Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Bahaya



Bahaya

0"Aku baik-baik saja. Tapi Raka …"     

"Ayah sudah mengatur dokter bedah terbaik untuk mengoperasinya. Ia akan baik-baik saja," hibur Aiden.     

"Jangan khawatir. Aku akan menelepon seseorang di dalam dan menanyakan kondisinya," kata Bima. Setelah itu, ia meminta asistennya untuk menelepon seseorang yang berada di dalam ruang operasi.     

Begitu teleponnya terhubung, mereka semua mengetahui bahwa pendarahan yang dialami oleh Raka sudah berhenti dan operasinya berjalan dengan lancar. Bima merasa lega setelah mendengarnya. "Jangan khawatir. Operasinya berjalan dengan lancar. Raka akan segera keluar."     

Rian langsung menggenggam tangan Bima dengan penuh semangat. "Terima kasih. Untung saja Raka baik-baik saja."     

"Terima kasih karena Raka sudah menyelamatkan Anya. Kamu memiliki anak yang baik," Bima menepuk pundak Rian. "Selama Raka terluka, kalau ada yang kalian perlukan, kalian bisa langsung meminta kepada kami."     

"Ah … Tapi …" saat Rian hendak menolak, Irena langsung menariknya dan berkata dengan cepat. "Raka tidak bisa mengurus perusahaan saat terluka seperti ini. Saat ini ia sedang menangani beberapa proyek yang tidak bisa ditunda."     

"Aiden, Raka menyelamatkan istrimu. Kamu harus membantunya selama ia masih dirawat," kata Bima.     

Aiden langsung menyetujuinya. "Aku akan berusaha yang terbaik."     

Irena cukup cerdik dalam memanfaatkan kesempatan. Dengan bantuan Aiden, semua proyek yang Raka kerjakan akan menjadi tanggung jawab Aiden.     

Sebenarnya, dengan kemampuan Raka, proyek-proyek itu belum terjamin menjadi milik Mahendra Group. Tetapi berbeda dengan Aiden.     

Selama Aiden yang mengerjakannya, Mahendra Group akan mendapatkan semuanya.     

Bukannya Aiden tidak bisa melihat kelicikan Irena, tetapi Aiden tidak keberatan membantunya. Karena tidak ada yang lebih penting dibandingkan keselamatan Anya.     

Raka telah menyelamatkan Anya dari bahaya, tanpa memedulikan dirinya sendiri. Tentu saja Aiden akan melakukan apa pun untuk membalasnya.     

Ketika Irena melihat Aiden setuju, ia langsung tidak merasa marah lagi pada Anya. Sifatnya bahkan langsung melembut.     

"Anya, pergilah untuk cuci tangan dan ganti baju. Raka baik-baik saja. Kamu tidak mungkin menemuinya seperti itu kan? Nanti Raka akan khawatir," kata Irena dengan suara lembut.     

Anya yang masih berada di dalam pelukan Aiden tidak mengatakan apa pun. Ia hanya bersandar di pelukan Aiden. Aiden merangkul pundaknya dan berkata, "Biar aku yang membawanya untuk ganti baju. Nanti kami akan langsung ke kamar."     

Indah mengikuti mereka dalam diam. Keluarga Atmajaya sudah membawakan baju ganti untuk Anya.     

"Aiden, bagaimana kalau ibu saja?" Indah khawatir terhadap Anya dan menawarkan bantuan.     

"Ibu pasti lelah. Ibu istirahat saja. Biar aku yang menemani Anya," Aiden membawa Anya ke dalam kamar mandi.     

Ia menggenggam tangan Anya dengan sangat lembut, membuka air kran dan mencuci semua bekas darah yang melekat di tangan Anya.     

Air hangat itu membasuh tangan Anya, membuatnya jauh lebih tenang dari sebelumnya. Ia mengangkat kepalanya dan memandang wajah tampan suaminya dari cermin. "Aiden, ada seseorang yang ingin membunuhku."     

"Jangan khawatir. Aku akan melindungimu," Aiden mengecup puncak kepala Anya dengan lembut. "Aku mengganti semua pengawal yang melindungimu. Mereka terlalu bodoh."     

"Untung saja Raka baik-baik saja. Kalau sampai sesuatu terjadi padanya, bagaimana aku harus menjelaskannya pada orang tuanya? Bagaimana dengan Della? Mereka akan menikah. Aku … Aku yang membuatnya terluka seperti ini …" kata Anya. Air mata mengalir di wajahnya.     

Aiden langsung menghapus air mata itu dengan sebuah handuk hangat. "Ia khawatir kamu akan terluka. Jadi ia memberanikan diri untuk melawan, tanpa memedulikan dirinya sendiri. Saat menemuinya di ruangan nanti, kamu harus tersenyum dan mengatakan bahwa kamu baik-baik saja."     

Anya mengangguk berulang kali.     

