Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menantang Secara Terang-Terangan



Menantang Secara Terang-Terangan

0Aiden memandang foto itu dengan serius.     

Meski Anya dan Rudi tidak ada hubungan apa pun, siapa pun yang melihat foto ini pasti akan langsung salah paham. Ditambah lagi, meski Anya tidak menyukai Rudi dan juga tidak mengetahui perasaan pria itu, bukan berarti Rudi juga merasakan hal yang sama.     

Aiden tahu bahwa Rudi menginginkan istrinya!     

Aiden mengerutkan keningnya dalam-dalam dan berkata, "Aku akan pergi menemui Rudi. Kalau Anya bangun nanti, tolong antarkan dia pulang ke rumah." Setelah mengetahui perasaan Rudi pada Anya, Aiden memutuskan untuk tidak mengajak Anya pergi bertemu dengan Rudi.     

Sepertinya, mengajak Anya bukanlah keputusan yang tepat.     

Pada pukul 6.30, Jonathan dan Rudi sudah tiba di restoran yang terletak di lantai dua sebuah hotel milik Atmajaya Group.     

"Jonathan, apakah menurutmu sulit untuk mengakuisisi mall milik Atmajaya Group?" tanya Rudi.     

Aiden mendorong pintu dan masuk ketika Rudi mengatakannya. "Sepertinya kamu sangat percaya diri," ia mendengar saat Rudi dan Jonathan membicarakan mengenai akuisisi mall milik Atmajaya Group.     

Rudi bangkit berdiri dan menghampiri Aiden sambil tersenyum, berniat untuk menjabat tangannya. "Kamu sudah datang."     

"Lebih baik kita duduk dan berbicara dengan tenang. Jangan langsung berdebat begitu datang," Jonathan bisa merasakan api-api perselisihan yang cukup kuat dari Aiden.     

Aiden langsung duduk di tempatnya dan memandang ke arah Rudi dengan tatapan tajam.     

"Apakah aku pernah menyinggungmu?" Rudi merasa tidak nyaman dengan tatapan Aiden itu.     

"Waktu saat kamu bertemu dengan Anya dan kamu berpisah dengan Agnes cukup dekat. Apakah ada yang perlu kamu jelaskan kepadaku?" Aiden tidak tertarik membicarakan mengenai akuisisi mall Atmajaya Group dengan Rudi. Yang ia pedulikan hanyalah Anya.     

Rudi langsung tertawa dan memukul pundak Jonathan.     

"Aiden, sepertinya ada kesalahpahaman. Karena ini bukan jam kerja, biar aku menganggapmu sebagai suami sepupuku. Aku sudah mengenal Peter sejak lama. Kemudian, setelah aku bekerja di Perancis, aku mengenal Anya. Tetapi Anya dan Peter tidak memiliki hubungan apa pun dan Agnes bukan kekasih Peter," Jonathan menjelaskan dan menambahkan, "Peter yang kumaksud adalah Rudi."     

Aiden tidak mengatakan apa pun. Ia hanya duduk di tempatnya sambil memandang Rudi. Aura yang ia pancarkan sama sekali tidak bersahabat.     

Rudi berusaha untuk menahan senyumnya. Ia adalah pria yang bebas dan tidak terlalu suka dengan formalitas.     

Beberapa tahun terakhir ini, ketika ia pulang ke Indonesia dan mengambil alih perusahaan keluarganya, ia merasa jauh lebih stabil, tetapi kebebasannya pun hilang.     

"Jangan memandangku sebagai saingan. Aku mengakui kalau dulu memang aku pernah menyukai Anya, tetapi aku tidak pernah melakukan apa pun. Mengenai sepupu Anya, Agnes, kami adalah teman lama. Aku lebih menghargai pertemanan dibandingkan cinta karena cinta tidak akan bisa bertahan selamanya. Jadi bagiku, Anya dan Agnes sama-sama merupakan temanku saja," kata Rudi dengan terang-terangan.     

"Di mana Jessica?" tanya Aiden secara tiba-tiba.     

Aiden menanyakan pada Jonathan dan Rudi mengenai Anya, tetapi tiba-tiba saja topiknya berubah menjadi Jessica secara tiba-tiba.     

Rudi mengerutkan keningnya, terlihat tidak berdaya. "Itu adalah masalah pribadiku dan aku tidak bisa menjawabnya. Tetapi akhir-akhir ini ada pembicaraan mengenai perjodohanku dengan Keluarga Atmajaya, jadi biarkan aku menjelaskan mengenai hubunganku dengan Jessica. Jessica adalah partnerku, bukan kekasihku."     

"Ia tinggal di salah satu rumahmu dan tanah yang ditinggalkan oleh Eka Hermawan untuk hadiah pernikahan Jessica juga diberikan padamu. Apakah masih perlu membahas mengenai pernikahan dengan Keluarga Atmajaya?" kata Aiden dengan dingin.     

Jonathan menoleh dan memandang ke arah Rudi, "Kamu punya kekasih, tetapi kamu masih mengganggu Jenny?"     

