Dokter Hantu yang Mempesona

Selalu Berdiri



Selalu Berdiri

0Pak Tua Lin menggelengkan kepalanya ketika melihat Feng Jiu yang terlihat sangat gembira. Dia berkata. "Jika kamu membutuhkan tanaman obat, silahkan ambil saja di lantai atas. Aku akan membawa tanaman obat itu kepada Tuan Neraka terlebih dahulu." Kemudian, Pak Tua Lin meninggalkan Feng jiu yang sedang terkekeh sendirian.     

Pak Tua Lin tiba di gedung utama. Dia tidak melihat Serigala Abu-abu yang biasanya selalu berada di samping Tuan. Tapi dia justru melihat Bayangan Satu yang sedang berjaga di halaman. Dia menghampirinya dan bertanya.     

"Bayangan Satu, kenapa aku tidak melihat Serigala Abu-abu di sini?"     

Bibir Bayangan Satu berkedut setelah mendengar pertanyaannya. Dia melirik ke dalam bangunan sebelum menjawab pertanyaannya sambil berbisik.     

"Serigala Abu-abu sedang berada di Menara Angin Jernih dan melayani pelanggan!"     

"Apa?" Pak Tua Lin kaget. Dia pun bertanya sambil berbisik. "Melayani pelanggan di... di Menara Angin Jernih?" [Apakah dia tidak salah dengar?]     

Bayangan Satu memberi isyarat kepada Pak Tua Lin untuk memelankan suaranya sambil menunjuk ke dalam.     

Pak Tua Lin menyeka keringat dingin di wajahnya. "Ada sesuatu yang perlu aku katakan pada Tuan. Aku akan pergi sekarang."     

Tuan Neraka sedang duduk di meja kerja sambil membaca berita dan informasi yang dikirimkan dari berbagai tempat. Saat itu, terdengar dua ketukan pada pintu. Suara Pak Tua Lin kemudian terdengar.     

"Tuan, anak buah anda ingin melaporkan suatu hal."     

"Masuklah."     

Pak Tua Lin menarik nafas dan berjalan masuk. Dia melihat sosok berpakaian hitam yang sedang sibuk di belakang meja. Dia berjalan maju dan membungkuk dengan hormat, kemudian dia memberikan obat.     

"Tuan, obat ini dibuat oleh si Hantu dan anak buah anda telah memeriksanya. Ini adalah obat tingkat empat."     

Ketika mendengar kata-kata Pak Tua Lin, Tuan Neraka meletakkan gulungan yang dia pegang. Dia mendongak dan berkata.     

"Dia meracik obat tingkat empat?"     

"Benar, ini adalah obat tingkat empat. Obat ini sangatlah unggul. Di antara semua obat yang diracik di Menara Medis, kami belum pernah melihat satu saja obat tingkat empat yang sangat unggul..." Ketika membicarakan hal itu, Pak Tua Lin menjadi agak bersemangat. Dia tidak menyangka bahwa si Hantu yang tampak biasa-biasa saja memiliki kemampuan yang sangat hebat. Wajar saja jika Tuan memberikan perlakuan yang istimewa kepadanya.     

Tuan Neraka sedang berpikir selama beberapa saat. Kemudian dia berkata.     

"Ketika kamu kembali, biarkan pemuda itu menggambar lambangnya pada botol obat. Kemudian kirimkan obat itu ke rumah lelang. Mintalah mereka melelangnya atas nama Dokter Hantu."     

Pak Tua Lin cukup terkejut ketika mendengarnya. "Apakah tuan ingin mendongkrak ketenaran Dokter Hantu?" JIka itu dilakukan dengan campur tangan Istana Neraka, maka Dokter Hantu akan dikenal di seluruh Negeri Green Gallop hanya dalam waktu kurang dari tiga bulan!     

"Lakukan saja!" Tuan Neraka tidak ingin bicara lebih banyak. Dia melambaikan tangannya sebagai isyarat agar Pak Tua Lin segera pergi.     

"Baik, Tuan." Pak Tua Lin membungkuk kemudian keluar dari ruangan.     

Di sisi lain, di dalam Menara Angin Jernih.     

Serigala Abu-abu sedang bersembunyi di kamarnya. Saat dia melirik bagian bawah tubuhnya, dia menggertakkan giginya dengan keras sambil mengumpat. "Bajingan itu! Seharusnya aku tahu bahwa dia tidak akan merawatku begitu saja! Seperti yang aku duga, dia sedang merencanakan sesuatu yang buruk!"     

Saat itu, pintu kamar terbuka. Seorang pria tampan dengan kulit yang halus masuk ke dalam kamar. Dia melirik bagian tubuh Serigala Abu-abu yang berdiri tegak. Dia tersenyum nakal.     

"Serigala Abu-abu, apa yang membuat kamu merasa sangat frustasi? Orang lain berharap agar 'barangnya' tetap berdiri tegak, sedangkan kamu... Lihat, sudah berapa lama 'itu' berdiri tegak? Kekuatan yang seperti itu membuat kami merasa tidak ada apa-apanya, kamu tahu, kan?!"     

Ketika mendengar ucapannya, Serigala Abu-abu menatap pria itu dengan tajam dan berkata.     

"Kamu masih saja tertawa? Bukankah kamu seharusnya membantuku memikirkan jalan keluar masalah ini? Apakah kamu masih menganggap aku sebagai teman seperjuangan?!"     

"Aku bukannya tidak punya ide."     

Pria itu tersenyum sambil berjalan mendekat. Dia berkata.     

"Kamu mengerti tempat macam apa ini. Kami tidak kekurangan pria gay. Kenapa aku tidak meminta mereka untuk meredam gairahmu yang berapi-api?"     

"Berhenti membuat situasi menjadi lebih buruk! Aku sudah merasa cukup frustasi!" Serigala Abu-abu berbicara dengan penuh amarah.     

"Baiklah kalau begitu!" Pria itu bertepuk tangan. Kemudian, beberapa pelayan datang membawa jubah tipis berwarna merah transparan serta bedak pemerah pipi.     

Ketika melihat itu semua, Serigala Abu-abu langsung waspada. "Apa yang kamu lakukan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.