Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menangis dengan Sedih



Menangis dengan Sedih

0Jonathan sangat khawatir saat Jenny bersikeras pergi dari rumahnya. Tidak aman untuk seorang gadis pergi keluar malam-malam seperti ini. Tetapi ia merasa lega saat mengetahui bahwa Jenny bertemu dengan Rudi.     

Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Anya. "Anya, Jenny datang ke rumahku. Ia pergi dengan marah dan bertemu dengan Rudi."     

"Ia pergi ke rumah Rudi? Bagaimana kalau ia bertemu dengan Jessica?" Anya mengerutkan keningnya.     

"Rudi membeli sebuah rumah di belakang rumahku. Sekarang ia adalah tetanggaku," kata Jonathan.     

"Oh? Kirimkan lokasinya padaku. Aku akan menjemput Jenny," Mana bisa Anya merasa tenang membiarkan Jenny tinggal di rumah Rudi?     

Tidak aman membiarkan seorang wanita dan pria bersama-sama di rumah kosong.     

Pada saat ini, Jenny mengikuti Rudi ke rumahnya.     

"Tinggal enam menit sebelum tahun baru. Apakah kamu mau minum?" Rudi pergi menuju ke lemari yang berisi koleksi anggurnya dan mengeluarkan sebuah botol champagne.     

"Aku tidak mau minum. Apakah kamu punya kembang api?" tanya Jenny.     

"Ada. Apakah kamu mau menyalakan kembang api?" Rudi pergi menuju ke arah gudangnya dan mengeluarkan beberapa kotak kembang api besar dan kecil.     

"Ayo kita nyalakan," kata Jenny dengan tenang.     

Rudi bisa melihat bahwa Jenny sedang sedih, tetapi ia tidak menanyakan apa pun.     

Apa pun yang Jenny katakan dan inginkan, Rudi akan menurutinya.     

"Apakah kamu tidak kedinginan? Pakai ini," Rudi menyampirkan sebuah syal di leher Jenny dan mengajaknya menuju ke arah taman.     

Ia menyalakan sebuah kembang api kecil untuk Jenny dan kemudian meletakkan kembang api besar di tengah taman. Begitu ia sudah siap untuk menyalakannya, seorang petugas perumahan mendatangi mereka.     

"Tuan, kembang api dilarang di area ini. Tolong kerja samanya," kata orang tersebut.     

"Temanku sedang sedih, aku hanya akan menyalakan satu," Rudi menghampirinya dan membisikkan sesuatu di telinganya. Jenny tidak mendengarkan mereka. Ia hanya memandangi kembang api yang di tangannya.     

Petugas tersebut memandang Jenny dan Rudi dan kemudian berkata, "Tuan, tolong jangan menyulitkan kami …"     

"Satu saja. Setelah itu aku akan menyingkirkan semuanya," Rudi mengemasi beberapa kotak kembang api dan menyisakan satu kembang api di tengah. Kemudian, ia menyalakannya di depan petugas tersebut.     

Bang!     

Dengan suara yang keras, kembang api itu mekar di langit dengan indahnya.     

Jenny menengadah, memandang kembang api itu dan tiba-tiba saja menangis.     

Ia merasa sangat sedih. Di hadapan Jonathan tadi, ia berusaha untuk tetap kuat. Ia tidak mau dipermalukan seperti itu.     

Ia tidak bisa menangis.     

Tetapi sekarang, semua air matanya serasa tumpah.     

Ia menangis dengan keras, membuat petugas itu merasa ketakutan.     

Rudi tidak mengatakan apa pun. Ia hanya menghampiri Jenny dan memeluknya dengan lembut. Jenny hanya bisa menangis di pelukan Rudi. Namun, menangis hanya membuatnya merasa semakin sedih.     

Ia merasa hatinya benar-benar hancur.     

Para tetangga yang menyaksikan itu langsung melihat petugas perumahan dengan kesal.     

"Ini kan tahun baru. Gadis itu sangat senang dan ingin menyalakan kembang api. Tetapi kamu malah membuatnya menangis."     

"Iya benar. Kan kasihan gadis itu!"     

"Ah? Aku tidak memarahinya," petugas tersebut terlihat panik.     

"Kamu semua melihatnya. Jangan mengelak!"     

"Gadis kecil. Jangan menangis. Bagaimana kalau kita pergi ke taman dan menyalakan kembang apimu di sana. Sekarang, semua orang akan menemanimu."     

"Benar. Kalau petugas ini takut kembang apinya menyebabkan kebakaran di perumahan, kita bisa menyalakannya di taman."     

Rudi menepuk pundak Jenny dengan lembut. Ia tidak menggunakan kekuatan terlalu besar, tetapi cukup untuk memberikan dukungan pada Jenny.     

Saat Anya tiba, ia melihat Rudi sedang memeluk Jenny.     

"Lepaskan. Apa yang kamu lakukan?" Ia langsung berlari menghampiri mereka dan mendorong Rudi.     