Setiap hari saat ia keluar, pengawal Aiden akan menemaninya. Anya pikir dengan adanya semua orang di sekelilingnya, ia akan baik-baik saja.     

Tetapi saat bahaya terjadi, pengawal Aiden bahkan tidak sempat bereaksi. Hanya karena hidup Anya damai dan tenang akhir-akhir ini, semua orang di sekitarnya juga ikut tenang dan tidak waspada sama sekali.     

Mata Aiden terlihat dingin. Siapa yang sebenarnya ingin membunuh Anya? Bagi Aiden, ini bukanlah lelucon.     

Kali ini, Raka menyelamatkan Anya. Tetapi bagaimana dengan berikutnya?     

Indah berjalan ke arah pintu kamar mandi dan mengetuknya dengan pelan. "Anya, ini bajumu. Kamu bisa berganti baju."     

Aiden membuka pintu dan mengambil baju tersebut. setelah beberapa saat, Anya sudah mengganti pakaiannya yang baru dan keluar dari kamar mandi.     

Matanya merah dan bengkak. Ia melihat ibunya menatapnya dengan cemas dan langsung berjalan menghampirinya. "Ibu, jangan khawatir. Aku baik-baik saja!" kata Anya sambil memeluk Indah.     

"Bagaimana aku tidak khawatir? Kalau hari ini Raka tidak ada di sana, kamu akan …" air mata mengalir di wajah Indah.     

"Tidak apa-apa. Ada pengawal Aiden," hibur Anya.     

"Ada begitu banyak pengawal yang mengikutimu setiap hari, tetapi mengapa mereka tidak bisa menghentikan bahaya? Ia membiarkan pria mencurigakan itu menerobos masuk dan juga melarikan diri setelah melakukan kejahatan," kata Indah dengan marah. "Aku ingin mereka diganti!"     

"Ibu, semua ini karena kelalaianku juga. Aku akan mengganti semua pengawal dengan yang lebih profesional," kata Aiden.     

Indah juga tidak bisa mengeluh pada Aiden. Sejak kepergian Ivan ke luar negeri, pekerjaannya di Indonesia menjadi sangat sibuk.     

"Tidak usah. Kamu pasti sibuk. Biar ibu yang mengaturnya. Para pengawal itu bisa melewati pelatihan lagi di Iris Perfume Academy," saat memikirkan bahwa ia hampir saja kehilangan Anya lagi, Indah langsung turun tangan.     

Anya memeluk ibunya dan tersenyum.     

"Jangan bilang mengenai kejadian ini pada ibumu. Ia pasti khawatir," kata Indah. Ia takut Diana akan shock lagi karena Anya hampir saja mengalami bahaya.     

Anya mengangguk dan setuju dengan saran ibunya.     

Setelah itu, Indah mengalihkan perhatiannya dari Anya pada Aiden. "Aiden, ada yang ingin ibu tanyakan. Apa sebenarnya hubunganmu dengan Jessica? Mengapa ia mengirimkan hasil USG kepada Anya?" tanya Indah sambil memandang Aiden.     

Aiden menoleh ke arah Anya, mendapati istrinya tersenyum dan mengangguk. "Jessica sedang hamil. Apa yang akan kamu lakukan?"     

"Aku akan memberitahu ayah dari anak itu untuk mengurusnya," kata Aiden dengan tenang.     

"Aku harap anak itu bukan anakmu," kata Indah.     

"Ibu, akhir-akhir ini ada rumor yang tidak menyenangkan mengenai kamu. Rumor itu berasal dari Keara. Apakah perlu mengklarifikasinya?" kata Aiden.     

"Tidak perlu. Biarkan saja apa pun yang ia katakan. Aku hanya ingin Anya dan dua anaknya baik-baik saja," Indah berpikir sejenak dan kemudian melanjutkan. "Karena ia merasa aku adalah penjahat, aku akan menghentikan perawatan dan pengobatannya.     

Anya tertawa mendengarnya. "Kamu seharusnya tidak membuang-buang uangmu untuk orang seperti itu. Tidak peduli seberapa besar uang yang kamu keluarkan, ia tidak akan pernah bersyukur."     

Aiden langsung menelepon seseorang, mengatakan bahwa Pratama Group tidak akan lagi membiayai biaya pengobatan dan perawatan Keara.     

"Aku khawatir ayahmu akan sedih, jadi aku mengirimkan Keara ke rumah sakit yang terbaik dan membeli obat termahal dari luar negeri. Aku berusaha untuk menyembuhkannya, tetapi ia malah memfitnahku. Kalau sudah begini, biarkan saja ia sendiri. Saat ayahmu keluar, biar ia sendiri yang mengurus anaknya. Aku sudah tidak peduli," bagi Indah, memiliki Anya saja sudah cukup. Kalau Galih lebih memedulikan Keara dibandingkan dengannya, ia tidak apa-apa. Lebih baik mereka berpisah saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.