Gairah Nona

Teror Noni Belanda



Teror Noni Belanda

0Suara ayam berkokok pun seketika menggelitik telinga Mirna sehingga dia membuka matanya. Dia menggeliat perlahan, merenggangkan ototnya yang tegang. Dia menoleh ke arah suaminya yang masih terlelap. Dia hanya tersenyum kecil melihat Zayn yang sepertinya kelelahan karena telah bertempur semalam dengannya. Harus dia akui bahwa tenaga suaminya itu sangat besar sehingga bisa bercengkrama semalaman yang indah itu. tapi sehebat apapun dia, Mirna tidak merasakan getaran di dalam hatinya.     

Wanita itu mengecup kening suaminya dengan lembut lalu mengusa-usap rambutnya yang tampak kasar karena sering terkena sinar matahari. Kulitnya yang hitam membuat kesan jantan pada diri lelaki itu. meski begitu, hatinya sangat hangat dan lembut sekali.     

Mirna beranjak dari tempat tidurnya. Dia ingin pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Begitu dia membuka kamarnya, kepalanya melongok keluar. Gelap. memang hari masih diri hari sehingga penghuni rumah itu masih terlelap di dalam tidurnya. Oh iya, itu adalah rumah keluarga Zayn yang terdiri dari kedua orang tua dan seorang adik perempuan yang masih berusia dua belas tahun.     

Perempuan itu berjalan menuju kamar mandi yang terletak bersebelahan dengan dapur. Dia sangat beruntung mengingat keluarga Zayn termasuk golongan keluarga yang cukup berada di desa itu. bsai dibilang mereka adalah petani yang cukup sukses. biasanya kamar mandi di desa itu terletak di luar. Tetapi ini berada di dalam rumah, sehingga dia tidak perlu repot-repot untuk keluar rumah untuk pergi ke kamat mandi.     

Ketika Marni akan sampai didapur tiba-tiba terdapat sekelebat bayangan yang lewat membuatnya terhenyak. dia menghentikan langkahnya sambil menyipitkan matanya. Tetapi tidak ada apa-apa padahal dia yakin ada sosok perempuan yang menggunakan pakaian ala noni belanda lewat persis di depannya. Namun, Mirna menepis prasangka buruknya. Dia menganggap itu hanyalah halusinasinya saja.     

Dia masuk ke dalam kamar mandi dan mulai melepas kimononya. Jelas pakaian modern itu dia bawa dari kota mengingat tidak mungkin di desa ada pakaian seperti itu.     

Begitu masuk ke kamar mandi dia menghela nafasnya. Setelah melihat bak mandi yang terisi penuh dengan air dengan hanya gayung yang terletak di bibir Bak itu, sangat berbeda sekali dengan kamar mandi yang ada di rumahnya dan di rumah kontrakannya selama kuliah. Dia waktu itu yang merasa sebagai primadona menuntut segalanya harus sempurna. Semua demi menjaga kecantikannya dan kepopulerannya selama di kampus. Tapi kenyataannya baru beberapa semester dia harus mendapatkan aib yang sangat memalukan.     

Dia menghela nafas sejenak. Dia harus menerima kenyataan sebagai istrinya Zayn. Pemuda desa dengan segala kesederhanaanya. Jadi dia harus membiasakan diri dengan kehidupan yang ada di desa itu. Dia akan berusaha meskipun itu semua tidak gampang dan membutuhkan proses.     

Dia meraih segayung air dan menyiramkannya ketubuhnya. Hawa dingin langsung menyelimutinya. Memberikan kesegaran dinginnya hawa pedesaan yang sangat khas. Dia memejamkan mata sembari tersenyum kecil, menikmati kesegaran itu. tetapi ketika dia memejamkan mata dia melihat bayangan noni belanda yang seakan sedang menatap tajam ke arahnya penuh kebencian. Seketika Mirna tersentak lalu membuka matanya. Dia menggeleng-gelengkan kepala, berharap itu hanya halusinasinya saja. dengan tatapan nanar dia melihat ke sekeliling. Memastikan tidak ada mahluk yang sedang mengawasinya. Dia menjadi parno sendiri. Namun, dia tetap meneruskan mandinya. Tapi dia tidak berani untuk menutup matanya. Sebagai gantinya, ketika air mengalir diwajahnya dia membuka mata sehingga merasakan rasa perih. Tetapi itu bukan apa-apanya dibandingkan harus bertemu dengan hantu yang sangat jahat itu.     

