Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Istri dan Ibu yang Baik



Istri dan Ibu yang Baik

0"Bercerai, membawa dua anakku dan pergi. Aku tidak mau bersama dengannya lagi," Tara mendengus dengan dingin.     

"Kamu tidak akan bisa membawa anak-anakmu. Kalau kamu mau bercerai dari Nico, Keluarga Atmajaya tidak akan membiarkan kamu membawa anak-anak. Selain Nico, tidak akan ada yang memedulikanmu," kata Anya.     

"Apakah kamu juga tidak akan memedulikanku?" Tara terlihat tidak percaya.     

"Selama ini kamu menumpang makan dan minum di rumahku. Suamiku harus membiayaimu suamimu, kamu dan anak-anakmu. Apa yang bisa aku lakukan lagi?" tanya Anya dengan sengaja.     

Tara tertawa. "Kamu adalah bibiku. Tentu saja kamu harus menjaga dan mengurus keponakanmu!"     

"Tidak ada orang tua yang mengurus kalian sehingga aku dan Aiden yang selalu mengurus kalian. Lalu bagaimana kalau kalian berpisah? Aku tidak bisa berada di tengah-tengah. Kata-kata cerai itu, jangan sampai kamu mengatakannya pada Nico dan menyakiti hatinya. Biar aku saja yang tahu," kata Anya sambil tersenyum.     

"Aku tidak mengatakannya padanya. Tetapi aku khawatir ia menungguku untuk mengatakan kata cerai itu," kata Tara dengan kecewa.     

"Apakah kamu masih tidak tahu orang seperti apa Nico itu? Kalau Nico tidak benar-benar menyukaimu, ia tidak akan menunggumu selama dua tahun? Dengan dukungan keluarganya sekarang, tanpa melakukan apa pun, ia bisa hidup dengan nyaman. Wanita macam mana yang tidak mau bersama dengannya? Mengapa ia harus menantimu selama dua tahun?" kata Anya.     

Tara tidak menyangkalnya. Meski tidak menikah dengannya, Nico masih memiliki begitu banyak pilihan.     

Tetapi kalau Tara tidak menikah dengan Nico, mungkin ia tidak akan bisa mendapatkan pria yang lebih cocok darinya dibandingkan Nico.     

Tara mencintai uang, Nico memiliki banyak uang.     

Tara menginginkan suami dengan wajah yang tampan, Nico tidak hanya memiliki wajah yang tampan tetapi juga penampilan yang menarik.     

Tara tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah, Nico memiliki banyak pelayan dan tidak menuntut Tara untuk mengerjakan pekerjaan rumah.     

Sebenarnya, setelah menikah dengan Nico, hidup Tara sangat nyaman. Ia tidak perlu mengkhawatirkan apa pun.     

Sampai ia hamil dan akan menjadi seorang ibu. Jarak di antara mereka mulai menjauh dan Tara merasa bahwa Nico tidak membantunya.     

"Aku tahu Nico mencintaiku dan ia adalah pria yang terbaik untukku. Aku juga mencintaimu dan tidak mudah bagiku untuk mengucapkan kata cerai. Aku memperbolehkannya untuk menjadi aktor dan bermain film agar ia bisa mendapatkan pengalaman, agar ia bisa sedewasa dan se-stabil Aiden," kata ara.     

"Tara, mana bisa Nico menjadi seperti Aiden hanya dalam waktu singkat? Nico bukan Aiden dan ia tidak akan pernah menjadi Aiden. Apakah kamu mencintainya saat kamu menikah dengannya?" tanya Anya.     

"Aku menikahinya karena aku menyukai sifatnya. Dengan Nico, aku merasa nyaman dan tenang. Tetapi aku tidak menyukai anak-anak dan aku tidak tahu bagaimana cara berinteraksi dengan mereka. itu sebabnya aku meminta Nico untuk mengurusnya. Aku ingin ia menjadi sosok ayah dan contoh yang baik untuk …"     

"Berhenti, berhenti. Kamu tidak menyukai anak-anak. Kamu mendukung Nico untuk bermain film agar ia menjadi dewasa, menjadi ayah yang baik. Lalu bagaimana denganmu?" Anya tidak memahami jalan pikir Tara.     

"Anak kecil itu kotor dan bau. Kalau mereka tidak makan, mereka hanya bisa menangis dan menghabiskan banyak tenaga. Sungguh merepotkan. Aku tidak ingin memiliki anak, tetapi semua orang menyuruhku untuk memiliki anak. Aku tidak apa-apa mengandung anak-anak itu, tetapi setelah melahirkan, biarkan Nico yang mengurusnya!" kata Tara.     

"Apakah kamu bukan ibu dari anak-anak itu? Mengapa kamu tidak mau melakukan apa pun dan berharap bahwa anakmu akan langsung lahir sebagai anak yang cerdas. Kamu menyuruh Nico untuk menjadi ayah yang baik, bagaimana denganmu? Apakah kamu bisa menjadi ibu yang baik?"     

Tara tertegun saat Anya menanyakannya.     

