Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tetap Tinggal Untukmu



Tetap Tinggal Untukmu

0"Situasinya berbeda denganmu dulu. Jenny masih terlalu muda dan tidak memahami arti cinta. Jonathan juga sedang sibuk mengurus pekerjaan dan Alisa. Ia tidak punya waktu untuk memikirkan pernikahan sekarang,," kata Diana, menghibur putrinya.     

"Aku tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Kak Jonathan dan aku tidak berani bertanya. Aku takut kalau ia juga menyukai Jenny," kata Anya dengan suara pelan. "Ibu, apakah aku egois?"     

Diana tertawa dan bertanya, "Mengapa kamu berpikir seperti itu? Setelah kamu menikah dengan Keluarga Atmajaya, kamu juga menjadi anggota keluarga dan harus memikirkan mengenai keluarga. Saat semua orang berpikir bahwa Jenny tidak boleh bersama dengan Jonathan, kamu juga harus memikirkan mengenai halangan yang mencegah mereka untuk bisa bersama. Bukan berarti kamu langsung mendukung mereka hanya karena mereka saling mencintai, tanpa memikirkan kesulitan yang akan mereka hadapi ke depannya."     

"Halangan? Kak Jonathan tujuh tahun lebih tua dari Jenny dan sudah memiliki anak. Selain itu, ia adalah anak haram dari Keluarga Srijaya. Sementara itu, Jenny sejak kecil dimanja oleh keluarganya, terbiasa mendapatkan segala yang ia inginkan. Ia hanya ingin mengejar cinta sejatinya …"     

"Bagaimana kamu bisa tahu bahwa cintanya untuk Jonathan adalah cinta sejati, bukan hanya cinta monyet?" sela Diana.     

Anya menghela napas panjang. "Baiklah, kalau memang Keluarga Atmajaya bersikeras ingin mengirim Jenny ke luar negeri untuk melihat pembuktian cintanya, biarkan saja Jenny pergi."     

Kalau cintanya memang cinta sejati, tidak peduli seberapa lama pun mereka berpisah, cinta Jenny tidak akan berubah.     

Bukankah Anya dan Aiden juga berpisah selama dua tahun?     

Setelah mereka bertemu kembali, Anya masih mencintai Aiden dan Aiden masih mencintai Anya.     

Saat ini, Jonathan sedang tidak siap untuk memiliki cinta baru dan Jenny masih sangat muda, masih belum cukup memahami mengenai cinta yang sesungguhnya.     

Jenny tidak pernah menghubungi Jonathan lagi setelah menyatakan cinta dan Jonathan pun tidak menghubunginya.     

…     

Natali pun tiba. Semua orang berkumpul di rumah Diana. Pohon yang berada di tengah taman dihiasi seperti pohon Natal.     

Nico jarang-jarang bisa menghadiri acara keluarga karena kesibukannya akhir-akhir ini sehingga kedatangannya membuat suasana menjadi semakin ceria.     

Selain merayakan Natal, mereka juga berkumpul untuk merayakan kelulusan Della. Setelah lulus dari kuliah jurusan desain, Della akan bekerja di perusahaan keluarganya. Dan dalam waktu dekat, ia juga akan menikah dengan Raka.     

Ini pertama kalinya Jenny melihat mereka berdua lagi.     

Namun, kali ini, ia sudah tidak cemburu lagi. Ia tersenyum dengan tulus, mengharapkan kebahagiaan untuk Raka dan Della.     

"Jenny, bawakan sepiring chicken wings. Kakak iparmu ingin makan!" teriak Nico padanya.     

"Apakah Kak Tara ingin yang lainnya? Bagaimana dengan cumi-cumi?" kata Jenny sambil berdiri di depan kulkas.     

"Tidak usah. Chicken wings saja. Ayo cepat," kata Nico.     

"Tetapi aku ingin makan cumi," gumam Jenny dengan suara rendah. Ia memandang cumi-cumi itu, tetapi pada akhirnya tidak mengambilnya.     

Tidak butuh waktu lama, chicken wings yang sudah dibakar dan dibumbui tersaji di atas meja.     

Hari ini adalah hari yang istimewa untuk Tara. Sejak kehamilannya, ia berusaha untuk menjaga pola makannya dan tidak makan makanan yang tidak sehat, termasuk makanan yang dibakar. Tapi hari ini, karena hari Natal, akhirnya Nico memperbolehkannya untuk memakan apa pun.     

Apa pun yang Tara inginkan, Nico akan buatkan.     

Ivan dan Raka duduk tepat di depan tempat pemanggangan, bertugas untuk memanggang dengan bantuan pelayan di sisi mereka.     

Raisa dan Della duduk di dekat mereka, sambil memandang pasangan mereka penuh dengan cinta. Jarang-jarang mereka bisa melihat pasangan mereka memasak seperti ini. Entah mengapa, di depan panggangan, pesona mereka tampak jauh lebih terpancar.     

Aiden dan Anya sedang duduk di bawah pohon sambil mengobrol. Di tangan mereka sudah ada piring dengan beberapa macam makanan.     

Nadine dan Harris membantu di dapur dalam rumah. Bersama dengan Hana, Diana juga membuat berbagai macam masakan.     

Jonathan sedang menyuapi Alisa, sampai Alisa makan dengan kenyang.     

