Dokter Hantu yang Mempesona

Tawa Di Tengah Malam



Tawa Di Tengah Malam

Ketika selesai bicara, Feng Jiu menoleh pada Leng Shuang. Dia pun lanjut bertanya.      

"Dimana Bola Bola?"     

"Di atas kuda. Di luar. Binatang itu tidak mau turun."     

"Kalau begitu biarkan saja. Sepertinya tidak apa-apa jika dia ditinggalkan sendirian. Tapi kamu jangan berkeliaran di luar nanti malam."     

Setelah berbicara dengan Leng Shuang, Feng Jiu melihat tirai bergerak. Anak laki-laki itu berlari keluar dari sana.     

"Kakak, Ibu bilang benda ini terlalu mahal. Sunny tidak bisa menerimanya." Dia mengangkat mutiara bercahaya di tangannya dan mengembalikannya kepada Feng Jiu. Meskipun dia bilang begitu, tetapi dia terlihat berat hati ketika mengembalikannya. Mungkin karena dia belum pernah melihat benda seindah itu.      

Feng Jiu tersenyum dan berkata. "Tidak apa-apa. Kamu bisa menyimpannya!" Setelah mengatakannya, dia melihat wanita itu keluar sambil membawa beberapa telur berwarna merah.     

"Tidak banyak yang bisa kami hidangkan di rumah ini. Apakah kalian berdua bersedia makan sebutir telur merah dulu?" Suara wanita itu terdengar lembut. Matanya yang tertuju pada Sunny dipenuhi dengan kasih sayang keibuan.     

"Kakak, apakah Sunny benar-benar boleh menyimpan mutiara ini?" Anak laki-laki itu bertanya pada Feng Jiu sambil mengedipkan matanya. Kemudian dia menoleh pada ibunya.     

"Mutiara bercahaya itu terlalu berharga. Anak ini bahkan tidak tahu benda apa itu... Tuan Muda harus menyimpannya." Wanita itu berkata dengan lembut. Dia memberi isyarat agar Sunny mengembalikan mutiara itu pada Feng Jiu.     

"Tidak apa-apa. Itu hanya mainan anak-anak. Simpan saja!" ucap Feng Jiu sambil tertawa dan meminta Sunny menyimpannya.     

Setelah melihatnya, wanita itu menghampiri Feng Jiu dan membungkuk padanya.     

"Kalau begitu, biarkan hamba mengucapkan terima kasih atas nama putraku."     

Ketika melihat postur tubuh wanita itu, kedua mata Feng Jiu terlihat mengkilat. Tapi dia tidak mengucapkan apa pun dan hanya tersenyum tipis.     

Beberapa saat kemudian, wanita itu meninggalkan Sunny agar dia bermain dengan Feng Jiu sedangkan dia kembali ke belakang rumah.     

"Sunny, siapa yang tinggal di rumah sebelah?" Feng Jiu bertanya sambil menatap Sunny yang sedang mengunyah sebutir telur.     

"Ada Kakek dan Nenek. Tapi Kakek dan Nenek tidak sehat. Mereka jarang keluar rumah."     

"Oh? Lalu bagaimana dengan Ayahmu? Apakah dia juga di rumah?"     

"Pernah ada orang jahat yang datang dan melukai Ayah. Ayah masih di tempat tidur sekarang sampai dia sembuh!' Anak kecil itu berteriak sambil memberikan sebutir telur kepada Feng Jiu. Kemudian dia berbicara dengan ramah. "Kakak! Makanlah! Ibu bilang memakan telur merah bisa membuat anak tumbuh sehat!"     

Setelah mendengar kata-katanya, Feng Jiu tersenyum dan menerima telur itu. Dia melepaskan cangkang telur dan mulai memakannya. Beberapa saat kemudian, wanita itu mengeluarkan sepiring daging, sayuran, dan dua mangkuk nasi. Dia berbicara pada Feng Jiu.      

"Saya tidak punya banyak makanan di rumah. Ini adalah sayuran liar dan daging kelinci yang ditangkap di hutan. Saya harap Tuan Muda bisa menikmatinya."     

Setelah itu, dia membawa Sunny keluar. Mereka meninggalkan Feng Jiu dan Leng Shuang sendirian.     

Feng Jiu menunggu mereka berdua pergi, lalu melihat sayur dan daing serta dua mangkuk nasi di sana. Dia pun berbicara pada Leng Shuang. "Mari duduk dan makan! Walaupun keluarga ini agak aneh, tapi mereka sepertinya tidak punya niat buruk terhadap kita."     

Leng Shuang mendengar ucapan Feng Jiu dan setuju dengan ucapannya. Dia duduk di meja lalu mulai memakan nasi.     

Ketika malam semakin larut, lingkungan di sekitar menjadi lebih dingin. Kicauan serangga di luar terdengar sangat nyaring di tengah keheningan malam. Suaranya terdengar begitu jelas sehingga cukup aneh.     

Feng Jiu dan Leng Shuang beristirahat di rumah kecil di samping. Tempat ini dipenuhi oleh banyak keanehan sehingga mereka berdua tidak bisa tidur dengan nyenyak. Oleh karena itu, Leng Shuang berjaga-jaga sedangkan Feng Jiu duduk bersila dan memejamkan mata untuk melatih kultivasi.     

Suasana pada awal malam masih tenang. Namun selanjutnya, hembusan angin menerpa pintu dan jendela dengan keras sehingga menimbulkan suara gemeretak. Angin di luar terus berhembus dan terdengar agak menakutkan.     

Saat itulah, suara tawa yang lantang dan memekakkan telinga terdengar dari suatu tempat di luar. Suara itu menggema di tengah malam seperti gemuruh petir. Itu terjadi sangat mendadak sehingga mengejutkan Feng Jiu dan Leng Shuang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.