Dokter Hantu yang Mempesona

Kebiasaan Memotong Lengan Pakaian



Kebiasaan Memotong Lengan Pakaian

0"Apakah kamu tidak ganti celana?" Feng Jiu bertanya sambil mengangkat alisnya. Raut wajah Tuan Neraka menjadi suram ketika mendengar ucapan Feng Jiu. Dia melihat mata Feng Jiu yang berbinar saat menatapnya. Tuan Neraka pun berkata. "Cukup pakaian atas saja."     

"Oh..." Feng Jiu merasa agak sedih. Dia melirik tali celana Tuan Neraka. [Hampir... Hampir saja...]     

Ketika melihat raut wajah Feng Jiu yang seperti itu, sudut bibir Tuan Neraka berkedut. Dia tidak tahan lagi melihatnya dan langsung memalingkan pandangan.     

Setelah mengganti baju yang berlumuran darah, Tuan Neraka berbaring. Dia memberikan perintah pada Feng Jiu. "Kamu tidur saja di ruangan luar. Aku akan memanggilmu jika butuh sesuatu."     

Feng Jiu meliriknya dan bertanya. "Apakah kamu tidak melepas topengmu?"     

[Orang ini selalu memakai topeng bahkan ketika akan tidur. Tuan Neraka sepertinya tidak ingin jika Feng Jiu mengenalinya. Apakah Tuan Neraka adalah orang yang dia kenal?]     

"Keluar." Tuan Neraka melirik Feng Jiu. Suaranya terdengar kasar.     

Feng Jiu hanya mengangkat bahunya dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia berjalan ke depan kamar untuk berbaring. Dia memejamkan matanya. Namun Feng Jiu tidak bisa tidur karena sedang memikirkan cara agar dia bisa kabur. Sebelum dia bisa kabur dari sini, haruskah dia mencuri beberapa tanaman obat ajaib dan membawanya pulang?     

Esok pagi, Tuan Neraka bangun. Dia berjalan ke bagian depan kamarnya dan melihat seseorang yang sedang meringkuk di tempat duduk. Salep berwarna hitam dan hijau di wajahnya hampir kering setelah semalaman dan lapisannya sudah retak. Tapi orang itu masih saja tertidur pulas seperti babi.     

Tuan Neraka mengangkat kakinya lalu menyenggol kaki orang itu. Namun orang itu hanya meringkuk dan bergumam. "Bermainlah di samping, jangan ganggu aku."     

Tuan Neraka mengangkat alisnya. Tatapan matanya terlihat tajam. Dia menatap orang itu kemudian keluar halaman untuk menyuruh penjaga agar mengambil air mandi.     

Ketika mencapai jam Chen (antara jam 7 hingga 9 pagi), Feng Jiu bergerak dan membalik tubuhnya. Dia lupa bahwa dia sedang tidur di ruangan yang sempit. Setelah memutar tubuhnya, dia terjatuh ke atas lantai dengan suara yang keras. Tuan Neraka yang sedang sarapan di luar bahkan bisa mendengarnya.     

"Oww!"     

Feng Jiu berteriak kesakitan. Dia menggosok lengannya sambil berdiri. Dia benar-benar terbangun karena jatuh. Dia tiba-tiba melihat sesosok orang yang berdiri di pintu. Orang itu terlihat cukup terhibur saat melihat Feng Jiu. Feng Jiu pun menatapnya dengan penuh amarah.     

"Apa yang sedang kamu lihat? Apakah kamu belum pernah melihat orang jatuh sebelumnya?'     

"Pfft!"     

Bayangan Satu tertawa terbahak-bahak. Dia mengangguk dan berkata.     

"Aku memang belum pernah melihat orang yang sedang tidur sampai terjatuh dari tempat tidurnya. Seberapa nyenyak kamu tidur?"     

Feng Jiu mengabaikan Bayangan Satu. Dia memegang wajahnya untuk memeriksa salep yang dia kenakan. Setelah menyadari bahwa salepnya sudah mengering, dia segera berkata.     

"Aku pergi dulu." Tanpa menunggu jawaban dari Bayangan Satu, dia pun keluar.     

Ketika Feng Jiu sampai di halaman luar, dia melihat Tuan Neraka sedang sarapan. Feng Jiu tiba-tiba memperlambat langkahnya ketika melihat makanan yang enak di atas meja. Dia segera berteriak kepada penjaga di luar. "Bawakan aku mangkuk dan sepasang sumpit!"     

Kemudian, Feng Jiu segera pergi ke belakang untuk membersihkan mulutnya dan kembali ke meja. Dia duduk di meja dan berkata. "Aku pikir kamu tidak keberatan jika aku makan bersamamu."     

Feng Jiu menerima mangkuk dan sumpit yang dibawa oleh penjaga. Kemudian, dia segera mengambil pangsit berwarna hijau dan mengunyahnya.     

Kedua mata Feng Jiu berbinar. Dia pun bergumam sambil mengunyah makanan di mulutnya.     

"Hmm! Dagingnya benar-benar berair! Wangi sekali!"     

Tuan Neraka melihat Feng Jiu yang bersikap seperti kucing rakus yang belum makan satu abad. Dia memperlambat kecepatan makannya dan memberikan perintah. "Suruh mereka membawakan porsi lagi."     

Namun, suara itu membuat Bayangan Satu mendongak karena terkejut. Dia memperhatikan bahwa Tuannya tidak menunjukkan rasa jijik kepada pemuda yang sedang duduk dan makan bersamanya. Tuan bahkan memerintahkan penjaga untuk membawa porsi lain. Bayangan Satu memikirkan hal itu dengan lebih serius.     

Tuan biasanya terlihat bahwa dirinya tidak menyukai seorang wanita. Tapi dia menunjukkan perhatian yang begitu besar pada pemuda ini sekarang. Mungkinkah... Tuan benar-benar memiliki kebiasaan memotong pakaian[1][1]?     

[1] Memotong lengan pakaian (断袖之癖) : eufemisme untuk homoseksualitas. Berasal dari Sejarah Han Barat. Kaisar Han Aidi (nama asli: Liu Xin) berada di tempat tidur bersama dengan kekasihnya Dong Xian. Dia harus menghadiri pengadilan pagi itu. Karena tidak ingin membangunkan Dong Xian yang sedang tidur dengan kepala bersandar pada lengan jubah panjang kaisar, Aidi menggunakan pisau untuk memotong bagian bawah lengan jubahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.