Gairah Nona

Mirna Menghilang?



Mirna Menghilang?

0"Aku tidak mau kalau ikut denganmu! kita ini beda alam." Tandas Zayn lagi. Meski dalam keadaan panik, di harus bersikap tegas.     

Hantu itu berteriak dengan kencang. kemudian, dia menjatuhkan bu inem begitu saja di lantai. Zayn pun dengan tanggap menangkap tubuh wanita setengah baya yang tidak sadarkan diri itu, sampai tubuhnya ikut terjengkang.     

Terdengar suara tawa hantu itu yang masih menggema. Zayn menatap nanar ke arah sekitar. Sungguh dia merasa tidak nyaman dengan kondisi seperti ini. Suara tawa itu begitu memekkan telinganya.     

Zayn pun menengadahkan tangannya. Dia berdoa dengan khusyuknya. Beberapa saat kemudian suara itu sudah tidak terdengar langi. Agaknya hantu itu pergi karena ketakutan dengan do'a yang dipanjatkan oleh Zayn.     

Kini hanya ada Zayn dan Bu Inem yang tidak sadarkan diri. Pemuda itu lantas mengangkat tubuh itu masuk ke dalam kamarnya. Tidak lupa dia menyalakan seluruh lampu di ruangan itu. Kemudian dia duduk di ruang tamu. berniat untuk terjaga sampai pagi.     

Tapi siapa yang bisa menolak kantuk, meski sudah ditahan rasa kantuk itu terus menyerangnya membuatnya tidak berdaya. Pemuda itu terbaring di kursi panjang dia ruang tamu.     

Keesokan paginya, Zayn merasakan pipinya yang ditepuk-tepuk. Dia langsung terperanjat dan mendapati di hadapannya ada Bu Inem yang melihatnya keheranan.     

"Kamu kok bisa tidur disini Nak?" tanyanya.     

Zayn mengerjap-erjapkan matanya lalu menguceknya untuk beberapa saat. Kesadarannya belum pulih sepenuhnya.     

Bu inem tanggap. Dia membiarkan pemuda itu mengumpulkan segenap kesadarannya terlebh dahulu. Meski dia penasaran kenapa Zayn bisa sampai tertidur di ruang tamunya.     

"Semalam saya datang ke sini Bu, terus saya lihat ibu dirasuki oleh hantu." Cecarnya. Bu Inem tampak terkesiap.     

"Jadi kamu lihat ibu kesurupan? Terus apa yang dikatakan oleh Hantu yang merasuki tubuh ibu?"     

"Dia bilang supaya aku mengikutinya. Aku jelas menolaknya mentah-mentah karena kita beda alam." Cetus Zayn dengan tegas. Bu Inem tampak Syok saat mendengar penuturan Zayn.     

"Kenapa Bu?"     

Bu Inem tidak segera menjawab. Dia meletakan bokongnya terlebih dahulu di kursi. Tatapannya kosong seakan beban di kepalanya terasa berat.     

Zayn pun menggeser tubuhnya mendekati wanita paruh baya itu. lalu, dia memegang tangan Bu Inem. Sorot matanya tampak teduh penuh kehangatan. Tapi yang ada Bu Inem malah menangis tersedu-sedu.     

"Jangan nangis Bu, apa ada perkataan saya tadi yang menyinggung Ibu?"     

"Bukan, kamu tidak menyakiti ibu sama sekali. tapi ibu yang harusnya meminta maaf kepadamu."     

"Minta maaf buat apa Bu?"     

Wanita itu terisak. Bibirnya seakan kelu untuk mengucapkan sesuatu. Agaknya ini berkaitan dengan sesuatu rahasia besar yang dia sembunyikan selama ini kepada pemuda yang ada di hadapannya itu.     

"Sebenernya, Noni sangat menyukaimu Zayn." Jelasnya dengan mulut bergetar, namun masih tertangkap jelas di telinga Zayn.     

"Maksudnya Bu?"     

"Iya, Noni penguasa kerajaan jin di atas bukit itu menyukaimu. Dia menginginkan kamu untuk mengikutinya ke alamnya."     

"Tapi, aku tidak bisa melakukan itu Bu. Lagian, darimana ibu tahu kalau Noni itu sangat menginginkanku?"     

"Ibu tidak bisa cerita sekarang. Yang jelas, sekarang Noni Belanda tengah marah. Kalau orang yang dikehendakinya menolaknya maka yang menjadi ancaman adalah pasangannya. Mungkin sekarang Noni Belanda tengah melakukan sesuatu untuk menjerumuskan Istrimu." Jelas Bu Inem yang membuatnya menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. Dia sangat yakin kalau tidak terjadi apa-apa dengan istrinya. Karena baru saja kemaren mereka berbicara melaui telefon.     

