Bullying And Bloody Letters

Ancaman Tyas



Ancaman Tyas

0Tak sadar Tyas melamun dan melupakan bahwa sedang ada Lusi di hadapannya.     

"Ini silakan kopinya," tukas pemilik kantin.     

      

"Terima kasih, Bu." tukas Lusi kepada Pemilik Kantin.     

      

Lalu dia melihat Tyas masih juga melamun, akhirnya Lusi memanggilnya.     

"Bu Tyas,"     

      

"Iya," Tyas langsung menengok.     

      

Dan Lusi pun tersenyum, "Kopinya sudah datang," tukasnya.     

      

"Ah maaf, Bu Lusi, saya sampai nyuekin, Bu Lusi," tukas Tyas.     

      

"Tidak apa-apa, Bu Tyas. Sepertinya Bu Tyas sedang banyak pikiran ya?"     

      

"Ah, ahaha, sedikit, Bu," jawab Tyas sambil menyeruput kopinya.     

Lalu mereka pun kembali membahas Larisa dan juga segala yang ada di sekolah itu.     

Tyas yang masih baru berada di tempat itu, sudah pasti ingin mengetahui banyak hal tentang Superior High School saat ini.     

Dan setelah mendengar semua cerita Lusi. Tyas dapat menarik kesimpulan bahwa Superior High School masih sama seperti dulu.     

Sama-sama masih mengutamakan reputasi sekolah dan kemajuan sekolah itu tanpa memikirkan hal lainnya. Tak peduli tentang adanya penindasan dan diskriminasi di tempat itu, yang terpenting mereka terlihat unggul di mata orang awam dan sekolah-sekolah lain.     

      

      

"Oh iya, Bu Tyas ini alumni sekolah ini ya?" tanya Lusi.     

      

"Iya benar. Bu."     

      

"Wah, kalau begitu, Bu Tyas juga kenal dengan Bu Amara ya?"     

      

"Tentu saja, Bu Lusi, siapa yang tidak kenal dengan siswi jahat dan suka menindas sepertinya." jawab Tyas yang tak sengaja dengan nada ketus.     

      

Lusi pun tampak kaget mendengarnya, karna dia tak menyangka jika Tyas mengatakan Amara adalah tukang bully yang jahat, secara tegas.     

      

"Maaf, Bu Lusi, saya tidak berniat menjelekkan beliau, tapi saya benar-benar hanya mengatakan yang sejujurnya."     

      

"Ah, tidak apa-apa kok, Bu Tyas. Karna kelihatannya memang begitu. Saya bahkan sering curiga dengan tingkah beliau yang aneh, Bu Amara sering kali berteriak-teriak sendiri dan mengumpat mengatai gadis Aneh, yang saya sendiri tidak tahu, belau itu sedang mengatai siapa, karna memang tidak ada siapa-siapa." Ucap Lusi.     

      

"Bahkan sampai dia mati secara mengenaskan seperti ini pun, saya merasa itu semua belum cukup untuk menutup segala dosa-dosanya kepada Larasati!" sambung Tyas yang tak sengaja menyebut nama Larasati.     

      

"Larasati?" Lusi tampak bingung, "apa dia juga teman, Bu Tyas waktu sekolah dulu?"     

      

"Iya benar, Bu Lusi. Tapi dia menghilang secara tiba-tiba dan sampai saat ini dia belum di temukan. Dan dia adalah korban bullying di sekolah ini." Jelas Tyas.     

      

Sambil menunduk  Lusi berkata, "Apa Larasati juga yang sering merasuk di tubuh Larisa dan menyerang Bu Amara?" tanya Lusi     

Dan Tyas pun terdiam tak menjawabnya.     

Tapi meski tak menjawabnya, Lusi sudah tahu jika dugaannya memang benar. Karna dia sudah lama mencurigai segala kejanggalan-kejanggalan yang menimpa Amara dan sikap-sikap Amara yang aneh terhadap Larisa.     

Dan karna Lusi sudah hampir sepenuhnya mengetahui hal itu, akhirnya Tyas pun menceritakan semuanya.     

Bahkan dia menunjukkan foto Larasati yang gayanya hampir mirip dengan Larisa saat belum merubah penampilannya.     

Meski baru mengenal Lusi tapi Tyas sangat percaya jika Lusi orang baik dan dapat menyimpan rahasia.     

Dan di mulai dari situ Tyas Dan Lusi bekerja sama untuk mengusut segala penindasan dan bullying di sekolah itu.     

Sebenarnya, itu adalah keinginan Lusi sejak awal. Namun karna dia sendiri jadi membuat Lusi tak berani melakukan apa pun karna dia takut akan kehilangan pekerjaan, tapi berhubung kali ini sang Kepala Sekolah sendiri yang mengajaknya jadi membuatnya sangat bersemangat.     

