Bullying And Bloody Letters

Niat Busuk Yang Gagal



Niat Busuk Yang Gagal

1Saat Larisa berhenti Alex pun berlari menghampiri Larisa dan menggandeng tangan Larisa.     

Larisa yang tadinya canggung dan merasa tidak nyaman karna ucapan Tyas, kini malah di genggam tangannya oleh Alex. Tentu hal itu membuatnya merasa semakin tidak karuan. perasaan canggung di tambah dengan jantung yang deg-degan, perlahan tangan Larisa pun juga menjadi sangat dingin karna berkeringat.     

"Larisa, kok tangannya agak dingin ya?" tanya Alex.     

      

"Ma-masa?" ucap Larisa.     

Dan Alex pun juga tersenyum menatap Larisa.     

Lalu Alex berkata, "Tenang aku juga deg-degan kok, mau lihat enggak?" tukas Alex masih dengan menahan senyum.     

Tapi Larisa tak menjawabnya, diam tersipu malu.     

Dan Alex pun Langsung memegang kepala Larisa lalu menaruhnya di bagian dadanya, yang saat ini jantungnya juga berdetak kencang.     

Larisa langsung melotot saat berada dalam pelukan Alex. Karna dia tak habis pikir Alex melakukan ini di depan umum. Dan untungnya keadaan koridor sekolah menuju kelas mereka masih sepi karna suasana memang masih terlalu pagi sekali.     

"Tu, 'kan, jantungku juga berdetak kencang, dan kamu juga merasakan kalau tanganku juga dingin," Alex mengangkat kembali kepala Larisa dari bagian dadanya.     

"Jadi kamu itu tidak sendiri, itu artinya kita merasakan perasaan yang sama," ucap Alex.     

Dan Larisa pun tampak kebingungan, "Ma-maksudnya apa?"     

Alex tersenyum lalu berjalan meninggalkan Larisa sendirian, dia berjalan mendahului Larisa.     

Dan Larisa pun menatap Alex dari belakang sambil tersenyum.     

Sebenarnya dia tahu apa yang di maksud oleh Alex, namun dia tak berani untuk menegaskannya, sehingga dia pura-pura untuk tidak tahu.     

      

***     

      

      

Sepulangnya dari sekolah  Alex tidak bisa pulang bersama Larisa, karna Alex sedang ada latihan basket hari ini.     

Sebenarnya Larisa juga ingin menunggu Alex sampai pulang tapi berhubung Larisa harus membantu sang Ibu berjualan jadi dia terpaksa untuk pulang cepat.     

Di saat Larisa keluar dari pintu gerbang, Brian sudah mengintipnya dari balik kaca jendela mobil.     

Brian sudah memiliki rencana busuk kepada Larisa.     

      

Larisa pulang mengendarai ojek online sementara Brian mengikuti dari belakang.     

"Kali ini kamu tidak akan bisa lolos dari ku," gumam Brian.     

Hingga memasuki ke sebuah gang, Brian pun terpaksa turun dari mobilnya, karna jalanan sempit tidak bisa di lalui oleh kendaraan roda empat.     

Tak lama ojol pun berhenti tepat di depan rumah Larisa yang terlihat sempit dan agak kumuh.     

'Oh my God, jadi ini tempat tinggal gadis lugu itu?' batin Brian.     

Lalu dia masih memantau Larisa yang memasuki pagar besi mirip gerbang tapi pendek. Lalu tak lama kemudian Larisa keluar kembali dengan seragam sekolah yang sudah berganti seragam biasa.     

Larisa hendak menyusul ke lapak sang Ibu berjualan. yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah itu.     

Sambil berjalan kaki, tak sadar dia melewati tempat Brian bersembunyi.     

      

Berian yang melihat tempat itu sangat sepi, dia pun tak mau menyia-nyiakan kesempatannya, dan dia langsung membekap mulut Larisa dengan sapu tangan yang sudah di olesi obat bius.     

Seketika tubuh Larisa pun langsung melemas dan Brian langsung membopongnya untuk menaruhnya ke dalam mobil.     

Saat dalam perjalanan menuju mobil dia bertemu dengan tetangga Larisa.     

"Loh itu, Nak Larisa kenapa? dan kamu siapa?" tanya Bapak-bapak tetangga rumah Larisa.     

Dan Brian pun langsung menarik nafas dalam, berusaha tenang agar bisa membuat orang itu tak curiga kepadanya.     

      

"Oh, dia tadi pingsan, Pak. Dan saya hendak membawanya ke klinik." Tutur Brian.     

Tapi si Bapak itu tak percaya begitu saja lalu dia bertanya lagi kepada Brian.     

