Bullying And Bloody Letters

Resmi Berpacaran



Resmi Berpacaran

0Saat Larisa sedang menutupi air matanya, Alex langsung mengangkat dagu Larisa.     

"Sudah tidak usah di tutupi, aku tahu kamu sedang menangis."     

Dan Alex pun memeluk Larisa sambil berkata, "Pasti ulah Viola ya?" tanya Alex pelan.     

Tapi Larisa enggan menjawabnya, "Sudah jangan menangis lagi, kamu kan berjanji akan menjadi Larisa yang kuat. Harusnya kamu tadi melawannya, bukannya malah pergi begini," tukas Alex dan Larisa masih dalam pelukannya.     

      

Dan seketika Larisa melepas pelukan Alex. Lalu dia pun langsung memaki Alex tanpa berani memandangnya wajahnya.     

"Alex, mau kamu itu apa?! kenapa kamu mempermainkan gadis seperti ku? kamu bertingkah sok baik kepadaku, lalu bertingkah seolah-olah menyukaiku, menganggapku seperti gadis yang istimewa layaknya seorang kekasih, dan setelah itu kamu malah akrab dengan Viola dan seolah-olah tidak pernah melakukan apa pun kepadaku, kamu itu Brengsek!" tukas Larisa penuh amarah.     

      

"Kalau kamu marah kepadaku, harusnya saat memaki itu menatap ke arahku!" tukas Alex dengan santai.     

Dan Larisa pun semakin kesal mendengar ucapan Alex.     

"Kamu tahu kan kalau aku ini gadis seperti apa? bisa marah seperti ini saja sudah bersyukur, untuk apa harus menatapmu?!" ketus Larisa.     

      

"Wah, berarti kemajuan ya?" tanya Alex.     

      

"Kamu, jahat, Alex! aku pikir kamu itu teman satu-satunya, sampai aku rela menahan perasaan suka ku, dan menunggu kamu mengungkapkan perasaanmu, yang selama ini terlihat juga menyukaiku. Tapi rupanya kamu hanya mempermainkanku!"     

      

Alex pun tersenyum dan dia mendekatkan telinganya kearah Larisa, "Apa aku tidak salah dengar, tadi kamu bilang suka?" ucap Alex.     

Seketika Larisa terdiam, dia berpikir setelah ini Alex akan menertawainya karna dirinya yang sudah termakan oleh tipu daya Alex yang seolah-olah baik kepadanya. Dan Larisa juga mulai berpikir jika Alex sebenarnya memiliki niat buruk seperti yang lainnya.     

      

"Larisa," panggil Alex pelan, dan dia memegang tangan Larisa, "memang kata  itu yang aku tunggu. Tadi kamu bilang suka kepadaku, 'kan?" tanya Alex.     

Dan Larisa langsung mengangkat wajahnya, "Ma-maksud kamu apa?" tanya balik Larisa yang bingung.     

"Yah, aku sengaja menunggumu untuk mengatakan perasaanmu kepadaku," ucap Alex.     

      

"Tapi, aku ini perempuan, Lex. Harusnya kamu yang mengatakan duluan kepadaku," tukas Larisa.     

      

Dengan tegas Alex berkata, "Yah, harusnya memang begitu, tapi aku kan sudah berjanji kepadamu, bahwa akan membantumu menjadi wanita yang pemberani,  dan ini adalah salah satu caraku," jelas Alex.     

      

"Lalu kenapa kamu juga bersikap ramah kepada Viola? kalau memang benar kamu itu menyukaiku, harusnya Kamu menjaga perasaanku, bukanya malah bertingkah sok ramah kepada gadis yang jelas-jelas tertarik kepadamu. Apa lagi tak biasanya kamu itu betingkah begitu!"     

      

"Iya, aku tahu. Dan itu juga salah satu caraku. Aku ingin kamu cemburu kepadaku sampai kamu menjadi marah kepadaku lalu kamu akan memberontak seperti ini." Tutur Alex.     

Mendengar ucapan Alex membuat amarah Larisa seketika surut     

Dia tak menyangka di balik sikap menyebalkan Alex selama ini adalah untuk kebaikannya. Dan dia malah mengira jika Alex mempermainkan perasaannya.     

Larisa pun langsung meminta maaf kepada Alex, karna dia sudah berpikir buruk kepada Alex.     

"Maaf kan aku ...." Tukas Larisa yang kembali menundukkan kepalanya.     

"Bisa tidak, kalau minta maaf itu sambil mengangkat kepalamu," ucap Alex dengan nada meledek.     

Dan Lerisa pun tersenyum tipis lalu perlahan mengangkat wajahnya.     

