Gairah Nona

Misteri Noni Belanda



Misteri Noni Belanda

0Tok...tok...tok...     

"Nak, Bangun Nak!"     

Ketukan Pintu membuyarkan Zayn dari mimpi indah. Dia pun segera beranjak dari tempat tidurnya untuk membuka pintu.     

"Iya, Bu." Kata Zayn setelah mendapati Bu Inem di depan pintu.     

"Kamu enggak kerja?" tanya wanita setengah baya itu.     

Zayn terhenyak, lalu buru-buru dia memeriksa jam dinding. Ternyata sudah setengah sembilan. Sementara, dia harus sampai pabrik pukul sembilan pagi.     

"Aduh, gimana ini? aku telat." Seru Zayn Panik. Dia pun bergegas mengambil sabun dan peralatan mandi dan bergegas ke kamar mandi.     

"Kenapa Bu Inem tidak bangunin dari tadi sih Bu!" cecar Zayn yang belum sepenuhnya sadar dari tidurnya itu. Bu Inem hanya menghela nafas.     

"Ibu tidak tahu kalau kamu sudah pulang Zayn, tadi ibu iseng aja ke sini. Dan tidak sengaja mengintip dari jendela kamarmu yang sedikit terbuka, ternyata kamu sudah kembali. Makanya tadi ibu langsung bangunin kamu." jelas Ibu Inem. Zayn berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Jika sampai hari ini dia telat. Supervisornya jelas akan marah besar. Apalagi kemaren dia lupa untuk izin libur.     

"Ini Nak, ibu bawakan sarapan untuk kamu, makan dulu ya." Bu inem meletakan nasi pecel di atas meja, ketika Zayn sudah selesai mandi. Zayn tertegun karena melihat Bu Inem yang memakai busana muslimah.     

"Ibu kok rapi sekali, emangnya mau kemana?" tanya Zayn     

"Mau ngelawat ke rumah Mas Paijo."     

"Apa!" Pemuda yang hanya berbalut handuk itu terkejut, sampai peralatan mandinya jatuh dan berceceran di lantai. Bu inem mengernyit dahi.     

"Emangnya kenapa Zayn? Kok kaget gitu?"     

"Mas Paijo yang nemuin mayatnya Rozak itu 'kan?" ujar Zayn memastikan.     

"Iya, Paijo itu, siapa lagi? Lagian Cuma dia yang punya nama Paijo di desa ini."     

"Tapi, Bu. Bukannya Mas Paijo itu di rawat di rumah sakit?"     

"Kemaren memang Paijo di rawat di rumah sakit, karena mendadak panas tinggi. Tetapi, subuh tadi dia sudah menghembuskan nafas terakhir dan sekarang sudah ada di rumahnya. Emang kamu tahu dari mana kalau paijo di rawat di rumah sakit?" tutur Bu Paijo.     

"Rangga yang ngasih tahu saya Bu!" Kata Zayn dengan nada suara yang meninggi. Terlihat dahi ibu kembali berkerut.     

"Rangga sama Yuda belum pulang dari kemaren. Enggak tahu kemana perginya kedua begajulan itu."     

"Bu Inem, jangan mengada-ngada ya. Jelas-jelas kemaren malam saya bertemu dengan Rangga di kos ini!"     

"Kalau memang Rangga ada, sekarang dia dimana? Motornya aja enggak ada, Punya Yuda juga." Bu Inem balik bertanya. Zayn buru-buru ke ruang depan di area parkiran. Seperti yang dilihatnya semalam, hanya ada motornya saja di ruang depan itu, terus dia dikagetkan dengan sosok Rangga yang muncul tiba-tiba. Zayn tampak berpikir keras.     

"Sudah jangan pikir macam-macam. Sekarang kamu ganti baju dulu, sarapan setelah itu berangkat kerja. Ibu mau pergi ngelawat dulu." Kata Bu inem sembari berlalu meninggalkan Zayn yang masih terpaku.     

***     

Sial!     

Sepulang kerja, Zayn merutuk tidak karuan. Bagaimana tidak! Dia dimarahin habis-habisan oleh supervisornya karena bolos bekerja kemaren dan sekarang tadi pagi dia datang terlambat. Tidak hanya itu, atasanya itu juga menghadiahinya surat peringatan pertama yang artinya jika dia melakukan kesalahan lagi maka dia akan dipecat dari pekerjaannya.     

