Bullying And Bloody Letters

Halusinasi Nana



Halusinasi Nana

0Mendengar teman-temannya sedang membicarakannya secara blak-blakan, membuat Nana menjadi semakin kesal saja dengan Larisa dan menatap Larisa dengan sinis.     

Tapi teman sebangku Larisa sempat melihat tatapan sinis itu kepada Larisa, sehingga dia pun turut angkat bicara.     

"Hey apa lihat-lihat begitu?" ujar teman sebangku Larisa.     

Namun Larisa hanya menunduk  saja. Dan Nana pun tanpa berpikir panjang langsung menarik rambut Larisa dengan kasar.     

"Kamu pikir kamu itu siapa hah?!" Sambil menjambak rambut Larisa, "gara-gara kamu hidupku menjadi hancur!" teriak Nana.     

      

"Hey, kamu sudah gila ya?" teriak teman sebangku Larisa.     

Tapi Nana tak peduli, dia pun masih mencengkeram rambut Larisa dengan kencang, sehingga Larisa pun sampai peringisan karna kesakitan.     

"Hey, lepaskan cewek gila!" teriak teman sebangku Larisa lagi, dan di saksikan oleh teman yang lainnya.     

Mereka melihat kearah Nana, dan Alex yang juga melihatnya langsung berlari menghampirinya.     

"Eh, kamu itu gila ya, Na!" teriak Alex, dan berusaha melepas jambakan itu.     

Tapi Nana malah tertawa dengan ucapan mengancam.     

"Kalian pikir aku akan mendengarkan ucapan kalian!?" Nana mirik kearah teman-temannya, "jawabannya tidak! karna aku akan menarik rambut si Culun ini sampai botak haha!"     

      

"Hey lepaskan!" teriak Alex.     

      

"Haha, bisa bantu hitung tidak karena aku akan mencabut keseluruhan rambutnya sekarang! satu ... dua ... ti—"     

Ucapan Nana pun langsung terhenti saat Larasati tiba-tiba muncul tepat di belakang tubuh Larisa.     

"Hah!" teriak Nana yang kaget dan merasa ketakutan. Lalu secara perlahan dia melepaskan jambakannya dari rambut Larisa. Dan saat itu Larasati berjalan mendekat kearahnya dengan tatapan penuh amarah.     

Nana pun berjalan mundur sambil berteriak-teriak.     

"Pergi! pergi! jangan mendekati ku!" terikanya kepada Larasati.     

Tapi tak satu pun teman sekelasnya dapat melihat kehadiran Larasati.     

Kecuali Larisa saja yang bisa melihatnya. Tapi Larisa hanya terdiam karna masih menahan rasa sakit di kepala dan juga kakinya.     

"Kamu mau apa?!" teriak Nana.     

teman-teman Nana tercengang melihat tingkah aneh Nana.     

      

"Wah, benar-benar sudah gila," ucap salah satu teman sekelasnya.     

      

Dan setelah berada di pojokkan tembok Larasati menarik rambut Nana dengan kencang hingga tubuhnya sedikit terangkat dan jatuh kembali dengan  posisi jungkir balik.     

      

Melihat Nana yang tiba-tiba terjatuh jungkir balik, teman-teman sekelasnya bukanya menolong Nana, tapi mereka malah menertawainya.     

"Haha! lihat dia sedang apa itu?"     

      

"Sedang melakukan pertunjukan debus rupanya,"     

      

"Dasar, Kampungan! apa itu debus?!"     

      

"Haha! tidak tahu ya, sama aku juga!"     

      

"Lihat cewek Sombong itu sekarang menjadi gila dan aneh, bahkan lebih aneh dari Larisa!"     

      

"Biarkan saja! dia pantas mendapatkannya! dulu saat masih bersama Audrey dia pernah menjambak rambutku, aku belum sempat membalasnya, tapi dia sudah terkena karma duluan haha!"     

      

"Haha, coba tebak siapa yang habis ini masuk Rumah Sakit Jiwa?"     

      

"Haha ya tentu saja dia!"     

Seluruh teman-teman sekasnya, menertawai dan menghinanya habis-habisan. Sementara Larisa dan Alex hanya diam saja. Karna tak dapat berbuat apa pun.     

Nana merasa sangat kesal, sedih, malu dan tak tahan lagi lalu dia pun berteriak.     

      

"DIAM!" teriak Nana.     

Lalu seluruh temannya pun terdiam sesaat, namu dua detik kemudian mereka kembali menertawainya lagi.     

      

"Haha! dia marah! haha!"     

      

 Lalu Nana pun langsung pergi meninggalkan kelas dengan rambut acak-acakan, dan di luar kelas semua melihat kearahnya. Karna tak biasanya Nana yang tampil rapi, keluar kelas dengan rambut acak-acakan.     

