Gairah Nona

Gamang



Gamang

0"Hush, kamu kayak tau-tauan saja." seloroh Bagus, Ayahnya Zayn sambil mengibaskan tangannya membuat Zayn tertawa geli.     

"Iya taulah. Pasti Mas Zayn sama Mbak Mirna kecapekan karena duduk seharian di pelaminan menerima tamu yang datang." jawab Amel dengan sangat polosnya. Mereka hanya ber'o' panjang. Ternyata Amel masih terlalu polos untuk mengerti tentang malam pertama kakaknya.     

"Oh, iya Mana Mirna Zayn?" tanya ibunya yang sedang menata makanan.     

"Kurang enak badan Bu. nanti biar Zayn saja yang membawakan makanan di dalam kamar."     

"Emang semalam berapa ronde Zayn?" seloroh Pak Bagus yang langsung membuat ibu Nining melotot sementara Amel yang masih polos hanya memandang tingkah kedua orang tuanya.     

"Ronde? Emang Mas Zayn sama Mbak Mirna sedang main apa?"     

"Main kuda-kudaan catur hahaha." Seloroh Pak Bagus lagi yang membuat Bu Nining kesal dan menginjak kaki suaminay tersebut. Zayn hanya terkekeh melihat pertengakaran kecil keluarganya itu.     

Tiba-tiba terdengar suara hentakan kaki Mirna di ruang itu, mengejutkan semua orang karena kedatangannya yang tiba-tiba. Zayn lantas menoleh sambil mengernyitkan dahi.     

"Kamu kenapa sayang?" tanya Zayn yang keheranan. Terlihat istrinya itu sudah berganti baju. Dia memegang ujung pakaiannya sambil menunduk. Wajahnya memucat.     

Zayn merasakan ada keganjalan yang dialami oleh Mirna. Tapi dia tidak menanyakannya secara langsung melainkan ingin bicara nanti berdua saja. Takut kalau-kalau semua anggota keluarga ikut panik.     

"Lho katanya kamu tidak enak badan Mirna?" tanya Bu Nining. Mirna menyahut dengan gugup dan cepat.     

"Tidak. Tidak apa-apa Bu. Mirna sekarang sudah baikan kok." Tukasnya. Zayn yang tanggap pun memintanya untuk duduk di meja sarapan pagi.     

Terjadi perbincangan hangat diantara mereka. Mirna yang semula kagok pun menjadi bisa berbaur dengan keluarga Zayn. Ternyata keluarga itu sangat hangat dan menyenangkan membuat Mirna tidak merasa was-was lagi.     

"Oh ya, ibumu kemaren langsung pulang ya Mirna?" tanya Bapak. Mirna hanya menunduk mengiyakan. Raut wajahnya berubah menjadi sedih. Meski ibunya sama sekali tidak menyetujui pernikahan ini yang tapi rasanya tidak etis jika tidak mau mengobrol dengan keluarga suaminya terlebih diacara pernikahannya kemaren. Ibunya hanya datang tanpa berniat sedikitpun untuk bertegur sapa dan mengakrabkan diri. setelah menyaksikan pernikahan Mirna, ibunya langsung pulang begitu saja. sekarang dia merasa tidak enak dengan keluarga Zayn.     

"Iya, Pak. soalnya ibu lagi ada urusan mendadak jadi harus buru-buru pulang." Tukasnya berbohong. Semua yang ada di ruangan itu hanya mengangguk kecuali Zayn yang seperti menemukan sebuah kegelisahan yang ada.     

"Oh ya, tadi pas ibu masak di dapur, ibu lihat ada seorang cewe yang mengenakan baju tidur keluar dari kamar mandi. itu tadi kamu kan Mir? " Jelas ibu yang membuat Mirna tersedak. Dia sangat terkejut mendengat penuturannya. Dia merasa tadi subuh, dia pergi ke kamar mandi dan setelah itu tidak keluar kembali.     

"Iya Bu, tadi saya yang habis dari kamar mandi." jawab Mirna dengan terbata-bata. tapi gelagat istrinya yang mencurigakan itu tercium oleh Zayn. Dia semakin curiga kalau Mirna mengalami sesuatu. Tapi dia berusaha untuk menutupinya.     

Setelah selesai sarapan, Mereka kembali ke kamar. Bu Nining mencegah pengantin baru itu untuk melakukan kegiatan apapun. Biarlah beberapa hari ini Zayn dan Mirna menikmati momen kebersamaan mereka.     

Sekarang dua sejoli itu saling berhadapan. Zayn memandang Mirna dengan sorot mata yang tajam. Seakan sedang menginterogasi istrinya itu.     

