Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pandangan Mengenai Cinta



Pandangan Mengenai Cinta

0"Biarkan mereka mengurus masalah perasaan mereka sendiri. Jangan ikut campur," kata Rudi dengan suara pelan.     

"Kalau Keluarga Atmajaya tahu, mereka tidak akan peduli meski Jenny yang menyukai Jonathan terlebih dahulu. Mereka akan menganggap bahwa Jonathan lah yang menggoda dan membohongi Jenny. Jenny masih terlalu muda, tetapi kakakku sudah cukup dewasa. Ia adalah pria dewasa dan ia akan dianggap sebagai pria jahat yang membohongi perasaan gadis kecil," kata Anya. Anya tidak mau ikut campur dengan urusan orang lain, tetapi ia juga tidak mau Jonathan diperlakukan dengan tidak adil.     

Bagaimana pun juga, Jonathan adalah saudaranya. Dan sebelum Anya tahu bahwa Jonathan adalah saudaranya, ia adalah temannya.     

Tanpa mengatakan apa pun lagi, Rudi langsung menarik Anya menjauh. Tetapi Anya juga tidak mau mengikutinya begitu saja.     

"Tolong lepaskan Nyonya!" pada saat itu, dua pengawal Aiden langsung menghampiri mereka bersamaan. Mereka tidak akan ragu untuk menghajar Rudi kalau Rudi tidak melepaskan Anya.     

Rudi tertawa dan langsung melepaskan tangannya. "Aku tidak melakukan apa pun. Tenanglah."     

"Apakah Anda baik-baik saja, Nyonya?" tanya salah satu pengawal dengan cemas.     

"Aku baik-baik saja," Anya mengangguk dan meminta mereka untuk mundur.     

Setelah pengawal Aiden pergi, Anya kembali tenang. Ia berjalan menuju ke arah sebuah pohon besar dengan ayunan di bawahnya. Ia menunggu dengan cemas.     

"Apakah kamu peduli pada Jonathan, atau kamu takut hubungan Jonathan dan Jenny akan mempengaruhimu? Meski Keluarga Atmajaya tidak senang dengan hubungan Jonathan dan Jenny, mereka tidak akan melakukan apa pun padamu," Rudi menyandarkan punggungnya di batang pohon besar itu.     

Anya memandang ke arah Rudi, "Ibuku juga tidak menyetujui hubungan mereka. Ia berharap Jonathan bisa menemukan wanita yang dewasa dan membantunya mengurus keluarganya. Tidak seperti Jenny yang masih muda dan nakal."     

"Jonathan akan mendapatkan satu anak tambahan lagi selain Alisa," Rudi tertawa saat mengatakannya.     

"Bisakah kamu serius sedikit?" Anya memandangnya dengan kesal.     

"Aku sangat serius. Aku akan sangat senang kalau mereka bisa bersama. Tetapi kalau tidak bisa, aku tidak keberatan menikah dengan Jenny. Meski masih sangat muda, Jenny sangat menarik. Aku tidak akan pernah bosan bersama dengannya," kata Rudi.     

"Tidak masalah meski ia tidak mencintaimu?" tanya Anya.     

Rudi tertawa lagi dan memandang ke arah Anya. "Anya, kamu terlalu naif. Orang sepertiku tidak membutuhkan cinta. Bagiku, sama saja dengan siapa pun aku menikah. Tetapi kalau aku bisa menikah dengan wanita yang menarik, mengapa tidak? Hidupku tidak akan membosankan."     

"Apakah cinta tidak ada artinya? Apakah semuanya harus mengenai keuntungan?" Anya menghela napas panjang.     

"Bagi orang-orang sepertiku, pernikahan adalah sebuah permainan. Kalau aku menikah dengan wanita biasa, kekayaanku tidak akan bertambah. Dan setelah bercerai, aku harus membagi harta gono gini dengannya. Keluargaku tidak akan pernah membiarkan aku menikah dengan wanita seperti itu," kata Rudi.     

Anya memiringkan kepalanya, memandang Rudi dengan bingung.     

"Dalam pernikahanmu dengan Aiden, kamu tidak memiliki apa pun. Setelah menikah denganmu, Aiden tidak akan bisa mendapatkan apa pun darimu dan setelah bercerai, ia harus membagi kekayaannya," Rudi berhenti sejenak dan melanjutkan. "Tetapi sekarang, kamu adalah Anya Pratama. Pernikahan kalian tetap sama, meski identitasmu sudah berubah. Sekarang kamu memiliki Keluarga Pratama. Sebagai satu-satunya penerus Keluarga Pratama, kamu dan Aiden akan mendapatkan lebih dari yang kalian miliki sebelumnya."     

"Aku mengerti," Anya mengangguk.     

"Orang tuaku tidak akan membiarkan aku menikah dengan wanita biasa. Suatu hari nanti, aku harus menikah dan Jenny juga sangat disayangi oleh keluarganya. Setelah menikah, ia akan mendapatkan saham perusahaan keluarganya. Aku juga satu-satunya penerus keluargaku. Setelah kita menikah nanti, kita bisa saling menguntungkan satu sama lain. Karena pernikahan kita, kerja sama antara kedua keluarga juga akan semakin dalam. Kita bisa menghasilkan bersama-sama dan nilai saham perusahaan kita juga akan meningkat. Bukankah itu menguntungkan kedua belah pihak?" kata Rudi.     

