Dokter Hantu yang Mempesona

Ternyata Itu Dia!



Ternyata Itu Dia!

0"Ada apa? Kenapa anda menatap saya seperti itu?" Feng Jiu bertanya kebingungan. Saat itu, Tuan Neraka terkejut ketika melihat wajah yang tertutupi oleh salep hitam dan hijau di hadapannya dan sepasang mata yang terlihat licik. Tiba-tiba, Tuan Neraka menyadari sesuatu.     

Ternyata itu dia!     

Dia adalah gadis kecil yang ada di Hutan Sembilan Jebakan! Gadis kecil yang menempel di kakinya dengan erat dan memanggilnya dengan sebutan saudara ipar, kemudian memanggilnya paman...     

Dia juga orang yang telah menyelamatkan dirinya ketika Racun Pembekuan kambuh dan membuatnya menderita.     

Ketika Tuan Neraka memikirkan hal itu, kedua matanya terlihat kacau. Dia tidak pernah berpikir bahwa dia masih akan bertemu dengannya lagi. Apalagi, Feng Jiu menyamar sebagai seorang pemuda sehingga dia tertipu. Jika Tuan Neraka tidak melihat salep hitam dan hijau yang tersebar di wajahnya, maka dia tidak akan bisa mengenalinya sama sekali.     

Wajah Feng Jiu berkerut ketika merasakan bahwa Tuan Neraka sedang menatapnya dengan cermat.     

"Saya bertanya sekali lagi, kenapa Tuan Neraka tidak tidur tapi justru menatap saya seperti ini?"     

Tatapan Tuan Neraka sekilas tertuju pada dada Feng Jiu yang ditutupi oleh jubah bagian dalam. Dada Feng Jiu terlihat datar. Namun, Tuan Neraka tiba-tiba mengingat peristiwa sebelumnya di Hutan Sembilan Jebakan ketika dia tanpa sengaja merasakan sensasi lembut itu pada genggamannya. Telinga Tuan Neraka menjadi merah. Dia pun segera meninggalkan tempat itu.     

"Orang yang sangat aneh."     

Setelah melihat Tuan Neraka pergi begitu saja, Feng Jiu merasa sikap Tuan Neraka benar-benar aneh. Feng Jiu kembali ke depan cermin dan mengoleskan lapisan salep lain. Kemudian dia tidur dengan mengenakan salep itu di wajahnya.     

Keesokan harinya, Feng Jiu datang ke Menara Medis dengan wajah yang dilapisi dengan salep. Pak Tua Lin terkejut dan bertanya.     

"Dokter Hantu, ada apa di wajahmu? Kenapa kamu pergi keluar tanpa mencuci muka lebih dulu?"     

"Ini adalah obat. Aku belum bisa mencucinya." Feng Jiu tersenyum. "Pak Tua Lin, aku akan memilih beberapa tanaman obat lagi. Apakah kamu mau ikut?"     

"Memilih tanaman obat lagi? Yang kamu ambil kemarin..."     

"Percobaan kemarin gagal. Lihat ini, aku telah mengoleskan obatnya di wajahku," ucap Feng Jiu sambil menunjuk salep di wajahnya. Dia memicingkan matanya dan tersenyum.     

"Err..." Pak Tua Lin terdiam dan tidak tahu harus berkata apa.     

Tapi ketika mengingat sikap Tuan Neraka terhadap pemuda itu, serta perintah dari Tuan Neraka, maka dia hanya bisa menghela nafas pasrah. "Pergilah memilih tanaman obat yang kamu butuhkan. Setelah selesai mengambilnya, aku hanya perlu mencatat semua tanaman obat itu. Aku masih sibuk mengerjakan sesuatu dan tidak bisa menemani kamu."     

Kedua mata Feng Jiu berbinar. "Pak Tua Lin, aku tidak menyangka bahwa kamu sangat mempercayai aku! Apa kamu tidak takut jika aku akan menyia-nyiakan semua tanaman obat yang tidak bisa dibeli dengan ribuan emas itu?"     

Pak Tua Lin berbicara dalam hati.     

[Bukannya aku percaya padamu tapi Tuan Neraka yang mengatakan padaku bahwa kamu bisa mengambilnya sesuka hati. Hanya Tuan Neraka yang akan mengizinkan kamu menghabiskan dan menyia-nyiakan tanaman obat seperti itu.]     

Pandangan Pak Tua Lin tertuju pada wajah Feng Jiu. Dia memikirkan semua tanaman obat ajaib yang tak ternilai harganya berubah menjadi salep... Pak Tua Lin tidak bisa menahan rasa jengkel.     

"Pemborosan! Benar-benar boros! "     

Pak Tua Lin menggelengkan kepala dan meneruskan pekerjaannya.     

Oleh karena itu, Feng Jiu naik ke lantai atas dan mengambil cukup banyak tanaman obat ajaib. Kemudian, dia mengunci dirinya di dalam kamar sambil meracik tanaman-tanaman obat itu tanpa henti. Ketika malam tiba, Serigala Abu-Abu yang berwajah muram datang mengetuk pintu Feng Jiu.     

Sementara itu, di sisi lain gedung utama, Tuan Neraka sedang memegang secangkir teh. Dia masih berada dalam posisi yang sama dan tidak bergerak sama sekali. Entah apa yang dia pikirkan. Dia terkadang mengerutkan alisnya. Sudut bibirnya melengkung sehingga membentuk senyuman tipis.     

Itu aneh. Kultivator berjubah hitam yang sedang berjaga di sampingnya menjadi sangat tegang dan merasa agak takut.     

Ketika meneguk tehnya, Tuan Neraka menyadari bahwa tehnya sudah dingin.     

Tuan Neraka meletakkan cangkir yang dia pegang kemudian dia bertanya.     

"Bayangan Satu, kemana Serigala Abu-Abu itu akan pergi?"     

"Lapor Tuan, Serigala Abu-abu pergi sedang konsultasi dengan Dokter Hantu mengenai suatu penyakit..."     

Tuan Neraka sedang duduk dan sedang menuangkan secangkir teh. Namun ketika mendengar kalimat penjaga di sampingnya, wajahnya langsung berubah. Tuan Neraka menggunakan topeng di wajahnya dan pergi seperti angin. Dia meninggalkan Bayangan Satu yang sedang menatapnya sambil menganga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.