"Papa, aku sudah kenyang. Pergilah bersama dengan Kak Jenny. Setelah ini ia akan pergi," Alisa mengerutkan bibirnya dengan enggan.     

"Kamu bermain lah. Hati-hati, jangan terlalu dekat dengan oven atau api," Jonathan mengelus kepala putrinya dan membiarkannya pergi.     

Anya langsung menyuruh salah satu pengawalnya untuk menemani Alisa dan menjaganya.     

Bagaimana pun juga, hari sudah malam dan semua orang sedang sibuk makan. Bagaimana kalau sampai ada sesuatu yang terjadi pada Alisa tanpa sepengetahuan mereka.     

Jonathan pergi menuju ke kulkas dan berdiri di tempat di mana Jenny berdiri sebelumnya.     

Ia melihat cumi-cumi yang berada di freezer. Sebelumnya, ia hanya melihat Jenny dari kejauhan, sama sekali tidak melihat ekspresi di wajahnya.     

Tetapi Jonathan bisa tahu bahwa Jenny benar-benar ingin cumi-cumi itu saat ia mengambil chicken wings untuk Nico dan Tara.     

Jonathan berjalan menuju ke tempat pemanggangan sambil membawa cumi-cumi dan meminta pelayan untuk memberikan sedikit tempat untuknya.     

"Paman, cumi-cumi itu amis. Tolong jangan terlalu dekat dengan chicken wings. Nanti baunya ikut amis," kata Nico dengan cepat.     

"Untuk Tara?" Jonathan melihat chicken wings yang ada di pemanggangan.     

"Iya. Tara sedang hamil sehingga ia sangat pemilih dalam makanan sekarang. Kalau sedikit saja bau amis, ia tidak akan mau makan. Maafkan aku," Nico tersenyum.     

Jonathan tertawa. "Baiklah, aku akan menggunakan nampan lain."     

Saat Jenny keluar, ia melihat Jonathan sedang berdiri di depan panggangan. Namun, ia tidak bisa melihat apa yang sedang Jonathan masak sekarang.     

"Jenny, berikan chicken wings ini untuk kakak iparmu," kata Nico. Sebelum Jenny bisa menerimanya dan pergi menuju ke tempat Tara, Raka menghampirinya. "Ini ada beberapa sayuran dan salad, berikan juga untuk Tara. Tidak baik hanya makan bakar-bakaran," kata Raka.     

Raka adalah sahabat Nico. Sebentar lagi, sahabatnya itu akan menjadi seorang ayah. Tentu saja, ia sebagai sahabat juga ingin membantunya.     

Jenny memandang ke arah Jonathan. Merasakan tatapan itu, Jonathan tersenyum ke arah Jenny. "Kembalilah ke sini setelah kamu mengantarnya. Aku punya sesuatu untukmu."     

"Apakah kamu memasaknya untukku?" mata Jenny langsung berbinar.     

Jonathan mengangguk.     

Jenny langsung terlihat seperti orang yang berbeda. Seharian ini ia terlihat sedih dan murung karena hari ini mungkin akan menjadi hari terakhirnya di Indonesia. Tetapi setelah mendengar bahwa Jonathan memasak untuknya, ia langsung kembali ceria.     

Anya melihat kejauhan ini dari jauh. "Kak Jonathan tahu bahwa Jenny akan pergi, tetapi ia terlihat sangat tenang."     

"Lalu apa yang bisa ia lakukan? Membawa Jenny pergi dengannya?" tanya Aiden.     

"Bukan begitu maksudku. Aku hanya berpikir bahwa orang yang ia sukai akan segera pergi … Bukankah seharusnya ia sedikit bereaksi," kata Anya.     

"Jenny ingin cumi bakar dan Jonathan memasakannya khusus untuknya. Tidak ada reaksi yang lebih baik dari pada itu. Itu saja sudah cukup," kata Aiden dengan santai.     

Anya tidak paham. Mungkin itu cara seorang pria untuk mengekspresikan dirinya.     

Jenny membawa makanan ke dalam ruangan dan setelah itu ia menemani Tara untuk mengobrol sejenak. Beberapa saat kemudian, ia keluar lagi.     

Ia pergi menuju ke arah pemanggangan dan melihat cumi-cumi yang diinginkannya. "Bagaimana kamu bisa tahu aku ingin makan cumi-cumi?"     

"Aku melihatmu berdiri di depan kulkas, lama sekali. Aku berdiri di tempatmu dan aku rasa cumi ini yang ingin kamu inginkan. Tidak aku sangka, aku menebaknya dengan benar," Jonathan mengangkat cumi bakar itu dan meletakkannya dalam sebuah piring kecil.     

Jenny menerima piring itu dengan senyum lebar di wajahnya. Saat mencicipinya, ia terlihat sangat gembira. "Ini enak sekali. Aku mau lagi."     

"Semuanya itu untukmu," kata Jonathan sambil tersenyum.     

"Aku tidak mau makan makanan enak sendirian. Bagaimana kalau menyisakannya untuk Alisa," Jenny sangat menyayangi Alisa. Saat ia mendapatkan makanan yang enak, ia langsung ingin membaginya untuk si putri kecil yang manis itu.     

"Kapan kamu akan pergi?" tanya Jonathan secara tiba-tiba.     

"Besok," jawab Jenny sambil memandang Jonathan dengan mata yang membara. "Kalau kamu tidak membiarkan aku pergi, aku bisa tetap tinggal di sini untukmu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.