"Kalau dilihat dari segi keuntungan, memang benar itu adalah pilihan yang terbaik," kata Anya dengan suara pelan. Tetapi bagaimana dengan perasaan? Bagaimana dengan cinta?     

Apakah semua itu tidak ada artinya dibandingkan kekayaan?     

"Cinta adalah sesuatu yang sangat rapuh. Aku sudah tahu rasanya cinta, tetapi cinta saja tidak akan bisa bertahan sampai selamanya. Semakin lama, cinta itu pun akan sirna dimakan oleh waktu. Di usia yang semakin dewasa, aku harus sadar dan kembali ke kenyataan," kata Rudi. Ia adalah orang yang lebih memikirkan segalanya dari segi rasionalitas, bukan perasaan.     

"Jadi, kamu tidak akan pernah menikahi gadis biasa seumur hidupmu. Tetapi Jenny … Ia sama sekali tidak peduli dengan keuntungan, kerja sama, atau apa pun itu. Ia hanya peduli dengan pria yang ia cintai. Sebelum ia menyerah terhadap cintanya, aku harap kamu tidak pergi ke Keluarga Atmajaya dan melamarnya," kata Anya.     

"Jonathan adalah temanku. Aku tidak akan merebut Jenny kalau Jonathan memang menyukainya. Aku tidak akan bisa memberi cinta pada Jenny. Kalau ada pria lain yang bisa memberikannya, aku akan mendukung mereka. Tetapi kalau tidak ada yang bisa memberikan kebahagiaan untuk Jenny, aku akan menikahinya. Setidaknya, aku bisa memberikan kekayaan dan keuntungan untuknya. Aku akan memperlakukannya dengan baik dan membuatnya nyaman seumur hidupnya …" kata Rudi sambil tersenyum.     

Anya hanya bisa menghela napas panjang. Ia tidak bisa menilai dan menentang pandangan Rudi mengenai kehidupan dan cinta. Itu adalah pendapat Rudi dan Rudi berhak untuk memutuskan bagaimana cara ia menjalani kehidupannya sendiri.     

Dengan mencari istri yang tepat, ia tidak akan membuat keluarganya rugi, tetapi malah menambahkan kekayaan mereka.     

Sebagai penerus keluarganya, ia hanya ingin mempertahankan apa yang telah didapatkan oleh kedua orang tuanya.     

Pada saat ini, Anya teringat akan suaminya.     

Kalau saja Aiden memiliki pendapat yang sama dengan Rudi, mungkin selamanya mereka tidak akan bisa bersama.     

Aiden bisa saja menikah dengan Keara dan mendapatkan keuntungan untuk keluarganya.     

Tetapi ia memilih untuk menikah dengan Anya yang tidak memiliki apa pun. Anya yang hanya memiliki ibunya yang sedang sakit.     

Tetapi Aiden tidak peduli. Ketika menikah dengan Anya, Anya masih putri Keluarga Tedjasukmana, anak yang tidak dianggap oleh keluarganya. Namun, Aiden tetap mencintainya meski Anya tidak bisa memberikan apa pun untuknya selain cinta.     

Berapa banyak pria di dunia ini yang bisa seperti Aiden?     

Anya merasa dirinya sangat beruntung. Ia beruntung bisa mendapatkan pria yang mencintainya setulus ini.     

"Aku akan memberitahu Aiden mengenai mereka. Biarkan Aiden yang memutuskan apa yang terbaik untuk mereka. Aku tidak mau ikut campur lagi. Peter, apakah aku perlu memberitahu ibuku?" Anya menoleh dan memandang ke arah Rudi.     

Rudi tertegun sejenak mendengar nama itu dari mulut Anya dan kemudian ia tertawa. "Aku merasa senang kamu masih menganggapku sebagai temanmu." Rudi tidak menyangka bahwa Anya masih menganggapnya sebagai Peter, temannya saat berada di Perancis. "Kalau kamu meminta pendapatku, aku rasa kamu harus memberitahu orang tuamu dan meminta mereka untuk menghormati keputusan mereka yang terlibat."     

Anya juga tertawa, "Aku paham kalau kamu ingin menyembunyikan identitasmu. Semua orang memiliki rahasia mereka masing-masing. Yang penting, kamu tidak pernah berbuat jahat padaku dan kamu memang benar-benar temanku, tidak peduli siapa namamu. Itu saja sudah cukup," Anya berhenti sejenak dan kemudian melanjutkan. "Aku harap kamu bisa membantuku untuk bicara dengan kakakku. Mungkin ia akan lebih mengerti kalau kamu yang berbicara padanya."     

"Aku hanya akan memberitahu pendapatku padanya. biarkan Jonathan sendiri yang menentukan apa yang harus ia lakukan," kata Rudi.     

Anya mengangguk.     

Setelah itu, Diana keluar dari rumah sambil membawa ponsel Anya. "Anya, ponselmu berbunyi. Aiden menelepon."     

Anya langsung mengambil ponsel itu dan menjawabnya. "Aiden, kamu sudah pulang?"     

"Apakah kamu di rumah ibu? Aku akan menjemputmu," kata Aiden.     

"Kak Jonathan di sini. Biar dia saja yang mengantarku nanti. kamu temani Arka dan Aksa saja," kata Anya sambil tersenyum.     

Aiden tampak ingin menanyakan sesuatu, tetapi pada akhirnya ia hanya berkata, "Aku akan menjemputmu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.