Gairah Nona

Dukun atau Pemeras?



Dukun atau Pemeras?

0Pria berjubah hitan itu tampak berkomat-kamit. Matanya terpejam seakan sedang berkonsentrasi penuh di ruangan yang serba hitam dengan aksesoris yang mengerikan itu cukup membuat bulu kudu Zayn meremang.     

Zayn terlihat biasa menyaksikan dukun itu beraksi. Tidah seperti kedua orang tuanya yang tampak serius dengan apa yang dukun itu lakukan. Terlebih ketika Pria berjubah hitam itu menampilkan gesture mukanya yang tampak serius dengan mulutnya yang semakin kencang berkomat-kamit, semakin menambah tegang wajah kedua orang tuanya.     

Sang Dukun membuka matanya dengan nafas tersengal. Bagas dan Nining sudah tidak sabar untuk menanyakan hasilnya.     

"Bagaimana Mbah? Mbah tahu keberadaan Mirna menantu kami?"     

Sang dukun tampak berdeham sejenak sembari mengelus janggutnya yang panjang menjuntai. Mimik mukanya terlihat dingin menandakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres yang akan terlontar dari mulutnya.     

"Sepertinya Mirna dibawa ke alam lain dan akan sulit untuk kembali." Ujarnya dengan nada suara yang berat.     

"Terus bagaimana Mbah? Apa masih ada kemungkinan kalau Mirna bisa kembali?" cecar Bagas.     

"Saya bisa menariknya kembali ke alam manusia, tapi sepertinya aku harus memusatkan semua tenaga dan konsentrasiku." Paparnya dengan pandangan penuh arti. Bagas pun bisa menangkap apa maksud dari perkataan sang dukun itu.     

"Mbah jangan khawatir. Berapapun akan saya bayar supaya menantu saya kembali." Sahut Bagas dengan penuh percaya diri. Namun pandangan Nining dan Zayn sontak mengarah kepadanya. seakan protes dengan apa yang baru saja diucapkan oleh bagas.     

"Saya tidak minta banyak-banyak. Cukup 150 juta saja."     

Sekarang semua pandangan mengarah kepada sang dukun. Jumlah segitu sangat besar bagi keluarga petani seperti mereka. Zayn mencium ada yang tidak beres dengan dukun tersebut. Biasnya, dukun akan meminta syarat binatang yang akan ditumbal atau barang-barang yang berkenaan dengan hal klenik lainnya. Entah kenapa, dia menangkap kalau ada maksud lain dari kedoknya yang sebagai seorang dukun.     

Bagas yang semula mantap menjadi menciut setelah mendengar syarat yang diajukan oleh Sang Dukun. Dia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.     

"Bagaimana?" tanya sang dukun lagi, terdengar sangat menjengkelkan. Zayn hanya bersedekap dengan alis yang naik ke atas. Dia memandang sang dukun dengan penuh curiga. Menduga kalau apa yang dilakukan sang dukun adalah sebuah modus penipuan yang biasa dilakukan. Dia harus berpikir keras bagaimana caranya supaya bisa membuktikan apa dukun dihadapannya ini asli atau palsu.     

"Baik Mbah, saya akan mempersiapkan uangnya." Ujar Bagas setelah sekian lama terdiam.     

"Jangan!" cegah Zayn.     

Semua mata sekarang tertuju kepadanya sekarang. Tidak terkecuali sang dukun. Dia melirik tajam ke arah Zayn. Tapi pemuda itu tidak gentar sedikit pun.     

"Saya akan percaya dengan Mbah, kalau sampai bisa menjawab pertanyaanku ini." kata Zayn. Wajah sang dukun berubah pias. Zayn menyunggingkan senyum miring.     

"Zayn, kamu apa-apaan sih?" bisik Nining yang merasa tidak enak hati dengan apa yang diucapkan oleh anaknya itu. Begitu dengan Bagas yang tampak gusar dengan kelakuan Bagas.     

"Sudah tidak apa-apa. biarkan anak ini menanyakan sesuatu. Dia pasti masih ragu dengan kekuatan yang aku miliki inia." Papar dengan dengan mengelus janggut panjangnya. Terlihat pria tua itu mendadak menjadi sangat tenang, atau mungkin berpura-pura tenang.     