"Sekarang ceritakan, apa yang sebenernya terjadi denganmu?"     

"Aku tadi bertemu dengan hantu." Sahutnya singkat. Zayn membelalakan mata.     

"Serius kamu?"     

"Iya serius. Dia juga tadi yang membuatku pingsan di lantai." tutur Mirna yang membuatnya tidak habis pikir. Siapa hantu itu? kenapa dia meneror Mirna? Apa yang sebenernya dia inginkan dari Mirna?     

"Hantunya wujudnya seperti apa?"     

"Dia Noni Belanda." Ujarnya dengan nada gemeteran.     

Bagaikan petir yang menyambar di siang bolong, membuat Zayn hampir lompat dari tepi ranjang. Betapa tidak kalau dia ingat dengan hantu itu maka waktu akan kembali dimana insiden mengerikan itu terjadi. Rozak dan Paijo yang merenggang nyawa akibat mereka bertemu dengan mahluk penghuni rumah belanda di atas bukit itu. sekarang hantu itu menampakan dirinya di depan Mirna? Apakah Mirna akan mengalami hal yang serupa?     

"Aku takut Zayn, aku takut." Lirihnya dengan mata yang berair. Zayn dengan sigap menarik pundak itu sehingga jatuh kepelukannya. Berusaha menenangkan belahan jiwanya tersebut. Sebenernya dia sendiri kalut kenapa mahluk itu masih menghantui keluarganya.     

"Udah kamu tenang saja, nanti aku panggilkan orang pintar untuk datang ke sini supaya mahluk itu tidak menganggu kita lagi." Ujarnya menenangkan. Walaupun dia sendiri ragu apakah orang pinter itu bisa mengusir roh jahat seperti noni belanda itu.     

"Daripada sumpek di kamar. mending kita keluar yuk. Jalan-jalan keliling desa." Ajak Zayn yang kemudian membuatnya mengangguk begitu saja. mereka lantas berganti pakaian dan keluar dari rumah.     

Suasana desa itu masih sangat asri. Meski letaknya sangat jauh dengan hutan tetapi banyak pepohonan yang berjejer di luar sekitar jalan raya sehingga menambah sejuk suasana pagi itu membuat Mirna bisa menghilangkan ketakutannya sejenak. Dia tersenyum tatkala melihat aktifitas pagi itu. terlihat aktifitas pedesaan yang sangat khas. Ada yang sedang menyapu halaman depan, ada bapak-bapak yang berangkat kesawah, dan anak-anak yang berkejar-kejaran. Sungguh suasanya yang membuat mata yang memandang menjadi takjub.     

"Gimana? Kamu betah disini?" tanya Zayn yang sedari tadi mengandeng tantan istrinya dengan mesra. sejenak Mirna menoleh kearahnya sambil tersenyum manis. Dia mengangguk.     

"Nah gitu dong, aku kan nanti jadi tenang kalau bekerja di kota." Tukasnya yang membuat Mirna langsung menghentikan langkah. Zayn yang sedang menggandengnya juga ikut terhenti.     

"Jadi kamu mau pergi ke kota gitu? Terus ninggalin aku disini?" tanya Mirna dengan tatapan mata yang tidak suka. Zayn menghela nafas sejenak. ditatapnya mata istrinya dengan sangat dalam.     

"Iya, kan aku harus kerja sayang demi masa depan kita. lagian nanti seminggu sekali aku juga pulang kok." Kata Zayn sambil menangkup wajah istrinya itu.     

"Tapi aku harus ikut juga." rengek Mirna. Jujur dia sendiri belum terbiasa hidup dengan pedesaan seperti ini. Hanya kepada Zayn dia sangat terbiasa dan nyaman. Dia tipe orang yang tidak mudah beradaptasi dengan tempat yang baru.     

"Jangan sayang. lebih baik kamu disini. aku tidak mau kalau sampai terjadi apa-apa denganmu. kamu masih ingat dengan peristiwa itu 'kan?" kata Zayn yang mengingatkan kejadian tempo dulu. Mirna terlihat sedang meresapi apa yang dimaksud dengan suaminya tersebut. Kalau dia sampai ke kota. Bisa saja para bajingan itu akan datang dan melakukan hal yang tidak dia inginkan. Seketika dia merinding membayangkannya.     

"Kalau disini, aku jamin kamu akan sangat aman. soalnya warga desa ini orangnya sangat baik kok." Tutur Zayn.     

Dengan berat hati dia mengangguk pelan, meski dalam hatinya timbul banyak kegelisahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.