Gairah Nona

Sebuah Tanggung Jawab



Sebuah Tanggung Jawab

0Aku mendapatkan panggilan dari agen kapal pesiar ketika aku melayani tamu hotel, iya waktu itu aku bekerja sebagai Waiter di salah satu hotel bintang empat di Surabaya.     

"Selamat pagi Mas Rifai, ini saya Dovi dari salah satu agent kapal pesiar     

"Baik Pak, Sudah ada informasi mengenai schedule saya Pak?." Sahutku dengan antusiasme tinggi. Berharap mendapatkan kabar baik.     

"iya Pak, anda mendapatkan jadwal untuk berangkat ke Amerika pada tanggal 13 desember."     

Aku terdiam sejenak menghitung jari. Ternyata itu lima hari dari sekarang, " Kok mendadak sekali Pak?"     

"iya itu masalahnya Mas, perusahaan memberi schedulenya dadakan, kalau misalnya mas keberatan, saya akan menggantinya dengan orang lain."     

"ehhh.. jangan Pak iya Pak. Saya mau."     

"Baik Mas Rifai, saya tunggu kedatangannya besok kantor untuk briefing ya."     

Aku menutup telfon, lalu buru-buru aku menghadap manajer untuk mengajukan resign hari itu juga. Karena statusku masih sebagai pekerja harian dan belum di kontrak, sang manager pun mengizinkan, meski agak berat hati.     

Aku pun pulang ke kos untuk mengepaki semua barang-barangku dan bersiap-siap untuk pulang kampong di jawa tengah. Kabar gembira ini tentu akan menjadi kejutan buat keluargaku. Bekerja di Kapal pesiar adalah cita-citaku sejak dulu. Setelah perjuangan cukup lama akhirnya aku berhasil.     

Semua barang sudah aku packing rapi dalam sebuah tas jinjing, lalu kuikat dengan karet di jok belakang motorku. Setelah menyerahkan kunci kos dan berpamitan, aku bersiap siap perjalanan dari Surabaya ke salah satu kota di jawa tengah (secret).     

Waktu menunjukan pukul tujuh malam, perjalanan memakan waktu kira-kira enam jam. Itu berarti sampai di kampung halaman jam satu malam. Walaupun sedikit was-was, aku meyakinkan diri mengendarai motorku.     

Jalan pantura adalah jalan utama yang selalu ramai. Namun ketika memasuki kota Tuban, tepatnya kecamatan widang ke barat. aku mempercepat laju motorku. Keadaaan sudah sangat sepi padahal baru jam sembilan malam, rumah-rumah sudah pada tutup. Beberapa kali harus melewati hutan. Bulu kuduk rasanya merinnding selama perjalanan.     

Akhirnya sampai di Tuban kota, aku berhenti di salah satu minimarket. Aku menghempaskan diri di kursi yang biasanya di sediakan di depan. Tak berapa lama, seorang pria duduk di kursi disebelahku dengan gelisah. Beberapa kali dia berdecak kesal. Penampilannya awut-awutan seperti tidak mandi beberapa hari.     

pria itu seperti mencuri pandang ke arahku. tetapi aku cuek saja karena aku capek sekali sehingga untuk bicara pun rasanya malas. Lalu tiba-tiba dia berkata lirih,     

"Mas, bisa bantu saya mas?"     

"Oh iya Pak, minta bantuan apa ya Pak?" aku yang semula duduk nyender, menegakkan badan. Aku sudah mengira bahwa dia ingin mengatakan sesuatu.     

Dia seperti ragu untuk mengatakannya, tetapi seolah ada yang mendesaknya. Dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Aku ingat betul itu hp jadul nokia 1200.     

"Mas, tolong beli Hp saya mas. 300 ribu saja buat biaya pulang ke banyuwangi."     

"Aduh, maaf pak saya tidak mempunyai uang sebanyak itu." Kataku berbohong. Padahal sebenernya aku memiliki uang beberapa juta, tapi itu keperluan nanti kalau mau berangkat kekapal pesiar. Dan dananya sudah mepet banget.     

"Tolonglah Mas, saya butuh sekali buat pulang ke Banyu wangi, saya habis di tipu orang mas, saya di bawa ke Tuban, di suruh bekerja selama tiga hari. Tapi mandor yang membawa saya malah kabur, dan tidak membayar upah saya. Saya susah mas tidak punya uang." Ujarnya dengan mata berkaca-kaca.     

