Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Impas



Impas

0Seorang pria yang mengenakan baju kurir dan memakai masker hitam sedang mengendarai motor ke arah mereka.     

Raka yang mempelajari bela diri sejak kecil lebih memiliki kepekaan dalam bahaya.     

Ia bisa melihat sebuah cahaya putih yang menyilaukan, terpancar dari pria tersebut. Tidak tahu apa cahaya putih tersebut, tetapi pria itu terlihat sangat mencurigakan.     

Saat pria itu semakin mendekat, Raka baru menyadari bahwa cahaya putih yang menyilaukan itu berasal dari pisau yang dipegang oleh pria tersebut. Pisau tersebut memantulkan cahaya matahari sehingga cahayanya menyilaukan.     

"Anya, hati-hati!" Raka langsung menyadari bahwa situasinya tidak baik. Ia bergegas menghampiri Anya dengan teriakan yang keras.     

Sebelum Anya bisa bereaksi, ia melihat pria tersebut berusaha menusuknya dengan pisau yang tajam.     

Raka berusaha untuk menarik Anya, menjauh dari jalan, tetapi pria itu jauh lebih cepat darinya.     

Satu-satunya yang bisa ia lakukan agar Anya tidak terluka adalah dengan melindungi Anya. Saat pria itu menusukkan pisaunya, Raka mengangkat tangannya dan memblokirnya dengan tangan kosong.     

"Raka!" teriak Anya.     

Pisau itu melukai tangan Raka, membuat darah mengalir dari tangannya ke tanah.     

"Apakah kalian semua mati! Cepatlah!" teriak Anya dengan marah. Pada saat itu lah, pengawal Aiden baru menyadari bahwa ada seorang pria yang menyamar sebagai kurir dan ingin melukai Anya.     

Raka merasakan rasa sakit di tangannya, tetapi ia masih berusaha untuk melindungi Anya di belakangnya dengan berani.     

Anya merasa sangat panik saat melihat darah yang terus mengalir ke tanah.     

Tetapi pria tersebut tidak menyerah. Ia menghentikan motornya dan mengangkat pisaunya ke arah Anya, berusaha untuk melewati Raka dan menusuk Anya yang berada di belakangnya.     

Anya langsung mundur untuk menghindari pisau tersebut.     

Sementara itu, Raka dengan berani melawan pria tersebut, meski saat ini ia tidak membawa apa pun untuk melindungi dirinya. Ia menangkap pergelangan tangan pria itu, tidak peduli meski pria itu sedang membawa pisau. Ia memelintirnya dan berusaha untuk menjatuhkan pria itu ke lantai. Tetapi sayangnya, pria itu tidak mau jatuh sendirian. Ia membawa Raka bersamanya. Dan saat mereka terjatuh, pisau tersebut menusuk dada Raka.     

Pria tersebut langsung berguling, berlari ke arah motornya, dan melarikan diri dari sana.     

Anya melihat Raka terjatuh ke tanah dan melihat bajunya telah berubah menjadi warna merah karena darah. Anya langsung bergegas menghampirinya dengan panik.     

Raka memandang ke arah Anya dan berkata, "Aku baik-baik saja. Tidak usah khawatir."     

"Apakah kamu bodoh? Mengapa kamu tidak melarikan diri? Di sini ada banyak pengawal. Mengapa kamu malah melawannya?" Anya menangis sambil memarahinya. Ia setengah berlutut di samping Raka dan menekan luka itu dengan sekuat tenaga, menghindari agar darah itu tidak terus mengalir.     

Raka hanya tertawa. Melihat Anya baik-baik saja, ia merasa sangat lega.     

"Anya, kali ini kita sudah impas," kata Raka dengan suara pelan.     

"Jangan banyak bicara. Ambulansnya akan segera tiba," kata Anya sambil menangis.     

Di Iris Perfume Academy ada sebuah klinik dan dokter yang bisa melakukan penolongan pertama untuk Raka. Dokter klinik tersebut menggantikan Anya untuk menghentikan darah di dada Raka. Sementara itu, setelah melepaskan tangannya dari dada Raka, tangan Anya sudah penuh dengan darah.     

"Raka, kamu tidak pernah berhutang apa pun padaku. Kematian nenekku tidak ada hubungannya denganku. Apakah kamu mendengarku? Siapa yang menyuruhmu berkorban seperti ini demi aku? Kalau kamu mati, bagaimana aku harus menjelaskan pada keluargamu? Della juga masih menunggumu?" Anya langsung menyadari apa arti impas yang dimaksud oleh Raka.     

Ternyata hingga saat ini, perpisahan di antara mereka masih menjadi duri di hati Raka.     

Tetapi bagaimana bisa Anya menerimanya kalau Raka menggunakan cara yang tragis ini untuk mencabut duri itu?     

"Anya, kalau saja saat itu aku bisa menolongmu, mungkin nenekmu tidak akan meninggal. Saat aku masih kecil, aku sering makan masakan nenekmu. Aku …" Raka tidak bisa melanjutkan kata-katanya dan terbatuk.     