"Saya mau tanya tentang kejadian apa yang menimpaku kemaren. yang tidak bisa aku lupakan sampai sekarang." kata Zayn.     

Terlihat raut wajah orang tua Zayn tampak tegang, terlebih sang dukun yang mulai memejamkan mata dengan tangannya yang masih mengelus-elus rambutnya.     

Cukup lama sang dukun terdiam, membuat Zayn merasa di ambang kemenangan. sekarang dia menduga bahwa dukun itu hanyalah dukun abal-abal yang hanya memanfaatkan kesempatan dengan memeras uang semua orang yang datang.     

"Kok lama Mbah? Tidak bisa menjawab ya?" kata Zayn yang jumawa.     

Tapi sang dukun membuka matanya dan sorot matanya tajam lantas menatap ke arah Zayn.     

"Kamulah penyebab istrimu diculik oleh lelembut." Tuturnya.     

Semuanya terkesiap, terlebih Zayn yang tidak menduga kalau perkataan itu yang terlontar dari mulutnya. Memang tidak akurat tapi seakan tepat langsung ke sasaran, membuatnya terbata.     

"Ada mahluk halus yang suka denganmu, tapi kamu menolaknya. Sehingga mahluk halus itu mengincar istrimu sekarang." jelasnya yang membuat jantung Zayn serasa mau melompat.     

"Bukankah begitu anak muda?" kata Sang dukun dengan seringai tajamnya. Zayn tidak bisa berkutik. Sang dukun yang diragukan malah mengatakan hal yang sangat menusuk batinya. Tapi meski begitu dia belum sebenuhnya percaya.     

"Kalau begitu kami pamit dulu mbah, maafkan atas kelakukan anak saya yang kurang ajar ini." kata Bagas yang tidak enak hati lalu menyeretku menuju keluar dari ruang dukun itu.     

Setelah sampai diluar Bagas memarahi anaknya habis-habisan.     

"Kamu ini bagaimana? Bikin malu keluarga kita saja. kalau sampai dia marah dan melakukan hal yang tidak-tidak bagaimana? Habis keluarga kita." bisiknya dengan nada yang ditekan. Zayn hanya menunduk, menyesali tindakannya yang gegabah. Apa yang dia lakukan tadi semata-mata karena ingin mengetes apa dukun itu benar-benar seorang dukun atau memang seorang pemeras.     

"Iya Nak, kenapa sih kamu bicara seperti itu kepada Mbah Nazar. Tapi apa benar yang dikatakan oleh Mbah Nazar tadi?" tanya Nining yang semakin memojokan dirinya. Pikiran zayn kini buntu.     

"Sudah-sudah, setuju atau enggak Aku akan mencarikan uang sebanyak seratus lima puluh juta itu untuk supaya Mirna lekas ketemu. Tanggung jawab kita bukan hanya kepada kamu Zayn. Tapi kepada ibunda dari Marni. Septi. Pasti dia akan sangat marah besar kalau tahu anak semata wayangnya itu menghilang secara ghaib. Dia pasti akan memarah-marahi keluarga kita." pekik Bagas gusar. Nining merangkul lengannya, berusaha menenangkan suaminya sedang kalap.     

"Ayo, Bu kita pulang. Kita tinggal saja anak ini." kata Bagas berbalik arah. Nining hanya mengikuti perintah suaminya karena tangannya yang ditarik paksa. Sementara Zayn masih tertunduk di pelataran rumah sang dukun.     

Amarahnya mencuat karena dia seperti dipermalukan . hati kecilnya belum sepenuhnya percaya kalau dukun itu adalah dukun yang sesungguhnya. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan dukun itu.     

Terlihat sang dukun berdiri di ambang pintu. dia tertawa kecil melihat pertengkaran keluarga kecil itu. sontak Zayn menatap ke arah sang dukun yang seolah sedang menertawakannya. Emosinya mencuat, tapi dia tidak bisa berbuat banyak. Lalu dia meninggalkan pelataran rumah itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.