dan Aksa sedang berlarian di dalam rumah. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk bisa berjalan dengan stabil dan cepat. Sekarang mereka sudah bisa berlarian dengan nakal.     

Arka dan Aksa mencari Nico, karena mereka paling suka bermain dengan Nico. Mungkin itu karena Nico sendiri masih seperti anak-anak sehingga Arka dan Aksa merasa seperti bermain dengan anak sebayanya.     

"Kak, ayo bermain!" kata Arka dan Aksa secara bersamaan.     

"Ayo! Aku akan mengambil senjata rahasiaku!" kata Nico sambil berjalan menuju ke arah basement.     

Setelah itu, mereka bermain di ruang bermain yang sudah Bima siapkan khusus untuk anak-anak kecil di keluarganya. Ruangan yang dulunya kosong itu sekarang menjadi ramai dan akan semakin ramai lagi.     

Harris dan Nadine memutuskan untuk kembali ke kamar dan beristirahat. Di kamar, Maria dan Tara sedang berbincang-bincang. Sementara itu, Aiden sedang duduk di sofa bersama dengan Anya sambil memijatnya.     

Hanya Rudi saja yang tidak melakukan apa pun. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk menemani Bima bermain catur.     

Jarang-jarang Rudi memiliki kesempatan untuk bisa bermain catur dengan Bima. Bima adalah kakek Jenny, meski nama belakang mereka berbeda. Kalau ia bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan persetujuan dan dukungan dari Bima, akan lebih mudah baginya untuk menikah dengan Jenny.     

Aiden memandang permainan catur itu dan berkata, "Kalau kamu tertarik dengan keluargaku, kamu seharusnya mendekati Jenny. Untuk apa kamu menghabiskan waktu dengan ayahku seperti ini? kalau Jenny tidak mau, selamanya ia tidak akan menikah denganmu."     

Aiden membongkar pikiran Rudi, membuat Rudi merasa sedikit malu saat memandang Bima yang duduk di hadapannya.     

Sebenarnya, tidak perlu Aiden yang mengatakannya. Bima pun sudah bisa melihat apa yang dipikirkan Rudi.     

Dengan kekuatan Keluarga Atmajaya, sebenarnya ia tidak membutuhkan menantu yang kaya dan berkuasa. Yang Bima butuhkan hanyalah seorang pria yang cukup baik untuk cucunya.     

Tetapi Jenny malah menyukai Jonathan. Situasi dan kondisi Jonathan saat ini tidak lah sesuai dengan yang Bima harapkan dan Jonathan pun tidak punya waktu untuk mengurus Jenny.     

Bersama dengan Jonathan, tidak akan ada yang bisa mencintai dan memanjakan Jenny, seperti yang Bima harapkan.     

Walaupun Bima sudah tua, ia juga seorang pria. Ia tahu betul mengenai seluk beluk seorang pria dan ia masih berharap bahwa Rudi lah yang akan berakhir dengan Jenny.     

Melihat wajah Rudi yang malu-malu, Bima tertawa, "Rudi, apakah kamu benar-benar menyukai Jenny?"     

Rudi menggaruk kepalanya dengan canggung. "Jenny menyukai Jonathan. Kalau setelah kembali dari luar negeri ia masih belum menemukan pasangan yang tepat dan sudah bisa melupakan Jonathan, aku bersedia untuk memulai kembali bersama dengannya."     

"Selama kamu berjuang, kamu pasti akan mendapatkan kesempatan. Aku sangat mendukungmu," kata bima.     

Aiden melirik ke arah Rudi. "Atau kamu bisa membantuku untuk menyelesaikan masalah Jessica."     

"Bagaimana kalau Jenny salah paham nanti?" Rudi langsung menolak. Ia tidak ingin berhubungan dengan Jessica lagi.     

Sebelumnya, Jessica sempat tinggal di rumahnya dan itu saja sudah menimbulkan kesalahpahaman di benak banyak orang.     

"Jenny sedang tidak di Indonesia sekarang. Kalau kamu tidak bilang, ia tidak akan tahu," kata Aiden sambil mengangkat alisnya.     

Tetapi Rudi tetap menolak dan mengibaskan tangannya. "Aku tidak mau. Siapa yang tahu apa rencanamu sebenarnya."     

Untuk memaksa Jenny pergi ke luar negeri, Jonathan menggunakan Sherry sebagai kekasih pura-puranya. Tetapi pada akhirnya, semuanya hanyalah kebohongan semata.     

Dengan bantuan Jonathan, pekerjaan Sherry di stasiun televisi menjadi lebih stabil.     

Ia dan Jonathan saling membutuhkan satu sama lain sehingga mereka saling berteman.     