Setelah selesai mandi, buru-buru dia keluar dari kamar mandi. kondisinya tubuhnya masih basah hanya terselimuti kimono. Dia berjalan dengan langkah lebar menuju kamar pengantinnya. Berharap tidak bertemu dengan sosok Noni yang mengerikan itu.     

Dia pun akhirnya masuk ke kamar dengan perasaan lega. Lalu dia mengelap sekujur tubuhnya dengan handuk kimono yang dia gunakan.     

Dia duduk di depan cermin rias. Seklias, dia memandang suaminya yang sedang tertidur itu. lalu dengan telaten dia mengerikan rambutnya dengan handuk kecil yang kebetulan ada di atas meja rias. Hatinya sudah mulai tenang ketika berada di kamar itu. dia bahkan bersenandung sambil menyisir rambutnya.     

Tetapi tiba-tiba dia berhenti menyisir rambutnya saat melihat bayangan hitam yang terpantul dari cermin itu. sosok hitam itu menembus pintu. lalu melayang kearahnya. Mirna yang ketakutan tatapan matanya hanta tertuju kepada bayangan itu. tanpa berkedip. Nafasnya ngos-ngosan seakan habis berlari maraton. Kini ketakutannya bertambah, matanya terbelalak tatkala bayangan hitam itu membentuk sebuah wujud yang dia lihat ketika sedang memejamkan mata tadi. Tubuh Mirna melemas dan rubuh di lantai.     

"Sayang, bangun sayang." seseorang tampak mengoyang-goyangkan badannnya. Seketika Mirna tergeragap. Kepalanya mendadak menjadi sangat pusing. Sepintas dia melihat ke arah suaminya yang memandanginya dengan sangat cemas.     

"Kamu kenapa? Kok tiduran di lantai?" tanyanya dengan polos. haduh, bagaimana mungkin sih aku sengaja tidur di lantai. mikir dong. Batin Mirna yang jengkel.     

"Aku bukan tiduran di lantai tahu, aku pingsan." Ungkap Mirna. Zayn yang masih penasaran tidak segera menanyakannya. Dia membimbing istrinya itu untuk bangun dan duduk di tepi ranjang.     

"Ceritakan apa yang terjadi denganmu." tukas Zayn sambil membelai rambutnya dengan sangat mesra. Mirna tercenung. Haruskah dia membicarakan sosok hantu kepada suaminya itu. Dalam hidupnya dia sama sekali tidak percaya akan adanya hantu. Tapi kejadian di rumah belanda itu dan rumah ini sudah cukup membuktikan akan keberadaan mereka. Dia merasa harus mengatakan hal ini kepada suaminya ini.     

"Zayn sebenernya..." kata-kata Mirna terputus tatkala terdengar suara yang memanggil dari luar.     

"Zayn! Mirna! Bangun sarapan dulu." Pekik Bu Nining, ibunda dari Zayn.     

"Iya sudah bangun Bu. Tunggu sebentar!" sahut Zayn dari dalam. terdengar suara Bu Nining yang sudah menghilang. lelaki itu lantas menoleh ke arah Mirna.     

"Ayo, kita sarapan dulu." Ajaknya. Tetapi Mirna sepertinya lagi tidak enak badan. Zayn pun tanggap.     

"Kalau kamu tidak enak badan mending tiduran aja, nanti aku bawakan makanan ke kamar buat kamu ya." Tuturnya penuh dengan perhatian. Mirna mengangguk. Lelaki itu lantas membantu Mirna untuk terbaring di tempat tidur. sekilas dia tersenyum manis, dan meninggalkan istrinya itu ke ruang makan.     

Di sana sudah terlihat keluarga dai Zayn yang telah berkumpul. Iya, hanya keluarga Zayn saja, tidak seperti kemaren yang ramai dengan sanak saudara dan para tetangga yang menghadiri acara pernikahannya. Hanya tersisa sisa-sisa dekorasi yang berceceran di lantai dan tratak yang masih terpasang di depan rumah.     

"Cie...cie yang pengantin baru nih. Bangunnya kesiangan." Ledek Amel, adik dari Zayn. Perempuan yang masih menginjak bangku smp itu sepertinya dewasa sebelum waktunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.