"Terus kamu siapa? saudaranya?"     

      

"Bu-bukan! saya ini teman sekolahnya Larisa, nama saya, Brian!" jelas Brian yang tak sadar malah menyebut namanya sendiri.     

      

"Teman sekolah ya, terus kenapa tiba-tiba kamu bisa bersama Larisa dalam keadaan pingsan, apa lagi kalian ini hanya berdua, saya tahu betul jika rumah Larisa itu kosong jadi saya pikir tidak pantas jika laki-laki dan perempuan berduaan saja dirumah yang kosong!" tutur si Bapak itu.     

      

Brian pun menepuk jidatnya, 'Astaga, malah di ceramahi!' batinnya.     

Dan si Bapak kembali nyerocos lagi, "Kalau memang Larisa sedang sakit maka ayo! biar saya juga ikut membawanya ke klinik!" tukas Bapak itu.     

Dan Brian yang mendengarnya pun langsung menolaknya mentah-mentah, "Et, et tidak boleh! enak saja Bapak Tua ini mau ganggu ya!" Brian kembali keceplosan, "upss, sial! mulutku ini," gumamnya sambil menapuk-napuk mulutnya sendiri.     

      

"Ah, jadi benar dugaan saya, kamu pasti ada niat buruk dengan Larisa ya?!" tebak si Bapak itu.     

      

"Eh, enggak! Anda ini jangan asal tuduh ya!" bentak Brian.     

      

"Terus kalau tidak ada niat buruk kenapa saya tidak boleh ikut!" bentak balik Bapak itu,     

      

"Ah, dasar Bapak Tua sialan!" umpat Brian.     

Lalu datangkah warga lagi, "Ada apa ini?" tanya seorang warga yang baru datang itu, "dan kenapa dengan Larisa?"     

Dan si Bapak itu pun langsung menjawabnya dengan penuh antusias, "Pemuda ini sepertinya sedang memiliki niat buruk dengan, Nak Larisa!" jelasnya.     

Dan warga itu pun tampak kesal, "Apa?!"     

Lalu dua orang itu langsung menatap Brian dengan tatapan mengancam, dan tak lama warga yang lain pun juga mulai datang karna mendengar keributan itu, lalu Brian yang merasa sangat ketakutan pun langsung menjatuhkan Larisa yang pingsan itu di jalanan.     

"Ah dasar sial!" Umpatnya sebelum pada akhirnya dia berlari terpuntil-puntil lalu masuk kedalam mobilnya dan melaju kencang meninggalkan gang sempit tempat dimana Larisa tinggal itu.     

Saat mobilnya baru melaju, Alex sempat berpapasan dengannya.     

"Loh, itu kan mobilnya Brian!" ucap Alex, "terus kenapa si Bajingan itu kemari? apa jangan-jangan—"     

Dan Alex pun segera menambah kecepatan motornya lalu memasuki gang itu dan mendapati beberapa warga sedang menolong Larisa yang sedang pingsan di tengah jalan.     

Seketika motornya langsung berhenti saat dia tahu jika yang pingsan adalah Larisa.     

"Loh, Bapak-bapak, Ibu-ibu! apa yang terjadi dengan Larisa?!" tanya Alex.     

Lalu mereka bercerita tentang apa yang baru saja yang di alami oleh Larisa, karna mereka memang sudah tahu jika Alex dan juga Larisa itu berteman baik, lalu mereka membawa Larisa ke klinik terdekat.     

      

***     

Beberapa saat kemudian, Larisa pun mulai siuman, dan dia kaget karna mendapati dirinya sudah berada di dalam sebuah klinik.     

"Loh, aku ada di mana ini?" tukas Larisa yang bingung.     

"Kamu tadi pingsan, jadi aku dan para warga membawamu kemari," ucap Alex.     

      

"Hah, pingsan? kok bisa sih?"     

      

"Yah, ceritanya panjang, nanti aku ceritakan," kata Alex.     

      

"Terus kamu kok bisa di sini, memangnya kamu tidak jadi latihan ya?"     

      

"Latihan di batalkan, karna pelatihnya tidak masuk,"     

      

"Oh begitu ya," dan Larisa pun duduk sambil memegang keningnya, "aww ...."     

      

"Kenapa? masih pusing ya?"     

      

"Iya, sedikit," Larisa menganggukkan kepalanya.     

Dan Alex pun membantunya untuk berbaring lagi, "Yasudah kamu tidur lagi saja. Biar keadaanmu cepat pulih," ujar Alex.     

      

0

"Iya, terima kasih ya, Alex."  sahut Larisa.     

      

      

      

To be continued.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.