Melihat air mata di wajah Jenny, Anya langsung memarahi Rudi. "Apa yang kamu lakukan padanya?"     

"Aku tidak melakukan apa pun. Untuk membuatnya senang, aku ingin menyalakan kembang api di taman, tetapi petugas perumahan malah menegurku. Mana mungkin aku berani melakukan sesuatu kepadanya," Rudi mengangkat tangannya, menunjukkan tanda menyerah.     

Jenny berkata dengan suara pelan. "Bibi, aku ingin pulang bersamamu."     

"Ayo kita pulang. Jangan menangis. Air mata hanya akan membuat wajahmu kering dan keriput," Anya menghapus air mata di wajah Jenny. Ia meminta jaket dari pengawalnya dan langsung memakaikannya pada Jenny.     

Setelah Rudi mengantar mereka pulang, akhirnya ia baru bisa merasa lega.     

Kalau Jenny sampai tinggal rumahnya, Keluarga Atmajaya mungkin akan membunuhnya besok.     

Tetapi Rudi juga tidak bisa membiarkan masalah ini begitu saja.     

Meski ia tidak tahu apa pun dan tidak menanyakannya, Rudi tahu bahwa Jonathan melakukan sesuatu yang membuat Jenny sedih. Pada saat ini, Jenny hanya membutuhkan waktu.     

Rudi berusaha untuk memberikan tempat agar Jenny bisa menenangkan diri dan meluapkan semua emosinya.     

Pada jam 1 pagi, Anya tiba di rumah bersama dengan Jenny. Aiden baru saja menidurkan kedua putra kecilnya.     

Tahun lalu, Arka dan Aksa masih terlalu kecil dan belum mengerti mengenai tahun baru.     

Tetapi kali ini, dua anak nakal itu seperti bisa merasakan bahwa hari ini adalah hari yang istimewa dan mereka ingin merayakan bersama dengan kedua orang tuanya.     

Setelah makan malam, Aiden dan Anya berusaha menidurkan mereka, tetapi mereka terus bangun sepuluh menit kemudian.     

Pada jam 11.50 malam, akhirnya, Anya dan Aiden menyerah untuk menidurkan mereka.     

Mereka memakaikan piyama yang hangat untuk Arka dan Aksa, membawa mereka ke taman untuk menyalakan kembang api bersama.     

Anya ingin merayakan tahun baru bersama dengan anak-anaknya, tetapi saat ini, keadaan Jenny lebih penting.     

Awalnya, Aiden ingin menyuruh Nadine dan Harris yang menjemput Jenny. Tetapi Anya merasa bahwa ia adalah bibi Jenny dan sudah tanggung jawabnya untuk menjaga keponakannya.     

"Tuan, Nyonya sudah kembali bersama dengan Nona Jenny!" Hana naik ke lantai atas untuk memanggil Aiden.     

Aiden menutup pintu kamar anaknya dengan perlahan. Untuk pertama kalinya Arka dan Aksa merayakan tahun baru. Mereka sangat senang, terutama saat memainkan kembang api. Bahkan suara kembang api yang keras tidak membuat mereka takut.     

Setelah lelah bermain, akhirnya mereka tertidur lelap.     

Aiden turun ke lantai bawah dan melihat Anya sedang duduk di sofa bersama dengan Jenny.     

Anya membuatkan teh hangat untuk Jenny dan meminta seorang pelayan untuk menghangatkan ubi panggang untuknya.     

"Apakah bibi punya chicken wings? Atau cumi bakar mungkin?" tanya Jenny.     

"Biar saya yang membuatkannya," kata Hana dengan cepat.     

Jenny mengangkat kepalanya dan saat melihat Aiden, ia menundukkan kepalanya lagi dalam diam.     

Seorang pelayan datang membawa handuk hangat. Anya menerimanya dan langsung mengusap wajah Jenny dengan handuk hangat itu. Jenny tidak bergerak sedikit pun, menunggu kemarahan Aiden padanya.     

"Beritahu paman dan bibimu bahwa kamu di rumah dengan aman. Mereka sangat mengkhawatirkanmu," kata Aiden sambil duduk di sofa.     

"Paman, apakah kamu tidak berniat memarahiku?" Jenny memandangnya dengan hati-hati.     

"Ini adalah tahun baru. Kalau kamu tidak mau pergi, kamu bisa merayakan tahun baru di sini," kata Aiden dengan tenang.     

"Paman …" suara Jenny terdengar tercekat. Jenny langsung mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan pada Ivan sekaligus mengucapkan selamat tahun baru.     

Saat mengetahui bahwa Jenny berada di Indonesia, tepatnya di rumah Aiden, Ivan merasa sangat lega. Ia membalas ucapan tahun baru dari Jenny tanpa menyalahkannya atas tindakannya yang sembarangan sehingga membuat semua orang khawatir.     

"Sekarang, bisakah kamu memberitahu kami apa yang terjadi?" tanya Aiden sambil mengangkat alisnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.