Bullying And Bloody Letters

Menahan Amarah



Menahan Amarah

1Brian hanya menanggapinya dengan selengean, karna dia pikir setelah bertemu dengan orang tuanya, dia akan terbebas. Karna Tyas akan melepaskannya berkat uang dan kekuasaan orang tua Brian.     
0

      

"Kenapa kamu malah tersenyum-senyum sendirian begitu?" tanya Tyas kepada Brian.     

Dan Brian pun langsung menutup senyumnya dengan ekspresi terkejut dengan ucapan Tyas.     

"Kamu pikir saya akan luluh dengan uang orang tuamu?" ucap Tyas lagi.     

Brian menatap Tyas dengan ekspresi yang marah.     

"Meski kamu anak Presiden sekali pun, saya tidak peduli. Saya tidak mau sekolah saya menjadi sekolah mesum. Ini itu Indonesia, bukan Jerman atau pun Paris. Jadi kalian harus mengikuti batas-batas yang berlaku di sini. Tidak semuanya bebas di lakukan di sini, apa lagi ini sekolahan begini!" tegas Tyas.     

Dan dia langsung melipat kedua tangan sambil membalikkan badan, tapi sebelum dia pergi dia menengok lagi kearah mereka berdua.     

      

"Bahkan saya sudah tahu, semua kelakuan jelek kalian, sebelum kalian pindah ke sini, di luar negeri saja sampai di keluarkan secara paksa, apa lagi di sini. Jadi berdoa saja, supaya kalian tidak mendapat nasib yang sama seperti saat kalian masih berada di Jerman maupun di Paris!" tegas Tyas lagi dengan senyum tipis sebelum dia pergi meninggalkan mereka.     

Dan dia juga melirik kearah Pak Parman sambil tersenyum.     

Pak Parman sangat bahagia saat Tyas kembali ke sekolah ini dan menjabat sebagai kepala sekolah. Karna sejak dulu, Tyas dan Pak Parman berhubungan baik.     

Sikap Tyas yang sangat ramah dan rendah hati itu tak berubah hingga kini.     

Bahkan saat posisinya sudah berada di atas sekalipun dalam sekolah ini.     

      

Akhirnya Pak Parman pun juga turut pergi meninggalkan Holly dan Brian.     

Lalu Brian dan Holly juga pulang ke kelas mereka, niat bejat kedua sejoli itu pun tidak jadi terlaksana.     

      

Sementara itu Tyas di dalam ruangannya sedang menunggu kedatangan orang tua Brian dan Holly.     

Namun hari ini yang bisa datang hanya orang tua Holly saja, orang tua Brian tidak bisa datang di karena kan sibuk.     

Dan akhirnya Holly di skors sementara Brian masih menunggu kedatangan orang tuanya esokan hari, baru dia akan di proses.     

      

***     

Esok harinya, ketika jam masuk sekolah sudah tiba, Tyas berada di ruangannya sambil mengerjakan tugasnya, yaitu menandatangani beberapa file dan juga memeriksa tentang beberapa laporan dari para staf-stafnya, serta proposal-proposal yang di tujukan untuknya.     

Dan saat dia sedang sibuk tiba-tiba datang ayah dari Brian.     

      

"Selamat pagi, Bu Tyas," sapa ayah dari Brian.     

      

Tyas yang tadinya masih menunduk pun langsung mengangkat wajahnya, "Sealamat pagi ju—"     

Tyas langsung terperangai saat melihat ayahnya Brian adalah Anton, teman sekolahnya dulu dan yang sudah memerkosa Larasati.     

Tyas pun langsung geram, dia langsung mengangkat tangannya dan hendak menampar Anton.     

Dengan mata melotot dia berdiri, tapi Tyas teringat sesuatu, bahwa dia saat ini adalah seorang kepala sekolah dan juga dia tidak memiliki bukti untuk langsung menyalahkan Anton. Dan lagi pula kalau dia akan main kasar kepadanya maka reputasinya sebagai kepala sekolah pun bisa hancur.     

      

'Huff, sabar ... sabar, aku bisa membalasnya secara halus, tidak dengan kekerasan,' batin Tyas sambil mengelus dada.     

 Lalu Anton tampak kebingungan melihat ekspresi Tyas.     

"Tyas, kamu Tyas yang dulu, 'kan?" ucap Anton penuh antusias.     

Dan Tyas hanya menanggapinya dengan senyum sinis yang terpaksa.     