"Supervisor Anjing! Kalau bukan karena aku sangat butuh pekerjaan ini, sudah kuhajar dia tadi." rutuknya sepanjang perjalanan pulang. Memang supervisornya ini dikenal sangat galak dan pintar cari muka. Kesalahan kecil saja dibesar-besarkan.     

Selama ini Zayn dikenal pribadi yang pekerja keras dan sangat disiplin. Tetapi entah kenapa, atasannya tadi memarahinya seolah-olah dia adalah karyawan malas dan enggak niat kerja.     

Sesampainya di kampung sukolilo, Zayn tidak langsung pulang ke kos. Tapi dia berniat untuk takziah di rumah Paijo. Dia masih heran kok bisa Paijo malam itu menampakan diri di hadapannya, ada apa sebenernya. Terus siapa sosok Rangga yang ditemuinya di kos semalam? apakah dia adalah jelmaan hantu?     

Zayn begidik ngeri membayangkan kejadian malam itu. Hantu itu begitu gencar menakutinya. Entah apa tujuannya. Itu masih menjadi teka-teki.     

Di kediaman paijo, masih terlihat beberapa orang yang takziah di sana. Mungkin mereka baru sempat untuk takziah sekarang karena terbentur waktu kerja seperti dirinya. Terlihat Pak Manto yangs sedang berbincang dengan Bapaknya Paijo.     

"Assalammualaikum." Sapa Zayn menghampiri mereka.     

"Waalaikumsalam, Nak Zayn duduklah." Ujar Pak Manto sambil menepuk kursi di sebelahnya. Agaknya obrolan mereka terganjal karena kehadiran Zayn.     

"Ini Nak Zayn yang ngekos di rumahnya Bu Inem ya?" tanya Bapaknya Paijo.     

"Iya Pak." sahut Zayn takzim.     

"Maaf Pak, sebelumnya saya turut berduka cita atas meninggalnya Mas Paijo. Semoga amal ibadahnya diterima disisi-Nya." Tukas Zayn.     

"Terima kasih Nak Zayn. Bapak awalnya juga tidak menyangka jika Paijo bakal pergi secepat itu." Mimik mukanya sedih. Di usia senjanya dia harus kehilangan anak yang dia kasihi.     

"Kalau boleh tahu, bagaimana ceritanya Mas Paijo bisa ke atas bukit sendirian terus menemukan mayatnya Rozak Pak." tanya Zayn yang langsung ke intinya. Tentu masih sebuah misteri kenapa Paijo bisa senekad itu datang ke bukit itu sendirian.     

"Begini ceritanya Nak Zayn. Jadi Paijo itu awalnya berniat memancing di sungai yang terletak di kaki bukit. Tapi tiba-tiba dia mendengar suara orang minta tolong." Bapaknya Paijo mulai bercerita.     

"Paijo pun mencari darimana asal muasal suara itu hingga dia naik ke bukit. Suara itu seakan membawanya menuju puncak bukit. Pepohonan Mahony tidak jauh dengan rumah Belanda itu. hingga akhirnya dia menemukan mayat Rozak yang tersangkut di atas pohon."     

"Setelah kejadian itu, Paijo mengalami demam tinggi. Tapi ini bukan sembarang demam karena Paijo mengigau ketakutan. Kami pu membawanya ke rumah sakit dan..." kata Bapaknya Paijo terhenti. Dadanya terasa sangat sesak setiap mengingat kematian Paijo yang tidak wajar itu. Pak Manto pun beringsut mendekatinya dan mengelus-elus pundaknya, mencoba menenangkannya.     

Zayn tidak sampai hati untuk menanyakannya lebih jauh. Sebenernya dia ingin menceritakan perihal hantu Paijo yang menemuinya semalam, tapi dia mengurungkannya.     

"Yang jelas, di malam kematiannya. Paijo menjerit histeris seperti ada sesuatu di ruangan dimana dia dirawat yang menakutkan. Padahal kami sekeluarga yang menjaganya tidak melihat apapun. Tapi dia terus berteriak. Jangan ganggu aku Noni! Ampun!" Sambung Bapaknya Paijo meski agak terbata yang membuat Zayn mengangga.     

Apa jangan-jangan Noni yang dimaksud adalah sosok yang dia lihat di rumah Belanda itu!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.