"Jangan bicara lagi. Nenek tidak akan menyalahkanmu. Ini bukan salahmu!" Anya menoleh ke belakang saat mendengar suara ambulans dari jauh.     

Ambulans tersebut langsung masuk ke dalam gerbang dan seorang dokter langsung membawa Raka ke dalam mobil.     

Tubuh Raka sudah dilumuri oleh darah. Rasa takut menghantui Anya. Ia benar-benar takut. Ia tidak mau kalau Raka sampai mati karenanya.     

Raka adalah pria yang baik. Ia tidak pernah menyakiti siapa pun selama hidup.     

Perpisahan mereka bukan hanya salah dari salah satu pihak saja, tetapi juga salah Anya. Kalau saja Anya berani untuk mengatakan yang sejujurnya di hadapan Raka, mungkin semuanya tidak akan seperti ini.     

Tetapi sayangnya, mereka masih belum bisa untuk mempercayai satu sama lain.     

Mereka masih mementingkan ego mereka di atas kepercayaan.     

"Anya, jangan khawatir …" Raka mengatakannya saat pintu ambulans itu hendak ditutup. Saat ia terluka pun, ia masih berusaha untuk menenangkan Anya.     

Anya berdiri di tempatnya dengan air mata di wajahnya, memandang kepergian ambulans yang membawa Raka. Ia terpaku di tempatnya dan tidak berani bergerak.     

"Nyonya, apakah Anda baik-baik saja?" pengawal itu sangat ketakutan melihat tangan Anya yang penuh dengan darah.     

"Semua ini salahku. Aku terlalu bodoh. Aku tidak sadar ada orang yang berusaha melukaiku dan sekarang Raka terluka karena ingin menyelamatkanku …" kata Anya sambil menangis.     

Indah berlari dari dalam sekolah dengan panik dan langsung memeluk putrinya. "Anya, jangan takut. Semuanya baik-baik saja. Raka akan baik-baik saja. Ayo kita pergi ke rumah sakit. ibu akan menemanimu. Kalau keluarga Raka menyalahkanmu, ibu yang akan meminta maaf pada mereka."     

"Ibu, orang itu ingin melukaiku. Tetapi malah Raka yang celaka," kata Anya sambil menangis sesunggukan.     

Indah tidak mengatakan apa pun. Ia hanya merangkul pundak Anya dan membawanya menuju ke arah mobil untuk mengikuti ambulans tersebut.     

Di perjalanan menuju ke rumah sakit, Indah langsung menelepon Aiden dan meminta Aiden untuk menghubungi Keluarga Mahendra.     

Anya hanya bisa diam saja karena terlalu shock setelah menyaksikan semua ini di hadapannya.     

Begitu Aiden tahu bahwa Raka berusaha melindungi Anya dari celaka, ia langsung menelepon ayahnya dan meminta ayahnya untuk mencari dokter bedah terbaik yang bisa menangani Raka.     

Keluarga Atmajaya dan Keluarga Mahendra adalah besan. Sekarang, Raisa dan Ivan sudah menikah dan hubungan di antara kedua keluarga sangat baik dan harmonis.     

Begitu tahu bahwa Raka mengalami kecelakaan, Bima langsung datang sendiri untuk menjenguknya.     

Bima juga khawatir Keluarga Mahendra akan menyalahkan Anya atas semua yang terjadi hari ini.     

Saat Aiden dan Bima datang, Anya dan Indah sudah berada di sana terlebih dahulu. Irena sedang menghapus air matanya dengan sebuah sapu tangan.     

Sementara itu, Anya hanya bisa terdiam sambil menautkan tangannya, merasa sangat bersalah.     

Tidak ada yang menyangka bahwa ada seseorang yang berusaha untuk menyakitinya di siang bolong seperti ini. Ditambah lagi, ia tidak menyangka bahwa Raka akan melindunginya mati-matian seperti itu.     

"Aku tidak ingin apa pun. Aku hanya ingin anakku selamat. Ia masih muda. Ia belum menikah dan punya anak …" Irena menangis semakin keras. Dan tatapannya ke arah Anya terlihat semakin tajam.     

"Tolong jangan berisik. Pasien masih dalam penanganan," suster yang berada di dalam ruangan bisa mendengar suara tangis dari luar dan langsung menegurnya.     

Anya berdiri di depan pintu ruang operasi. Tangan dan bajunya masih kotor karena darah.     

Irena hanya bisa menangis dan memelototi Anya, berharap putranya akan baik-baik saja.     

Melihat sosok Anya dari kejauhan, Aiden merasa hatinya ikut sakit. Ia langsung berlari dan memeluk Anya dengan erat.     

"Aku baik-baik saja. Tapi Raka …"     

"Ayah sudah mengatur dokter bedah terbaik untuk mengoperasinya. Ia akan baik-baik saja," hibur Aiden.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.