Dokter Hantu yang Mempesona

Kata-kata yang Sulit Diucapkan



Kata-kata yang Sulit Diucapkan

0Di kediaman, Serigala Abu-abu dan Bayangan Satu sedang menunggu Tuan Neraka. Mereka sedang akan mendiskusikan tentang bagaimana keadaan saat Tuan Neraka kembali. Tentu saja, mereka membahasnya dengan suara pelan. Siapa sangka saat mereka akan mulai membahasnya, Tuan Neraka sudah melangkah masuk melalui pintu. Kedua pria itu segera berdiri dan menyambut dengan hormat.     

"Tuan."     

Tuan Neraka sekilas melirik mereka. Saat dia hendak masuk ke dalam, dia berhenti. Dia menoleh pada kedua pria itu dan berbicara dengan suara yang dalam.      

"Rumput di halaman belakang sudah tumbuh. Kalian berdua cabut rumput-rumput itu! Ingat, cabut sendiri."     

Ketika dia selesai bicara, Tuan Neraka sama sekali tidak memperdulikan dua pria yang sedang tertegun di belakangnya. Dia segera masuk ke dalam kamar.     

"Men... Mencabut rumput?"     

Mereka saling memandang sambil terkejut. Bibir mereka berkedut. Dengan kekuatan yang mereka miliki saat ini, bahkan hanya sedikit Ketua Keluarga di Kota Six Path yang kekuatannya sebanding dengan mereka. Tapi Tuan menyuruh orang-orang yang sangat berbakat seperti mereka untuk mencabut rumput?     

"Apakah menurutmu Tuan dihina lagi?" Serigala Abu-abu bergumam. Raut wajahnya terlihat masih terkejut.      

"Ayo pergi. Kalau begitu, kita cabut saja rumput liarnya. Setidaknya itu lebih baik daripada dibuang ke Menara Angin Jernih." Bayangan Satu berbicara sambil menepuk pundak Serigala Abu-abu. Dia berjalan di depan menuju ke belakang rumah.     

Tidak perlu dijelaskan. Tuan Neraka pasti dilecehkan lagi oleh Dokter Hantu. Tapi.. Betapa menyedihkannya mereka berdua!     

Akibatnya, penjaga yang bersembunyi dalam bayangan tidak bisa menahan tawa. Mereka melihat pemimpin mereka dan Serigala Abu-abu sedang berjongkok di halaman belakang untuk membuang rumput liar...     

Di dalam kamar, Tuan Neraka marah setelah memikirkannya. Dia mulai berpikir kenapa dia justru kembali dengan wajah cemberut seperti ini. Sikapnya seperti gadis kecil yang menyedihkan! Apakah dia berharap dan menunggu agar wanita itu datang ke sini untuk merayunya?     

Itu tidak akan terjadi. Wanita itu pasti ingin berada jauh darinya.     

Semakin memikirkannya, Tuan Neraka semakin sulit menahan amarah yang bergejolak di dalam hatinya. Dia baru saja duduk di dekat meja lalu segera berdiri dan melangkah keluar. Dia berniat kembali ke tempat wanita itu lagi untuk menyelesaikan semuanya.     

Namun ketika langkah kaki Tuan Neraka sampai ke depan pintu, dia berhenti. Tangan yang hendak membuka pintu ikut berhenti. Kedua matanya yang tajam tampak sedang berpikir. Bibirnya menjadi kaku saat dia mendengus. Akhirnya, dia kembali ke tempat duduk yang ada di samping meja.     

Jika Tuan Neraka kembali sekarang, maka dia pasti akan ditanyai: Kenapa kamu kesini lagi?     

Ketika bayangan itu muncul di dalam benaknya, Tuan Neraka terpaksa menahan keinginan itu. Dia baru saja kembali. Jika dia pergi kesana lagi, bagaimana dengan harga dirinya? Bahkan jika dia ingin menawarkan dirinya sendiri, tidak perlu merasa sangat putus asa, kan?     

Itulah mengapa Tuan Neraka memaksa dirinya untuk menahan itu semua. Namun perutnya dipenuhi oleh kata-kata yang belum terucap. Hatinya terbakar oleh amarah yang tidak tertahankan. Dia merasa sangat gelisah dan tidak bisa melampiaskan kekesalannya...     

Setelah penantian yang panjang dan berat, akhirnya pagi tiba. Tuan Neraka mandi dan berganti baju sebelum keluar. Namun dia melihat Serigala Abu-abu dan Bayangan Satu datang.     

Tuan Neraka melirik mereka dan bertanya. "Apakah kalian sudah mencabut seluruh rumput?"     

"Tuan, kami sudah mencabut semuanya." Mereka berdua menjawab. Hanya Surga yang tahu bahwa mereka berjongkok di halaman belakang seharian kemarin. Saat bangun tidur pagi ini, tubuh mereka terasa sangat sakit.     

Tatapan Bayangan Satu tiba-tiba tertuju pada jubah hitam di tubuh Tuan Neraka. Mulutnya sedikit bergerak, tapi dia segera menahan lidahnya dan hanya menunduk sambil diam.     

"Tetap tinggal di rumah." Setelah mengatakan itu, Tuan Neraka mengumpulkan Qi untuk melompat pergi dari sana.     

Bayangan Satu segera mengangkat kepala setelah Tuan Neraka pergi. Dia pun bertanya.      

"Serigala Abu-abu, apakah kamu menyadarinya?"     

"Menyadari apa?" Serigala Abu-abu bertanya sambil berjalan ke meja. Dia duduk di meja itu sambil memijat punggungnya yang sakit.     

"Jubah hitam yang dikenakan oleh Tuan adalah jubah baru!" Bayangan Satu agak heran. Dia kembali memikirkan apa yang dia ketahui tentang Tuan.     

Jadi, pria yang cintanya bertepuk sebelah tangan bisa...     

Sangat mengerikan!     

Serigala Abu-abu juga terkejut saat mendengarnya.     

"Itu tidak mungkin, kan?" Dia tidak sadar sebelumnya.     

Namun ketika Tuan Neraka kembali ke halaman tempat Feng Jiu menginap, raut wajahnya kembali suram seolah-olah ada badai petir yang akan turun. Aura yang kuat mulai memancar dari seluruh tubuhnya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.