Aku menghela nafas, iba dengan nasib bapak itu, aku membuka isi tas yang isinya ada dompet. Menimbang-nimbang, apakah aku harus membeli hp itu atau tidak.     

"Maaf pak saya tidak memiliki uang sebanyak itu, tapi saya ada sedikit rezeki buat bapak, semoga bias membantu." Aku mengulurkan uang lima puluh ribuan. Dia pun menerimanya dengan mata yang berbinar.     

"Makasih ya mas semoga kebaikan mas di balas oleh Tuhan yang maha esa." Sahutnya sembari menjabat tanganku dengan erat. Dia pun melangkah pergi.     

"Pak Tunggu sebentar!" seruku. Pria itu pun membalikan badan.     

"Ada apa Mas?'     

"Bapak duduk dulu, saya mau membeli sesuatu di dalam." Aku pun melangkah ke dalam untuk membeli roti dan dua minuman. Sesaat kemudian, aku keluar dan mendapati pria itu sudah tidak ada disana. Ah mungkin dia sudah pergi, padahal kan aku mau memberikan dia makanan, batinku.     

Aku kembali melanjutkan perjalanan. Mulai dari tuban ke jawa tengah. Masih jauh lagi perjalanan, sementara rasa capek dan kantuk sudah menguasaiku. Selama perjalanan aku merasakan hal yang ganjal. Seolah ada angin yang mendorong motorku, sehingga motor terasa lebih ringan seperti melayang.     

Akhirnya aku sampai dirumah. Dahiku terpaut saat melihat jam, kok baru jam 11. Seharusnya kan jam 1. Keherananku membuatku terdiam cukup lama di depan rumah.     

"Eh, Fai, mudik ya?" sapa om fajar, tetanggaku yang sedang meronda dengan seorang temannya, Agung. Agung berbisik ke om fajar.     

"Iya ini om, aku dadakan pulangnya soalnya ada panggilan ke kapal pesiar."     

"Oh seperti itu, eh tapi ngomong-ngomong. Temenmu sakit yak ok wajahnya pucet banget."     

"Temen yang mana Om?"     

Pertanyaanku belum di jawab, tiba-tiba raut wajah mereka berubah ketakutan, mereka sontak lari tunggang langgang. Aku hanya mengedikkan bahu, Dasar Aneh. Saat aku melirik kearah spion tidak ada apa-apa. Aku pun turun dari motor dan bersiap menuntun ke dalam rumah. Gerbang pintu terbuka . lantas tiba-tiba ada yang menjawil bahuku.     

Aku menoleh, dan mendapati oranng yang aku tolong tadi dengan kondisi tubuh yang tidak utuh dan penuh darah. Kepalanya yang pecah sampai kelihatan otaknya, mata yang hancur, lengan kanan putus, serta tubuhnya yang melayang karena kedua kakinya hilang.     

"Mas beli hp saya mas, "     

Aku langsung pingsan seketika.     

semenjak kejadian itu aku tidak pernah melakukan hal yang sekiranya mampu membuat semuanya menjadi lebih buruk akan ada hal yang memang sungguh berkenan dan tidak mampu untuk diucapkan dengan kata-kata. ternyata semuanya memang sangat berkenan kalau melakukan hal yang sangat berguna tanpa bisa dipertanggung jawabkan semuanya sekarang aku mencoba untuk melakukan ini dengan kesungguhan hati yang tidak mampu untuk di bendung lagi. tapi apa daya kalau ternyata semua ini memang akan sangat berkanan bagi siapapun untuk merasa bahwa ini hanyalah sebuah anugrah yang memang akan melakukan dengan sangat sempurna.     

Akan ada hal yang sengaja membuat apa yang terjadi memang menjadi nyata tapi apa mau dikata kalau ternyata semua ini hanyalah sebuah kepalsuan belaka. mereka mengetahui tapi tidak mau membicarakannya semua ini memang akan sempurna pada waktunya. semuanya akan menjadi lebih baik dari semulanya. merasa bahwa tidak ada hal yang mampu membuat semuanya menjadi lebih baik lagi. tetapi apa yan terjadi memang akan sangat berguna sekali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.