Dokter Hantu yang Mempesona

Kemarahan Berapi-api yang Entah Berasal Dari Mana



Kemarahan Berapi-api yang Entah Berasal Dari Mana

0Tatapan tajam Tuan Neraka tertuju pada Serigala Abu-abu yang sedang mempererat ikat pinggangnya. Kedua mata Tuan Neraka terlihat seperti pedang es yang dingin. Itu bisa membuat hati seseorang menjadi beku.     

"Apakah kamu membantu mengobatinya?" Sepasang mata hitam tertuju pada Feng Jiu yang berada di samping. Tidak ada yang bisa merasakan emosi seperti apa yang sedang dia tunjukkan dalam kedua matanya. Suaranya terdengar lirih dan tenang sehingga orang lain tidak bisa menebak apa yang sedang dia pikirkan.     

Feng Jiu mengedipkan matanya. Kemudian, dia mengangguk.     

"Benar."     

Dia menatap Tuan Neraka sambil merasa kebingungan. Dia berpikir bahwa dua pria di hadapannya memang sedikit gila.     

"Apakah dia melepas pakaiannya?"     

Tatapan Tuan Neraka kembali tertuju pada Serigala Abu-abu yang benar-benar tegang. Suaranya seakan memberikan tanda bahwa sedang ada bahaya.     

Feng Jiu menjawabnya dengan jujur dan mengangguk.     

[Bagaimana bisa dia melakukan akupuntur jika Serigala Abu-abu tidak melepas pakaiannya? Tentu saja dia harus melepasnya!]     

"Berarti kamu melihat tubuhnya?"     

Suara itu berubah menjadi sangat dingin seperti es sehingga Serigala Abu-abu benar-benar merasa tegang dan mengeluarkan keringat dingin. Dia bertanya-tanya dalam hati, apa yang telah dia lakukan sehingga Tuan merasa tidak senang? Mungkinkan, dia telah melanggar sesuatu yang tabu tanpa dia sadari?     

"Tentu saja! Bagaimana bisa aku memberikan akupuntur tanpa melihat tubuhnya?"     

Feng Jiu berpikir jika semua ini mulai tidak masuk akal. Khususnya ketika dia merasakan suhu ruangan yang dingin dan ada angin yang berhembus di dalam ruangan. Ini sangat aneh.     

Tuan Neraka melihat wajah Feng Jiu yang kebingungan. Tuan Neraka tiba-tiba merasa sangat marah. Dia menatap Feng Jiu selama beberapa saat. Kemudian, dia berbalik dan keluar dari ruangan dengan langkah cepat. Saat itu, suaranya yang sangat tajam dan penuh dengan amarah mulai terdengar.     

"Bayangan Satu, lemparkan Serigala Abu-abu ke dalam Menara Angin Jernih!"     

Bayangan Satu baru saja datang untuk mengejar Tuannya. Ketika dia mendengar perintah itu, dia terperangah dan menjawabnya dengan gagap.     

"Menara... Menara Angin Jernih?"     

Tatapan dari Bayangan Satu tertuju pada Serigala Abu-abu yang ada di dalam ruangan. Wajah Serigala Abu-abu terlihat terperangah ketika dia berdiri dengan kaku di sana. Raut wajah Bayangan Satu menunjukkan bahwa dia tidak percaya dengan perintah tuannya.     

Feng Jiu sedikit terkejut ketika memandangi mereka berdua. Ketika dia melihat wajah mereka berdua terlihat tidak percaya, dia mengedipkan matanya beberapa kali. Kemudian, dia bertanya dengan penuh rasa ingin tahu.     

"Menara Angin Jernih? Tempat Seperti apa itu?"     

Siapa yang tahu? Dia lebih baik tidak bertanya. Hanya dengan satu pertanyaan dari Feng Jiu, Serigala Abu-abu merasa sangat hancur. Dia pun bergegas meninggalkan ruangan.     

"Tuanku! Tuanku, anak buahmu tidak ingin pergi ke Menara Angin Jernih, Tuanku..."     

Ketika melihat Serigala Abu-abu yang bergegas keluar, Bayangan Satu segera tersadar dan mengejarnya.     

Jika Bayangan Satu tidak menjalankan perintah dari Tuan Neraka, maka Serigala Abu-abu bukan satu-satunya orang yang pergi ke Menara Angin Jernih. Dia bisa saja akan terseret bersama Serigala Abu-abu ke sana...     

Oleh karena itu, daripada mereka berdua mengalami nasib yang sama, Bayangan Satu lebih memilih salah satu saja yang menderita. Dia tidak punya pilihan selain mengecewakan Serigala Abu-abu.     

Feng Jiu berdiri tepat di luar pintu. Dia mendengar suara kekecewaan dari Serigala Abu-abu. Dia pun berpikir sambil mengerutkan dahinya.     

[Menara Angin Jernih? Tempat seperti apa itu? Tempat itu bisa membuat raut wajah Serigala Abu-abu berubah hanya dengan mendengar namanya saja?]     

"Lalu... Kenapa Tuan Neraka datang ke sini? Kenapa dia pergi dengan tergesa-gesa?"     

Feng Jiu bergumam dengan pelan. Dia tidak paham dengan apa yang baru saja terjadi. Akhirnya, dia tidak memikirkannya lagi. Setelah itu, Feng Jiu kembali ke kamarnya dan menutup pintu, lalu mengerjakan hal-hal yang belum dia selesaikan.     

Keesokan harinya, Feng Jiu membawa obat-obatan tingkat empat yang dia buat untuk Pak Tua Lin. Ketika melihat obat-obatan itu, Pak Tua Lin merasa sangat terkejut dan bersemangat. Feng Jiu segera memikirkan apa yang ingin dia tanyakan. Kemudian, dia bertanya pada Pak Tua Lin sambil menyeringai.     

"Pak Tua Lin, apakah aku boleh bertanya kepadamu?"     

"Hahaha, ada apa? Tanyakan saja!"     

Pak Tuan Lin menyimpan obat-obatan itu dengan hati-hati. Dia memperlakukan tanaman obat-obatan itu seperti harta karun. Dia berpikir bahwa dia ingin menunjukkannya kepada Tuan nanti.     

"Tempat seperti apa Menara Angin Jernih itu?" Feng Jiu bertanya dengan acuh tak acuh sambil menggigit camilan dari meja Pak Tua Lin.     

"Menara Angin Jernih adalah rumah pelacuran untuk pria gay. Kenapa kamu menanyakan hal itu padaku?" Pak Tua Lin tinggal di Menara Medis seharian penuh kemarin. Dia tidak tahu bahwa Serigala Abu-Abu telah dilemparkan ke Menara Angin Jernih atas perintah Tuan Neraka.     

"Uhuk! Uhuk! Apa?? Gay... Pria gay?"     

Kedua mata Feng Jiu terbelalak. Dia merasa sangat terkejut. Namun setelah itu, dia tertawa terbahak-bahak.     

"Hahahaha! Rumah pelacuran untuk pria gay!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.