      

"Tyas, lama sekali ya, kita tidak bertemu, dan kamu terlihat cantik sekali di usiamu yang sudah matang ini," ucap Anton.     

      

"Silakan duduk!" ketus Tyas sambil menunjuk bangku.     

Dan Anton pun langsung duduk, tapi bukannya diam Anton malah kembali bertanya-tanya dengan mulut nyerocosnya.     

"Eh, Tyas, kamu sudah menikah belum? kalau belum bagaimana dengan ku, aku juga masih keren, 'kan?" tukasnya.     

      

Dan Tyas pun malah cemberut dan dia langsung membahas ke pokok permasalahan intinya.     

"Baiklah, langsung ke bagian inti saja ya! jadi putra Anda, yang bernama Brian itu hampir berbuat mesum disekolah. Jadi saya selaku kepala sekolah di sini, tentu saya tidak terima sekolah saya menjadi tercoreng gara-gara ulah bejat putra Anda! jadi mohon kerja samanya agar mendidik dengan betul putra Anda itu!" tegas Tyas.     

      

Namun Anton hanya menanggapinya biasa saja. Bahkan dia sudah terbiasa dengan masalah ini, di panggil pihak sekolah karna masalah yang seperti ini baginya sudah hal yang lumrah dan dia sudah sering menghadapinya.     

"Tyas, anakku itu masih muda. Jadi aku harap kamu mau memakluminya. Dan lagi pula, saya sudah cukup menyumbang banyak dana untuk sekolah ini. Maka bebaskan saja putraku dari kasusnya, maka aku akan memberikanmu dana lebih untuk hal ini," tutur Anton.     

      

Tyas menggelengkan kepalanya, "Saya tidak menyangka jika Brian itu adalah putra Anda, jadi pantas saja tingkahnya sangat bejat seperti ayahnya!"     

      

"Apa kamu bilang?!" Anton tak terima.     

      

"Ya, buah memang jatuh tidak jauh dari pohonnya, seperti itulah putra Anda Brian yang sifatnya tak jauh dari Ayahnya, yang sama-sama bejat dan tak ada tata krama,"     

      

Mendengar ucapan Tyas membuat Anton merasa geram, karna sejak tadi dia ramah kepada Tyas tapi Tyas malah menanggapinya dengan sangat ketus.     

"Hey, Tyas! kamu itu tidak tahu siapa aku ya?! bukanya sejak dulu kamu tahu keluargaku seperti apa?! jadi jangan macam-macam kepada ku, apa lagi sampai berlaku tidak sopan kepada ku!" ancam Anton kepada Tyas.     

      

"Saya, tidak peduli, kalau Anda mengancam saya, saya juga bisa mengancam Anda. Apa Anda pikir saya tidak tahu segala perbuatan Anda kepada  sahabat saya Larasati?"     

Anton pun langsung kaget mendengar ucapan Tyas, dia mulai teringat dengan kisah beberapa tahun lalu saat dia mengajak Larasati ke hotel dan menidurinya ketika Larasati sedang tak sadarkan diri. Lalu setelah itu tanpa rasa bersalah dia pergi ke Jerman begitu saja.     

      

'Apa jangan-jangan Tyas tahu jika aku dulu sudah meniduri Larasati? tapi memang wajar saja jika si gadis lugu itu bercerita kepadanya, toh mereka memang bersahabat dekat,' batin Anton.     

      

"Kenapa diam begitu?" tanya Tyas dengan tersenyum tipis.     

Dan Anton masih terdiam, lalu Tyas kembali melanjutkan pembahasannya tentang Brian.     

"Saya masih sedikit memberi toleransi kepada putra Anda  jadi saya akan memberi  sangsi hukuman yaitu skors selama 7 hari. Tapi ini yang terakhir, kalau sampai putra Anda melakukan hal yang sama di dalam sekolah, maka saya tidak akan segan-segan untuk mengeluarkannya dari sekolah," ancam Tyas.     

Akhirnya Anton pun pulang dari ruangan Tyas dengan membawa surat Skorsing dari Tyas dan mencari Brian putranya lalu mengajaknya pulang secara paksa.     

Tyas melihat wajah kesal Anton dengan tatapan sinis bercampur bahagia.     

"Lihat saja, kamu pasti akan mendapatkan balasan atas segala perbuatanmu!" ucap Tyas sambil tersenyum tipis.     

      

Dan datanglah Larasati yang tiba-tiba muncul di belakangnya.     

Larasati tersenyum bangga melihat apa yang sudah di lakukan oleh Tyas kepada Anton.     

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.