"Jangan salah paham. Jessica datang ke rumahku untuk membicarakan masalah pekerjaan. Aku tidak sendirian, tetapi juga ada asistenku di sana," kata Rudi.     

"Kamu bisa mengambil mall Atmajaya Group. Mengenai tanah milik Jessica, sepengetahuanku, tanah itu masih bukan milikmu sekarang. Mari kita bergantung pada kemampuan kita masing-masing," Aiden bangkit berdiri dan pergi. Saat ia tiba di depan pintu, ia berhenti. "Mengenai istriku dan keponakanku, aku harap kamu menjauh dari mereka."     

Rudi langsung tertawa terbahak-bahak, "Aku tidak percaya Anya akan menyukai pria yang tiran sepertimu!"     

Wajah Aiden terlihat menggelap karena amarah.     

"Aku setuju terhadap masalah pekerjaan. Tetapi kamu tidak punya hak untuk menghalangiku mengejar Jenny dan juga untuk menemui temanku, Anya. Aiden, hati-hati di jalan. Maaf aku tidak bisa mengantarmu," kata Rudi dengan berani.     

"Kalau itu maumu," Aiden pergi dengan dingin.     

Jonathan merasakan firasat yang buruk. Tidak ada satu orang pun di kota ini yang berani melawan Aiden.     

Tetapi Rudi malah menantangnya secara buka-bukaan. Tidak tahu apa konsekuensi yang akan diterima oleh Rudi.     

"Rudi, Aiden memang tidak ramah pada orang baru. Tetapi setelah kamu dekat dengannya, kamu akan tahu bahwa ia sebenarnya adalah orang baik. Kamu tidak tertarik pada Jenny dan Anya juga sudah menikah, mengapa kamu sengaja menantang Aiden?" tanya Jonathan.     

"Aku hanya penasaran dengan kemampuan Keluarga Atmajaya," Rudi tersenyum saat mengatakannya. Tetapi ia tidak menyangka bahwa ia akan langsung membayar atas sikapnya yang sembarangan.     

Begitu ia keluar dari hotel, Rudi menyadari bahwa mobilnya menghilang.     

Ia menelepon polisi dan menyuruh polisi untuk memeriksanya. Tetapi ternyata mobilnya itu diderek karena parkir sembarangan. Ia parkir bukan di tempat parkir hotel, melainkan tepat di depannya sehingga mobilnya diderek.     

Ia ingat betul saat ia parkir, ia tidak melihat ada tanpa dilarang parkir atau berhenti. Tidak tahu sejak kapan tanda itu berdiri di sana.     

Jonathan ingin tertawa, tetapi ia berusaha untuk menahannya. Ini baru saja permulaan. Siapa suruh Rudi menantang Aiden secara terang-terangan.     

Tidak sampai satu jam, Rudi sudah merasakan akibat atas perbuatannya sendiri.     

Pada saat itu, sepasang tangan mungil menutupi mata Jonathan, "Coba tebak siapa aku?"     

Senyum tipis muncul di wajah Jonathan. "Jenny."     

"Salah. Tebak lagi."     

"Princess Jenny," jawab Jonathan sekali lagi.     

Kali ini, Jenny merasa puas dengan jawaban Jonathan. Ia melepaskan tangannya dan memegang lengan Jonathan. Namun, saat melihat Rudi yang bersama dengan Jonathan, wajah Jenny yang cantik terlihat berkerut. "Paman, mengapa kamu bersama dengannya?"     

"Memangnya ada apa denganku? Apakah aku orang jahat?" Rudi merasa kesal ketika mendengar pertanyaan Jenny.     

"Iya, memang benar," jawab Jenny tanpa ragu.     

"Aku …" Rudi merasa kesal, tetapi ia menahan dirinya. "Jonathan, aku tidak punya kendaraan. Antarkan aku pulang."     

"Paman, aku pergi bersama dengan ayah dan ibuku tetapi mereka bertemu dengan temannya. Akhirnya, mereka menyuruhku pulang terlebih dahulu. Apakah kamu bisa mengantarku ke rumah Nenek Diana?" tanya Jenny sambil memeluk lengan Jonathan.     

"Tujuan kalian berlawanan. Aku hanya punya satu mobil," Jonatha mengerutkan keningnya.     

"Tentu saja Paman harus mengantarku. Aku akan perempuan!" kata Jenny.     

"Siapa cepat ia dapat! Aku yang minta Jonathan mengantarku terlebih dahulu!" Rudi juga tidak mau mengalah.     

"Paman, bukankah mobilnya milikmu? Siapa yang ingin kamu antar?" Jenny memandang ke arah Jonathan dengan tatapan memelas, mengedipkan matanya berulang kali.     

Rudi tidak peduli lagi. ia langsung mencari Jonathan dan masuk ke dalamnya terlebih dahulu.     

Melihat Rudi masuk ke kursi belakang, Jenny langsung masuk ke kursi penumpang depan. "Paman, ayo antar aku!" teriak Jenny.     

"Tidak! Ke rumahku dulu!" kata Rudi.     

"Jenny, bagaimana kalau aku mengantar Rudi dulu dan setelahnya baru mengantarmu?" kata Jonathan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.