Dokter Hantu yang Mempesona

Kakeknya



Kakeknya

Ketika para Ketua Keluarga keluar, mereka melihat kereta kuda yang sederhana lewat di depan mereka dan kereta itu semakin menjauh.     

Mereka menggenggam tangan di depan dada sebagai tanda ucapan selamat tinggal. Mereka akhirnya naik kereta kuda masing-masing lalu bertekad lebih memperhatikan gerak gerik Guan Xi Lin mulai dari sekarang.     

Mereka semua berpikir bahwa mereka bisa membawanya ke dalam klan mereka sendiri karena Guan Xi Lin sudah mengundurkan diri dari Klan Keluarga Guan. Lagipula, setelah pertarungan di panggung hari ini, mereka semua yakin bahwa Guan Xi Lin bisa menjadi orang hebat di masa yang akan datang!     

Guan Xi Lin duduk diam di dalam kereta kuda tanpa berbicara sedikit pun. Dia mengabaikan semua kekacauan dan tidak mempedulikan apa kata orang lain tentangnya. Tidak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkannya.     

"Kakak, apakah kamu menyesal?" tanya Feng Jiu.     

"Tidak." Guan Xi Lin menatapnya, lalu menggelengkan kepala. "Aku tidak menyesal mengundurkan diri dari klan."     

"Lalu, apa yang sedang kamu pikirkan?"     

Guan Xi Lin terdiam beberapa saat hingga akhirnya berkata.     

"Aku sudah mengundurkan diri dari Keluarga Guan hari ini. Tapi, aku punya ide untuk mendirikan klan keluarga milikku sendiri. Aku ingin mendirikan Klan Keluarga di kota Cloudy Moon yang tidak kalah dengan klan mereka."     

"Tentu kamu bisa! Itu ide yang sangat bagus."     

Feng Jiu mengangguk sambil tersenyum lebar karena setuju. "Di mana kamu ingin membeli rumah?"     

Guan Xi Lin menggelengkan kepala. "Jiu Kecil, aku ingin mendapatkan uang dari jerih payahku sendiri, sehingga keinginanku bisa menjadi nyata."     

Ketika mendengar kata-kata itu, Feng Jiu yang semula ingin membantu Guan Xi Lin, mengurungkan niatnya. Feng Jiu hanya bisa tersenyum saat melihat tekad Guan Xi Lin, "Baiklah. Aku tidak akan membantumu. Tapi, di sebelah mana kamu ingin mendirikan tokomu? Setidaknya, aku bisa membantu mencarikan tempat dan melihat lokasinya."     

Guan Xi Lin tersenyum saat mengetahui Feng Jiu tidak mendesaknya.     

"Terima kasih, Jiu Kecil. Untuk masalah itu, aku pasti akan meminta bantuanmu bahkan tanpa harus mengatakannya. Kamu punya pandangan yang lebih jeli untuk hal-hal seperti ini daripada aku."     

"Benar sekali."     

Fang Jiu mengangkat kepalanya dan mengangguk. Wajahnya terlihat puas. Tatapannya kemudian mengarah ke luar jendela ketika angin meniup tirai hingga terbuka. Feng Jiu tidak sengaja melihat sosok yang membuatnya tegang.     

"Hentikan kereta kudanya."     

Leng Shuang yang berada di luar segera menarik tali pengikat kuda dan menghentikan kereta.     

"Apakah ada sesuatu yang salah?" Guan Xi Lin agak bingung ketika melihat Feng Jiu mengenakan tudungnya sambil berdiri.     

"Kakak, kamu lanjutkan saja perjalanan dengan Leng Shuang. Carilah beberapa pelayan dan kembalilah lebih dulu. Aku ada urusan dan akan kembali sendiri nanti." Saat Feng Jiu berbicara, dia segera menarik tirai supaya terbuka dan keluar dari kereta kuda.     

Guan Xi Lin terkejut, dia mengikuti Feng Jiu keluar.     

"Jiu Kecil, biarkan Leng Shuang menemanimu. Aku bisa mengemudikan kereta kuda sendiri."     

Leng Shuang bersiap untuk turun ketika suara Feng Jiu terdengar.     

"Tidak perlu. Kalian pergi saja! Aku akan baik-baik saja pergi sendiri."     

Ketika mendengar perkataan itu, Leng Shuang tidak berusaha mengikutinya. Tapi dia menoleh ke arah Guan Xi Lin.     

Guan Xi Lin terdiam sejenak. Dia pun tidak ingin memaksa Feng Jiu.     

"Karena dia tidak mau kita mengikutinya, kita pergi saja dulu! Dia pasti akan baik-baik saja."     

"Mm." Leng Shuang setuju. Dia melirik Nona-nya yang sedang berjalan menuju suatu tempat kemudian dia melanjutkan perjalanan dengan kereta kuda ke depan.     

Feng Jiu berjalan ke arah yang berkebalikan dengan arah kereta kudanya pergi. Dia datang ke toko anggur merah. Mata Feng Jiu mendadak terasa panas saat melihat pria tua yang duduk di depan toko anggur merah. Pria itu menggenggam sebuah kendi yang berisi anggur merah. Dia menolak pergi. Hati Feng Jiu teriris dan ada perasaan pahit dalam dadanya.     

Itu adalah kakeknya. Lebih tepatnya, itu adalah kakek pemilik asli tubuhnya. Seharusnya, dia tidak punya perasaan apa-apa terhadap orang tua itu. Tapi entah kenapa, saat Feng Jiu melihat sosok tua itu, emosi dalam hatinya mendadak muncul.     

Ajaran, bimbingan serta sikap yang memanjakan dirinya, itu semua diberikan oleh kakek tua itu. Setiap adegan mulai muncul secara berulang dalam benak Feng Jiu. Adegan itu seolah baru saja terjadi kemarin. Feng Jiu seakan-akan mengalaminya sendiri.     

Feng Jiu melihat pria tua itu meneguk anggur merah dari kendi, lalu meludahkan semuanya sambil berseru dengan keras. "Cih! Cih! Cih!"     

Ketika pria tua itu menuangkan seluruh anggur merah dari kendi dengan perasaan jijik, Feng Jiu perlahan-lahan tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.