"Lihat kenapa dia, rambutnya berantakan, seperti habis di perkosa saja haha!"     

      

"Haha, kalau menurutku lebih mirip orang gila!"     

      

Nana tak peduli dengan orang-orang yang membicarakannya di belakang. Dia terus berjalan setengah berlari menuju toilet.     

Dan sesampainya di toilet, tiba-tiba dia melihat sebuah kertas yang di taruh di atas Wastafel.     

Surat yang berlumuran darah, sama persis dengan surat yang ia dapat saat bersama Sisi waktu itu.     

Namun anehnya dalam surat itu tidak ada tulisan sama sekali, hanya sebuah  kertas kosong yang penuh darah.     

      

Nana meraih surat itu lalu meremasnya dan dia melihat sekeliling toilet yang hanya ada dirinya saja sambil berteriak menantang.     

      

"Hey cepat keluar pengecut!" teriak Nana, "kalau kau ingin membunuhku! bunuh aku sekarang!" teriak Nana lagi.     

Namun tidak ada yang meresponya, karna memang dia hanya sendirian di toilet itu.     

Lalu tak lama kemudian datang seorang siswi yang memasuki toilet itu. Dan Nana pun merasa kaget saat melihat siswi itu, dia mengira jika itu adalah Larasati.     

      

"Hey, kamu ngapain sendirian teriak-teriak? berisik sekali tersengar dari luar toilet," kata Siswi itu.     

Dan Nana pun hanya terdiam, sambil memandang siswi itu dengan seksama. Dan perlahan-lahan wajah siswi itu pun  seakan-akan menjadi Larasati. Tapi Larasati yang berpenampilan rapi dan bersih tanpa darah.     

Dan Larasati berkata, "Aku tidak berminat lagi membunuhmu, karna aku lebih suka melihat kamu, diabaikan, di hina, di tindas dan menjadi pecundang. Mirip seperti yang kamu lakukan kepada Larisa dulu," tukasnya dengan senyum tipis.     

      

Tapi itu hanya dalam pandangan Nana saja. Karna pada kenyataannya, siswi itu, tidak melakukan apa pun, justru dia melihat aneh ekspresi Nana saat memandanginya.     

Dan melihat hal itu siswi itu segera keluar dari dalam toilet.     

"Ih dasar, Aneh! bikin merinding saja, melihatku sampai begitu," ucap siswi itu sambil berjalan keluar dan menutup pintunya dengan kasar.     

      

Dan di depan toilet siswi itu sudah di tunggu oleh pacarnya, "Kenapa, Sayang?"     

      

"Itu, Sayang. Di dalam ada Cewek Aneh," ujar siswi itu.     

Dan tiba-tiba ada juga siswi lain yang hendak masuk kedalam toilet.     

"Hey! kamu mau masuk ke toilet ya?" tanya siswi itu.     

      

"Iya!"     

      

"Wah, hati-hati ya, di dalam ada Orang Aneh,"     

      

"Ah, sumpah bodo amat aku sudah kebelet!" jawab siswi yang baru saja datang itu.     

Siswi yang baru datang itu masuk kedalam toilet tanpa memedulikan ucapan temannya.     

Lalu di dalam toilet dia bertemu dengan Nana yang berada di pojokkan dengan wajah aneh.     

Dan menatap siswi itu dengan  seksama di dalam pencadangannya siswi itu kembali menjadi Larasati yang tadi.     

Lalu Larasati berkata, "Minta maaf dengan Larisa atau pilih gila?" tukasnya.     

Padahal dalam kenyataannya, gadis itu berkata, "Hey, kenapa melihat ku begitu?"     

Lalu siswi itu langsung masuk kedalam toilet, karna memang sudah tidak tahan lagi.     

Dan saat keluar dari ruang WC toilet, lagi-lagi siswi itu melihat Nana yang masih memandanginya dengan tatapan aneh, dan seolah seperti orang yang tidak waras.     

Dan dalam pandangan Nana siswi itu berbicara lagi, "Beginilah rasanya di tindas, mau yang lebih keras?" ucapnya sambil mengayunkan tangan hendak menampar Nana.     

Nana pun langsung ketakutan dan duduk memojok, meringkuk dan menutup wajahnya dengan tangan.     

      

Padahal kenyataannya yang di lakukan siswi itu adalah melambaikan tangannya di depan wajah Nana, yang awalnya menatap dirinya kosong dan sangat aneh.     

Tapi semua itu terlihat berbeda di depan mata Nana. Semakin mendekat siswi itu, semakin membuat Nana ketakutan. Karna siswi itu seolah hendak menyakitinya.     

      

      

      

      

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.