Dokter Hantu yang Mempesona

Tertarik dengan Pak Tua Putih



Tertarik dengan Pak Tua Putih

0Saat Feng Jiu sedang menyiapkan bubur, Guan Xi Lin menghampiri tempat tidur dan membantu Feng Xiao duduk supaya Feng Jiu bisa menyuapinya.     

Feng Jiu meniup satu sendok bubur sambil berkata.      

"Ayah, ada ramuan spirit yang ditambahkan di bubur ini. Selain bisa memulihkan organ yang rusak, bubur ini juga bisa mengembalikan kekuatan tubuh Ayah dan menstabilkan aliran Qi. Ayo dimakan, hati-hati ini masih panas."     

Kepala Keluarga Feng memperhatikan Feng Jiu yang merawat Ayahnya dengan lembut. Dia lalu tersenyum dan mengangguk.      

Siapa bilang jika pria jauh lebih baik daripada wanita?     

Siapa bilang hanya pria yang bisa menaikkan derajat keluarga?     

Wanita juga bisa melakukan apa yang dilakukan oleh seorang pria. Wanita bahkan bisa melakukannya dengan lebih baik!     

Dalam garis keturunan Keluarga Feng, hanya ada Feng Kecil. Anak ini bisa tumbuh dengan baik dan tidak pernah ditegur oleh para tetua. Setelah kejadian seperti itu terjadi, anak laki-laki bahkan tidak mungkin bisa menahan tekanan dan pasti akan panik.     

Namun Feng Kecil hanya gadis yang baru berusia 16 tahun. Dia berani menghadapi badai. Dia menggunakan tubuh kecilnya untuk menyokong Kediaman Feng.     

Ketika memikirkan semuanya , hati Kepala Keluarga penuh dengan emosi. Dia merasa sangat bangga sekaligus merasa cemas.     

"Ayah, pejamkan matamu dan istirahatlah dengan baik," ucap Feng Jiu dengan lembut. Setelah Feng Xiao menghabiskan satu mangkuk bubur, Guan Xi Lin membantunya berbaring dengan nyaman di tempat tidur.     

Mereka keluar dari kamar dan meninggalkan Leng Hua untuk berjaga di samping tempat tidur.     

"Kakek, Kakak, mari kita ke halaman kamarku untuk bicara." Feng Jiu menatap mereka berdua dan menunjuk pintu.     

"Baiklah." Mereka berdua mengangguk secara bersamaan.     

Feng Jiu menatap Luo Yu dan penjaga lainnya yang sedang berada di tengah halaman. Dia lalu berkata.      

"Kalian tetaplah di sini dan jaga halaman ini. Jangan sampai ada yang masuk ke kamar tanpa seizinku."     

Mereka segera menjawab dengan serius. "Baik!"     

Setelah memberikan instruksi kepada Penjaga Feng, mereka berjalan ke halaman Feng Jiu.     

Di sisi lain, di Istana.     

Setelah kembali ke istana, Murong Bo menatap dua kultivator tua yang berdiri di depannya dan berkata. "Bagaimana menurut kalian? Apakah Feng Xiao benar-benar sedang koma dan sedang dalam kondisi vegetatif?" Dia bukannya terlalu curiga, tapi hal ini sangatlah sulit dipercaya.     

Awalnya, Murong Bo merasa yakin bahwa Feng Xiao akan mati. Tidak ada yang menyangka bahwa Pasar Gelap akan memberi obat penyelamat sehingga dia bertahan hidup.     

Mereka berpikir bahwa Feng Xiao akan bangun setelah nyawanya terselamatkan. Tapi dia justru mengalami kondisi vegetatif dan tidak bisa bangun dari koma.     

Meskipun ini adalah kabar baik bagi mereka, Murong Bo tetap merasa gelisah dan kurang nyaman.     

Dua kultivator itu saling memandang sambil memikirkan semuanya. Beberapa saat kemudian, akhirnya mereka menjawab.      

"Penguasa, kami berdua telah memukul Feng Xiao. Saat itu, kami mengerahkan hampir 70% kekuatan milik kami. Jika dia adalah orang biasa, maka dia pasti sudah mati. Hanya Feng Xiao yang bisa bertahan sampai sekarang. Meskipun demikian, kami yakin bahwa kehidupannya sekarang tidak lebih baik daripada kematian. Lagipula, dua serangan kami diarahkan pada organ dalam Feng Xiao. Dewa bahkan tidak akan bisa menyelamatkan dia!"     

Murong Bo mungkin hanya perlu dihibur. Setelah mendengar penjelasan mereka berdua, dia akhirnya tidak merasa khawatir lagi.      

"Mm, aku juga punya pendapat yang sama." Murong Bo mengangguk dan tersenyum. Dia kemudian berkata. "Dua hari terakhir pasti hari yang sulit bagi kalian berdua."     

"Ini adalah berkah bagi kami untuk membagi kekhawatiran Penguasa. Hanya saja..."     

Mereka berdua tampak ragu. Mereka ingin berbicara tapi tidak tahu bagaimana cara mengucapkannya.     

Saat melihatnya, Murong Bo tertawa terbahak-bahak dan berkata.      

"Jika ada yang ingin kalian ucapkan, maka katakan saja."     

Mereka tidak ragu setelah mendengarnya. Mereka segera berkata.      

"Kami menginginkan kuda yang bernama Pak Tua Putih. Kami ingin tahu apakah Penguasa bisa membantu kami mencari solusi?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.