Dokter Hantu yang Mempesona

Bagaimana Rasanya



Bagaimana Rasanya

0Tuan Neraka melirik Bayangan Satu. Kemudian, dia menggendong Feng Jiu berjalan menuju meja untuk duduk lalu memberikan perintah. "Bawakan obat."     

Bayangan Satu tidak punya pilihan lain kecuali mengantar dua wanita itu kembali. Lalu dia mengambil obat untuk menyembuhkan luka Feng Jiu dan meletakkannya di atas meja. Bayangan Satu melihat Tuan Neraka mendekap pemuda itu sambil memintanya duduk di pahanya. Dia membuka mulutnya dan ingin bicara, tapi dia tidak tahu harus mengatakan apa.     

Tubuh Feng Jiu sangat tegang. Dia sedang dipangku oleh Tuan Neraka, tapi dia merasa seperti duduk di ranjang yang penuh dengan paku. Tubuhnya merasa sangat tidak nyaman. Namun sebaliknya, Tuan Neraka tidak merasa ada sesuatu yang salah. Dia masih melakukan apa yang ingin dia lakukan dan bersikap seolah-olah tidak ada yang salah.     

"Tuan Neraka, luka kecil ini bukan apa-apa... Aku seharusnya tidak perlu merepotkan Tuan dan membuat Tuan mengoleskan obat ini... Aku akan berdiri dan kembali," ucap Feng Jiu. Dia ingin berdiri. Dia baru saja mengangkat tubuhnya, tapi Tuan Neraka langsung menahan tubuh Feng Jiu.     

"Duduklah dengan baik!"     

Feng Jiu tertegun. Tubuhnya menjadi kaku seperti balok kayu ketika dipaksa duduk di pangkuannya lagi. Dia tidak berani bertindak ceroboh.     

Ketika Bayangan Satu melihatnya, dia hanya bisa menghela nafas. Dia berjalan keluar dan berjaga di depan pintu. Apa yang sudah terjadi tidak perlu diragukan lagi. Tuan telah jatuh ke dalam kubangan lumpur dan tidak bisa ditarik.     

"Bayangan Satu? Kenapa aku melihat dua wanita itu kembali sambil menangis? Apa yang terjadi? Bukankah Tuan meminta mereka menemani tidurnya?" Serigala Abu-abu melihat Bayangan Satu berjaga di depan pintu. Dia bertanya dengan penuh rasa ingin tahu.     

"Kenapa kamu ke sini?" Bayangan Satu bertanya sambil menghalangi pintu. Dia sekilas melihat ke dalam kemudian dia menahan Serigala Abu-abu. Dia tidak ingin Serigala Abu-abu melihat Tuan sedang memeluk pemuda itu dan mengoleskan obat padanya!     

"Ada apa? Kenapa kamu menahanku?"     

Serigala Abu-abu tidak menyadari situasi yang sedang terjadi. Dia melihat pintu itu terbuka kemudian mengintip ke dalam. Tapi karena Bayangan Satu bersikeras menghalangi di hadapannya, Serigala Abu-abu frustasi. Dia mengulurkan tangan untuk mendorong Bayangan Satu sambil mengajukan protes.     

"Apa yang sedang kamu rencanakan?"     

Tapi ketika kedua mata Serigala Abu-abu mengarah pada adegan yang ada di dalam kamar, kakinya menjadi lemas dan dia hampir jatuh ke lantai.     

"Apakah... Apakah aku tidak salah lihat? Tuan... Tuan sedang memeluk bocah itu?!" Serigala Abu-abu meremas kerah Bayangan Satu dengan erat. Kedua matanya terbelalak karena kaget.     

Bayangan Satu menarik Serigala Abu-abu agar dia menjauh dari sana. Dia khawatir jika ucapan mereka akan terdengar oleh Tuan.     

"Kamu harus pura-pura tidak melihatnya. Kembalilah ke tempat asalmu. Tuan sedang sibuk dan tidak bisa menemui kamu sekarang."     

"Tidak... Mereka..."     

"Jangan bertanya padaku. Aku tidak tahu apa-apa," ucap Bayangan Satu. Bibirnya agak tegang. Dia segera kembali untuk menjaga pintu.     

Di dalam kamar, Feng Jiu menatap balutan perban yang terlilit di tangannya. Sudut bibirnya berkedut. Dia memiringkan kepalanya. Ketika melihat Tuan Neraka dalam jarak yang sangat dekat, dia tiba-tiba merasa bahwa dia pernah bertemu dengannya.     

"Tuan Neraka, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"     

Setelah mendengar ucapan Feng Jiu, Tuan Neraka akhirnya ingat bahwa dia belum mengenakan topengnya setelah mandi. Kedua matanya tampak berbinar. Dia menatap Feng Jiu dan mengalihkan topik pembicaraan. Namun tangan yang melingkar di pinggang Feng Jiu sama sekali tidak melonggar.     

"Sampai kapan kamu berniat untuk membiarkan benda itu di wajahmu?"     

"Ha?"     

Feng Jiu tertegun. Lalu dia sadar bahwa seluruh wajahnya dipenuhi dengan salep berwarna hitam dan hijau. Dia tersenyum lebar sambil menjawab. "Beberapa hari lagi akan sembuh."     

Tuan Neraka melihat kedua mata Feng Jiu yang melengkung seperti bulan sabit. Aroma tanaman obat dari tubuh Feng Jiu juga tercium olehnya. Dia adalah satu-satunya wanita yang sentuhannya tidak bisa dia benci. Kedua mata Tuan Neraka menjadi lebih suram secara perlahan. Tenggorokannya terus menelan ludah ketika ada api yang bergejolak dalam dirinya.     

Tuan Neraka tidak pernah menyimpan perasaan apapun untuk orang lain. Namun entah kenapa, dia merasa memiliki hasrat yang sulit dijelaskan untuk Feng Jiu.     

Sepertinya dia mulai paham bagaimana rasanya ketika jantungnya berdebar...     

Feng Jiu melihat Tuan Neraka tidak berniat melepaskan dekapannya. Tatapan Feng Jiu berubah. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman licik yang disertai dengan hinaan. Dia pun bertanya.     

"Tuan Neraka, apa yang kamu rasakan ketika memeluk aku seperti ini?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.