Tapi tiba-tiba ponselnya berdering. Zayn lantas merogoh benda pipih itu dari saku celananya. Nomor dari ibunya.     

"Halo Zayn!"     

"Iya Bu, ada apa?"     

"Mirna hilang Zayn!"     

***     

Sementara di desa Zayn, terdapat rombongan bapak-bapak yang membawa peralatan dapur dan menabuhnya di sepanjang jalan di pinggir hutan. Mereka terus berteriak nama Marni. Terlihat Pak Bagas itu juga ikut mencari keberadaan menantunya itu. Dia yang kemaren menyepelakan tentang sikap aneh Marni yang mendadak hilang seharian dan kembali kalau petang hari, sekarang di kejutkan dengan hilangnya Marni tanpa kembali. Sungguh perasaannya menjadi resah.     

Masyarakat percaya desa bahwa ini ada kaitannya dengan alam ghaib. Tapi yang membuat mereka terheran adalah biasanya kasus orang hilang di desa itu pasti karena telah melakukan hal yang terlarang di sebuah hutan tersebut. Mereka percaya kalau di dalam hutan di dekat desa mereka ada penunggunya yang tidak segan untuk menghilangkan warga yang sengaja berbuat macam-macam di sana.     

Setelah cukup lama berjalan, mereka berhenti sejenak karena kecapekan. Ada beberapa diantara mereka yang menoleh ke arah Bagas,     

"Pak, kok bisa menantu bapak itu hilang secara misterius seperti ini?" tanya salah seorang diantara mereka. Bagas yang nafasnya memburu pun menggeleng-gelengkan kepalanya.     

"Saya kurang tahu Pak. Setahu saya dia selalu berada di rumah, bahkan kami tidak pernah membawanya pergi ke sawah."     

"Nah itu, mungkin karena tidak ada orang di rumah, jadi dia diam-diam nekad pergi ke hutan dan melakukan hal yang terlarang." Timpal yang lain menduga-duga.     

"Saya tidak tahu pasti Pak, yang jelas belakangan ini Menantu saya itu menghilang seharian dan baru kembali kalau menjelang petang. Awalnya kami tidak mempermasalahkannya karena mungkin dia butuh waktu jalan-jalan di desa ini, tapi yang ada." Sahut Bagas dengan penuh penyesalan. Andai waktu bisa terulang. dia tidak mau lalai lagi terhadap istri dari anaknya itu.     

Mereka terdiam. Hanya terdengar suara binatang malam di hutan yang meramaikan jagad hutan itu. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. Terlebih menurut mitos yang sudah di percaya secara turun temurun kalau wanita yang cantik seperti Marni kemungkinan besar tidak akan kembali.     

Tiba-tiba terdengar suara erangan wanita, memancing perhatian mereka. mereka memasang pendengaran dengan seksama dan menyakini kalau suara itu bersumber dari sebuah gubuk usang tidak jauh dari mereka.     

"Ayo kita ke sana!" pekik salah satu diantara mereka yang kemudian diikuti oleh orang-orang di belakangnya.     

Semakin dekat di gubuk itu semakin jelas suaranya. Bagas menyadari bahwa itu adalah suara menantunya.     

"Itu suara Mirna!" pekik Bagas. Semua warga pun langsung pasang badan. Beberapa diantara mereka bersiap untuk mendobrak pintu yang terbuat dari anyaman bambu itu.     

Sungguh tidak sulit bagi mereka untuk mendobrak pintu itu. Cukup dengan sekali tabrak, pintu itu langsung terbuka lebar. Seperti polisi yang sedang menggerbek pelaku kejahatan, para warga masuk dan langsung menyoroti seisi rumah itu tapi tidak ada apa-apanya.     

Mereka terheran-heran. Mereka sangat yakin kalau ada suara teriakan wanita di sini. Tapi begitu pintu dibuka, mereka tidak menjumpai siapapun. Hanya berisi perabotan seadanya yang sudah usang, sepertinya sudah lama ditinggal oleh penghuninya. Mereka juga baru menyadari kalau ada gubuk di pinggir hutan itu.     

"Sebaiknya kita hentikan pencarian malam ini." Titah Pria tua yang tidak lain adalah Pak Jono, tetua di desa itu.     

Para warga pun hanya menurut apa perkataan dari orang yang paling dituakan itu. Begitu juga Bagas yang hanya menunduk pasrah karena pencaharian menantunya malam ini tidak membuahkan hasil.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.