"Kamu bisa ulangi perkataanmu, 'kan?" tukas Alex lagi.     

      

"Pernyataanku lagi?" tanya Larisa yang bingung.     

      

"Iya, aku ingin dengar lagi, bagaimana kamu mengungkapkan perasaan suka mu kepadaku secara jelas dan paling niat," kata Alex sambil tersenyum meledek.     

Dan Larisa langsung mendekat kearah Alex, lalu dia mencubit pipi Alex dengan gemas.     

"Iya, Alex si Tukang Iseng, aku suka sama kamu," bisik Larisa.     

      

"Loh kok, tukang iseng sih?"     

      

"Ya, habisnya kamu iseng sama aku!"     

      

"Haha, iya deh terserah! ya sudah ayo kita kembali ke cafe lagi!"     

      

"Ayo!"     

      

Mereka berdua pun memasuki cafe dengan saling bergandengan tangan.     

Dan mereka duduk ke bangku mereka yang semula, yang di dalam masih ada Viola dan kawan-kawannya yang sempat menertawai Larisa.     

Mereka mengira jika Larisa sudah pulang karna ucapannya tadi. Tapi pada kenyataannya, Larisa malah kembali lagi ke dalam cafe dengan bergandengan mesra bersama Alex.     

Viola pun tercengang melihatnya, karna terakhir mereka keluar cafe dalam keadaan seperti sedang bertengkar, dan sekarang masuk kembali ke dalam cafe dalam keadaan akur dan terlihat sangat mesra.     

      

"Sialan! si Culun itu pakai pelet ya?" gerutu Viola.     

Dan teman-teman yang ada di sampingnya pun tampak mengelus-elus pundak Viola dan berusaha membuat Viola menjadi tenang.     

Alex yang melihat Viola tampak kesal pun sempat tersenyum tipis dan membuang muka dengan wajah sinisnya.     

Sementara Larisa hanya melihat sesaat kearah Viola lalu dia kembali menunduk.     

Dan Alex langsung mengangkat dagu Larisa hingga posisi wajah Larisa pun mendongak ke atas.     

"Lihat saja wajahnya, dia tidak akan berani berbuat apa-apa kepadamu," bisik Alex, sambil melirik sesaat kearah Viola.     

Dan Viola pun tampak begitu semakin kesal kepadanya.     

Lalu dia membanting pisau dan garpu dipiringnya lalu dia mengambil tasnya dengan  kasar dan berlalu pergi dari cafe itu. Yang di ikuti teman-temannya di belakang.     

Alex pun menertawai tingkah Viola.     

"Haha, lihat si Cewek yang sempat menindasmu tadi," tukasnya sambil melirik Viola     

      

Dan Larisa merasa heran, "Kok, kamu tahu kalau dia tadi sempat menindasku?"     

Alex menarik nafasnya sambil tersenyum lagi, tapi dia tidak menjawabnya.     

"Aku tadi kan belum bercerita kepadamu tentang Viola yang sempat mengancamku, lalu bagaimana kamu bisa tahu?" tanya Larisa.     

      

"Emm, bagaimana ya menjelaskannya?"     

      

"Alex, ayo katakan!"     

      

"Kamu sendiri belum mengatakan kepadaku, Viola tadi mengancammu bagaimana?"     

      

"Oh, dia bilang aku tidak boleh dekat-dekat dengan mu jika aku ingin lebih lama berada di sekolah,"     

      

"Begitu ya, terus,"     

      

"Terus apa?"     

      

"Ya, kamu melawan Viola atau tidak?"     

      

"Ah, kalau aku melawannya itu bukan, Larisa. Ya sudah pasti aku diam saja. Dan aku malah berpikir hari ini aku akan kehilanganmu. Karna ku pikir Viola benar. Gadis seperti ku ini tidak pantas dekat dengan pria seperti mu, tapi ...."     

      

"Tapi apa?"     

      

"Tapi, aku malah mendapatkan kejutan darimu. Karna sekarang kita bukan hanya berteman saja. Tapi kita sudah resmi pacaran, yang artinya aku tidak perlu merasa takut lagi. Karna ada superhiro yang selalu melindungiku,"     

      

"What! Superhiro?!"     

      

"Iya!" jawab Larisa dengan tegas.     

Dan Alex menggelengkan kepalanya lalu dia berkata, "Kamu tidak boleh terlalu mengandalkanku. Dan aku berharap kamu bisa melindungi dirimu sendiri meski tanpa aku." Ucap Alex.     

      

"Iya, aku tahu, tapi tidak semudah itu kan Lex? dan kalau boleh tahu kenapa kamu selalu bilang begitu? apa kamu ada rencana untuk meninggalkanku?" tanya Larisa.     

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.