Tetapi Jenny tidak memahami semuanya. Ia pikir cinta sejati bisa mengalahkan segalanya, termasuk waktu.     

Cinta sejati akan menanti dengan sabar.     

Tetapi dalam kasus ini, hanya Jenny saja yang menunjukkan cintanya pada Jonathan. Sementara itu, Jonathan hanya menganggapnya sebagai anak-anak. Atau mungkin, Jonathan terlalu pandai menyembunyikan perasaannya.     

Tidak ada yang tahu apakah Jenny akan kembali dengan perasaan yang sama.     

Tetapi sejauh ini, Rudi merasa bahwa ia masih memiliki kesempatan. Kalau tidak ada yang bisa membahagiakan Jenny, setidaknya, ia bisa melakukannya, meski hubungan mereka hanyalah sebatas profesionalitas, bukan berdasarkan cinta.     

Karena untuk Rudi, Jenny adalah pilihan terbaik. Namun, ia tetap menempatkan sahabatnya di atas segalanya.     

Kalau Jonathan memutuskan untuk mengejar Jenny, ia akan mundur.     

"Kami membutuhkan bantuanmu dalam masalah ini," Anya bangkit berdiri dan berkata, "Katakan yang sejujurnya pada Jessica. Dan juga ingatkan dia bahwa orang suruhannya lah yang melukai Raka. Kalau ia tidak mau mati, lebih baik segera pergi, menjauh dari keluarga kami!"     

"Apa maksudnya? Pria yang berusaha mencelakaimu dan menusuk Raka itu adalah orang suruhan Jessica?" Rudi terlihat terkejut.     

"Bukan dia, tetapi dia tahu siapa yang melakukannya. Ia tidak bisa memberitahu siapa orang tersebut sehingga ia lah yang akan disalahkan. Kalau begitu, ia pasti bersedia pergi. Saat ia pergi nanti, ia pasti akan menemui orang tersebut dan kita bisa menemukan siapa sebenarnya dalang di balik semua ini," kata Anya.     

"Bibi, ini buruk sekali. Sejak bersama dengan paman, kamu menjadi semakin pintar," puji Nico.     

Namun, pujian itu bukannya membuat Anya merasa senang, malah semakin kesal. "Apa maksudmu? Apakah menurutmu dulu aku bodoh?" Anya memelototinya dengan marah.     

Aksa langsung berlari ke arah ibunya dan membelanya. "Kakak Nico yang bodoh. Ibuku adalah orang paling pintar sedunia.     

"Aksa benar. Aku yang bodoh!" Nico tertawa saat melihat sepupu kecilnya itu langsung membela ibunya seperti macan kecil yang berusaha untuk mengaum.     

"Di antara semua orang di rumah ini, Kak Nico adalah yang terbodoh!" lanjut Aksa.     

"Ibumu dulu tidak sepintar ini. Lain kali aku akan memberitahumu kebodohannya. Kalau aku masih punya kesempatan untuk menceritakannya," setelah mengatakannya, Nico segera melarikan diri karena takut akan dipukuli oleh Aiden.     

Anya merasa tingkah keponakannya itu sangat konyol. Meski sudah menjadi seorang ayah, Nico masih saja kekanakan. "Ia masih tidak mau mengalah, tetapi ia juga bisa melarikan diri dengan cepat," katanya sambil terkekeh.     

Rudi juga ikut tersenyum. "Hidupnya benar-benar bebas dan tanpa beban."     

"Jadi, bagaimana? Bisakah kamu membantuku? Kami sama sekali tidak peduli mengenai anak yang ada di dalam kandungannya. Toh anak itu tidak ada hubungannya dengan kami. Selama dia pergi, dalang di balik semua ini akan ketahuan. Hanya kamu yang bisa melakukannya," kata anya.     

"Meski aku tidak peduli pada Aiden, tetap saja kamu temanku. Aku akan membantumu. Aku rasa aku bisa melakukannya. Tetapi aku membutuhkan lebih banyak informasi," kata Rudi.     

"Nanti aku akan menyuruh Harris untuk mengirimkannya ke ponselmu," kata Aiden.     

Aiden dan Anya pulang ke rumah mereka bersama dengan Arka dan Aksa. Sementara itu, Tara memutuskan untuk menginap di sana agar Maria bisa membantunya menjaga anak-anak dan juga memberi kesempatan bagi Maria untuk lebih lama bersama dengan cucunya.     

Di perjalanan pulang, Anya bersandar di pelukan Aiden. "Mengurus acara makan-makan kecil seperti ini saja sudah melelahkan. Pasti Kak Maria kesulitan melakukannya seorang diri selama ini."     

"Lain kali, kamu, Nadine dan Tara bisa membantunya agar Kak Maria bisa sedikit lebih tenang," kata Aiden.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.