Dokter Hantu yang Mempesona

Arus yang Bergejolak



Arus yang Bergejolak

0"Selama satu bulan, aku harus mengasingkan diri. Perhatikan apa saja yang terjadi di rumah dengan lebih seksama. Jika tidak ada masalah yang penting, jangan pernah ganggu aku." Setelah memberikan instruksi, Feng Jiu berjalan menuju halaman tempat tinggalnya.     

Leng Shuang menjawabnya. Dia tidak mengikuti Feng Jiu. Dia membereskan barang-barang sebelum pergi dari sana.     

Feng Jiu kembali ke kamarnya dan mandi. Setelah itu, dia kembali ke ruang dimensi.     

Tingkat kultivasinya berada pada tingkat paling dasar. Feng Jiu ingin mencapai tingkat puncak hanya dalam waktu setengah bulan. Di ruang dimensi, konsentrasi spiritual Qi yang kuat bisa membantunya meningkatkan kultivasi. Dia juga mendapatkan keuntungan dengan menggunakan pil.     

Terlebih lagi, waktu di dalam ruang dimensi berbeda dengan waktu di luar. Tiga hari di sana sama dengan satu hari di luar. Perbedaan waktu merupakan suatu keuntungan ketika sedang berlatih kultivasi. Oleh karena itu, Feng Jiu sangat yakin bahwa dia hanya membutuhkan waktu setengah bulan untuk mencapai kultivasi tingkat puncak.     

Feng Jiu melihat Phoenix Kecil tidak terlihat akan segera bangun. Dia kemudian duduk bersila dan mulai bermeditasi...     

Waktu berlalu dengan cepat sehingga membuat orang-orang merasa penasaran. Mereka terus bertanya-tanya kenapa tidak ada pergerakan dari dalam Kediaman Feng. Setelah mencari tahu cukup lama, mereka akhirnya sadar bahwa Nona Feng dan Kepala Keluarga Feng sedang tidak ada di dalam Kediaman Feng.     

Wajar saja jika suasana terasa sangat damai. Suasana yang tenang ini mungkin akan hancur saat Nona Feng pulang, saat Kepala Keluarga Feng keluar dari pengasingan, atau saat Putra Mahkota Negeri Green Gallop datang. Namun, arus yang terpendam dari semua sandiwara ini bisa muncul kapanpun.     

"Pak Tua Putih, mari kita berkeliling satu putaran lagi sebelum kita pulang! Ayo kita manfaatkan kesempatan ini karena Feng Qing Ge sedang tidak ada di rumah. Aku akan menambah jatah makananmu. Bagaimana?"     

Mereka melintasi jalan pegunungan yang berkelok-kelok. Feng Xiao memakai jubah kasual saat duduk di punggung Pak Tua Putih sambil mengobrol dengannya. Itulah yang selalu dilakukan oleh Feng Xiao akhir-akhir ini yaitu membantu putrinya melatih Pak Tua Putih dan menurunkan berat badannya.     

"Ngiihhh!"     

Saat mendengar ada tambahan jatah makanan, Pak Tua Putih merasa sangat senang dan bersemangat. Ekornya berayun dengan gembira dan pinggulnya bergoyang seolah-olah memberi tahu bahwa itu adalah ide yang bagus.     

"Hahaha! Baiklah, baiklah. Berhentilah bergoyang. Jangan sampai aku jatuh!" Feng Xiao tertawa terbahak-bahak. Kedua kakinya menepuk perut Pak Tua Putih. Tangannya juga menepuk kepala Pak Tua Putih dan berkata.      

"Sejujurnya, kamu sudah berkembang dengan pesat selama beberapa hari terakhir. Tapi itu bukan berarti bahwa kamu bisa bermalas-malasan. Kamu harus tahu bagaimana harus bertahan."     

"Cih!"     

Pak Tua Putih mendengus dengan keras. Dia memalingkan wajahnya dengan jijik sambil menghentakkan kakinya.     

Pepohonan di kedua samping jalan pegunungan berdesir meskipun tidak ada angin. Pak Tua Putih berhenti berjalan lalu memeriksa sekelilingnya. Dia kemudian meringkik dengan keras dan langsung membalikkan tubuhnya.     

Feng Xiao juga merasa ada yang aneh. Raut wajah Feng Xiao yang semula terlihat santai menjadi suram. Dia memeriksa sekelilingnya dengan waspada. Dia tiba-tiba berbicara dengan tenang.      

"Bolehkah aku tahu teman mana yang sudah datang? Kenapa kamu tidak memperlihatkan dirimu?"     

Suasana di sekitarnya menjadi hening saat Feng Xiao bicara seolah-olah waktu telah membuat segalanya berhenti. Namun beberapa saat kemudian, panah tajam melesat dari pepohonan yang rimbun. Panah itu melesat menuju tubuh Feng Xiao yang masih duduk di punggung Pak Tua Putih.     

"Ngiihhh!"     

Mata Feng Xiao terlihat tajam. Dia menghindari panah itu, tapi panah-pahan lain segera melesat ke arahnya. Panah ketiga yang datang terlihat haus darah.      

'Wooshhh!'     

'Clang! Clang!'     

Serangkaian anak panah melesat ke arah Feng Xiao. Dia langsung mengeluarkan pedang dan menghadang panah yang menuju ke arahnya. Dia bisa merasakan kekuatan besar panah itu sehingga dia terdorong ke belakang. Beberapa saat kemudian, ketika Feng Xiao sibuk menghadang panah-panah yang datang, ada satu panah tertuju pada lengannya. Lengannya sedang memegang pedang...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.