Benar kata Anya. Apakah ia bisa menjadi ibu yang baik?     

"Aku … Pokoknya, aku tidak peduli. Aku tidak ingin punya anak. Aku sudah melahirkan mereka dan biarkan orang-orang yang menyukai anak-anak dan peduli pada mereka yang mengurusnya. Dan lagi, Nico sudah mengecewakan aku. Aku membiarkan ia mengejar mimpinya agar ia bisa kembali menjadi sosok yang dicontoh oleh anaknya. Tetapi ia malah mencari wanita lain di luar sana."     

"Aku merasa, bukan hanya Nico saja yang butuh banyak pengalaman. Tetapi kamu juga. Ia belajar untuk menjadi ayah yang baik. Seharusnya, kamu juga belajar untuk menjadi seorang ibu yang baik," Anya mengembalikan topik utama pada masalah parenting di antara Nico dan Tara, bukan masalah perselingkuhan.     

"Aku sibuk bekerja. Apakah aku tidak bisa mencari guru saja untuk mengajari anak-anakku?" tanya Tara.     

"Bagaimana kalau anak-anak itu lebih berbakti pada guru mereka dibandingkan padamu? Kamu hamil selama 9 bulan, melahirkan dengan susah payah, hanya untuk membiarkan mereka menyayangi orang lain?" kata Anya dengan sengaja.     

"Kamu benar. Aku sudah susah payah melahirkan mereka, mempertaruhkan nyawaku. Tetapi Nico berselingkuh dariku. Ia punya wanita lain. Apa yang harus aku lakukan?"     

"Nico tidak berselingkuh. Ia tidak melakukan apa pun. Bukan berarti tidak akan ada wanita lain yang mengejarnya. Sama halnya dengan Aiden. Ada begitu banyak wanita yang menyukai Aiden, tetapi Aiden tidak melakukan apa pun. Kalau kamu terus bersikap keras pada Nico seperti ini, bukankah itu sama saja dengan mendorongnya ke pelukan wanita lain? Bagaimana kalau Nico benar-benar kabur? Kamu harus mengurus dua anakmu sendirian. Apakah kamu mau?" tanya Anya.     

Walaupun Tara merasa tidak senang, ia tahu bahwa yang dikatakan Anya itu benar.     

Ia tahu bahwa Nico tidak melakukan apa pun, tetapi saat mendengar bahwa ada wanita yang berusaha untuk mendekati Nico, Tara merasa tidak nyaman.     

"Menurutmu apa yang harus aku lakukan? Aku akan mengikuti saranmu," kata Tara pada akhirnya.     

"Bukankah wanita yang mendekati Nico itu berasal dari tempat syuting? Ikutlah dengannya. Ke mana pun ia pergi syuting, kamu akan mengikutinya bersama dengan anak-anakmu. Kamu bisa membawa pengawal, suster dan pelayan untuk membantumu," kata Anya.     

"Bagaimana dengan pekerjaanku?" Tara memikirkan mengenai kliniknya yang memiliki begitu banyak cabang.     

"Berapa banyak uang yang kamu dapatkan dari klinikmu? Berapa banyak uang yang Nico dapatkan dari Keluarga Atmajaya? Berapa banyak saham dan aset yang ia miliki? Apa artinya uangmu itu? Kamu hanya perlu banyak olahraga, kembali ke bentuk tubuhmu yang semula dan bersantai-santai. Tanpa melakukan apa pun, hanya dengan Nico di sampingmu, uang sudah mengalir masuk dengan sendirinya," kata Anya.     

Tara terdiam dan kemudian mengangguk. Ia terkejut dengan kata-kata Anya itu. "Itu sangat masuk akal. Lalu apa yang harus aku lakukan kalau ada wanita yang menggoda suamiku?"     

"Tidak heran kalau ada wanita yang menyukai Nico karena Nico memiliki segalanya. Ia memiliki wajah tampan, penampilan menarik dan keluarga yang kaya raya. Tetapi bukan berarti Nico juga menyukai mereka kan? Kalau kamu meninggalkannya, itu artinya kamu yang bodoh. Lagi pula, wanita juga tidak akan mau memiliki hubungan dengan pria yang mudah berpindah hati," kata Anya, menunjukkan pendapatnya dari sisi pandang wanita.     

"Sebenarnya, Nico memang sangat polos. Ia begitu mencintaiku sehingga walaupun aku marah padanya, ia masih memikirkan untuk membelikan aku makanan," setelah menenangkan dirinya, pikiran Tara menjadi lebih jernih. Ia merasa Nico sangat baik padanya.     

"Lalu mengapa kamu tidak puas padanya? Mengapa kamu terus bersikap keras padahal ia begitu baik padamu? Tara, menurutmu bagaimana aku di mata Aiden?" tanya Anya.     

"Kamu adalah istri dan ibu yang baik," kata Tara.     

"Kamu juga baik di mata Nico, sama dengan aku di mata Aiden. Kalau suami istri saling mencintai, mana mungkin ada wanita di luar sana punya kesempatan untuk merebutnya?" kata Anya sambil tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.