      

      

***     

      

Di kelas 11 B, Brian sudah mulai masuk ke sekolah. Dan dengan gaya sok gantengnya dia berjalan dan menebar pesonanya di kelasnya. Tapi di balik semua itu dia masih memikirkan Larisa.     

Karna jujur dia masih penasaran sekaligus dendam dengan Larisa.     

Dan saat dia duduk di bangkunya, tiba-tiba ada seorang siswi teman kelasnya menghampiri Brian.     

"Hay, Brian," Siswi itu memberikan sebuah coklat kepada Brian, "this for you," tukas siswi bule itu.     

      

"Thanks Holly." Tukas Brian.     

      

Lalu gadis bule yang bernama Holly itu mengedipkan mata kirinya kepada Brian. Dia sedang memberikan kode kepada Brian.     

Holly adalah siswi pindahan dari Prancis. Dia sangat cantik seksi dan sepertinya tertarik dengan Brian. Holly yang terbisa hidup bebas di sana membuatnya, tak punya rasa malu atau pun gengsi menunjukkan ketertarikannya kepada seorang pria.     

Apa lagi dia tahu jika Brian itu mudah tergoda oleh perempuan, terutama yang cantik dan seksi sepertinya.     

      

***     

      

Dan setelah jam sekolah tiba. Brian pun akhirnya menemui Holly di tempat Holly mengajaknya bertemu.     

Dan mereka berdua berada di sebuah gudang yang sangat sepi dan sudah pasti dua sejoli yang baru saja akrab itu pun hendak melakukan hal-hal yang tidak senonoh di dalam gudang itu.     

Namun tiba-tiba, Pak Parman selaku penjaga sekolah memergokinya.     

Dan mereka berdua sudah dalam keadaan pakaian yang tidak rapi lagi.     

Dengan beberapa kancing kemeja seragam yang sudah terlepas.     

Dan saat itu Brian langsung marah kepada Pak Parman.     

      

"Dasar, Orang Tua Bodoh! ayo cepat keluar dari sini!" teriak Brian.     

Sementara Holly hanya terdiam dengan wajah sinis menatap penjaga sekolah itu.     

"Ma-maaf kan saya," tukas Pak Parman yang ketakutan. Karna dia tidak mau mendapatkan maslah setelah ini. Walau dia tau jika sebenarnya dia itu tidak bersalah.     

"Cepat pergi! Orang Tua Bodoh!" teriak Brian membentak Pak Parman.     

Lalu Pak Parman pun membalikkan badan dan hendak pergi meninggalkan ruangan itu.     

Tapi tiba-tiba di belakangnya sudah ada Tyas yang berdiri tegap dan menatap tajam kearah Brian dan Holly.     

      

"Saya dengar ada siswa yang tidak sopan mengatai orang yang lebih tua dengan kata Bodoh!" tukas Tyas dengan tegas, "apakah itu pantas?" tanyanya sambil melirik kearah Brian.     

Brian pun langsung terdiam, namun di balik diamnya dia merasa tak terima dengan ucapan Tyas yang menegurnya itu.     

Karna selama ini dia tak pernah di sudutkan, bahkan selalu di bela walau dia salah. Karna pihak sekolah tahu jika dia adalah anak orang terhormat dan kaya raya.     

      

"Kenapa kamu menatap saya seperti itu? kamu tidak terima ya saya bilang begitu?!" tukas Tyas yang seolah menantangnya.     

      

"Hey, Bu Kepala Sekolah Baru! apa Ibu tidak tahu siapa saya ya?!" bentak Brian.     

      

Dan Tyas pun tersenyum tipis, "Oh, tentu saja, Nama lengkap kamu adalah Brian Nicholas, siswa pindahan dari Jerman yang baru sekitar sebulan lebih berada di sekolah ini dan sudah banyak membuat masalah di sekolah ini!" tutur Tyas dengan wajah sinis yang sedikit melecehkan.     

Tapi Brian tak mau tinggal diam dengan ucapan Tyas, dia langsung mengeluarkan jurus andalannya yaitu sebuah ancaman.     

"Walau sebanyak apa pun saya berbuat masalah di sekolah ini, tapi orang tua saya sudah cukup banyak menggelontorkan dana untuk menyumbang sekolah ini, jadi Bu Tyas jangan macam-macam dengan saya, kalau tidak ingin rugi karna sikap menyebalkan Bu Tyas ini!"     

      

"Oh, begitu ya. Saya tidak peduli siapa kamu, dan saya akan tetap memanggil orang tuamu agar tahu bagaimana kelakuan putranya di sekolah!" ancam balik Tyas.     

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.