Bullying And Bloody Letters

Jangan Mengganggunya



Jangan Mengganggunya

0Nana, keheranan karna untuk pertama kalinya dia melihat Alex, si Pria yang kaku, dingin dan sedikit kasar itu menangis.     

Karna itu sangat berbanding terbalik dengannya.     

Lalu Nana melihat makam di sebalah makam ayahnya itu.     

"Lilly?" Nana mengangkat rangkaian bunga yang di taruh di atasnya, "siapa dia?" tukasnya sambil menaruh rangkaian bunga itu kembali ke tempat semula.     

"Nana, kamu kenapa malah di situ? hari ini tepat ke sepuluh tahun meninggalnya Ayahmu! apa kamu sama sekali tidak ingin mendoakannya?!" teriak sang Ibu.     

Lalu Nana pun menghampiri Ibunya sambil menggerutu, "Dasar bawel,"     

***     

Esok harinya, Audrey di antarkan sekolah oleh sang Ibu yaitu Seruni.     

Tapi Bu Seruni hanya mengantarkannya sampai di depan pintu gerbang saja. Sama sekali dia tidak mau turun dari mobilnya.     

"Mami, kenapa tidak mau turun?" tanya Audrey.     

"Mami, sedang buru-buru. Dan sebaiknya kamu jangan membuat masalah lagi di sekolah, dan kamu jangan mengganggu anak culun itu," pinta Seruni.     

"Mi. Aku ini Audrey si Penguasa, masa iya aku harus menyerah dengan si Culun itu!?" bentak Audrey yang bicara dengan sang Ibu lewat kaca jendela mobil.     

"Kamu, dengarkan apa ucapan Mami, kalau kamu mau selamat!" bentak balik Seruni.     

"Ah, menyebalkan! sejak kapan aku menjadi penakut!" gerutu Audrey.     

Lalu Seruni pun turun dari dalam mobil, dan dia langsung memegang wajah putrinya dengan kedua tangan sambil berkata, "Dengarkan Mami, Sayang. Baru saja sahabat Mami, yaitu Bu Amara meninggal. Dan Mami tidak mau hal seperti itu terjadi kepadamu, Nak," tukas Seruni dengan memelas.     

"Tapi, Bu Amara itu meninggal karna tertimpa rak, Mi. Lalu apa hubungannya dengan ku?"     

"Dia itu marah, dia itu marah dengan Amara dan Mami ...." Seruni pun tak kiasa membendung rasa sedihnya.     

"Dia? marah dengan Bu Amara dan Mami?" Audrey tampak bingung, "Dia itu siapa?" tanya Audrey.     

"Dia ... sudahlah tidak usah di bahas, dan sekarang, kamu harus ber hati-hati, kalau sampai kamu tidak hati-hati dan terjadi sesuatu dengan mu maka Mami akan memindahkan sekolah mu!" ancam Seruni.     

"Tapi, Mi—"     

"Dengar ucapan, Mami!"     

Dan Seruni pun langsung masuk ke dalam mobil kembali, lalu dia pergi meninggalkan Audrey.     

Audrey pun dengan wajah cemberut masuk kedalam gerbang sekolah.     

Dan di dalam kelas dia sudah di sambut oleh Nana.     

"Hay! Audrey! hah, syukurlah kamu sudah berangkat hari ini," tukas Nana.     

"Dimana Sisi?" tanya Audrey.     

"Dia, tidak masuk lagi hari ini," Jawab Nana.     

"Tidak masuk? kenapa?"     

Nana pun menunduk dan terdiam seaat, lalu dengan berat hati dia menceritakan segala kejadian yang menimpa dirinya dan Sisi.     

Setelah kejadian ponsel yang tertinggal di kelas. Mereka pulang dalam keadaan syok berat, bahkan sampai terbawa tidur, mereka berdua demam tinggi dan terus berhalusinasi. Sampai pada akhirnya mereka di larikan di rumah sakit.     

Untungnya Nana hanya di rawat selama dua hari, dan kondisinya sudah membaik. Sehingga dia bisa kembali kesekolah seperti biasanya. Namun lain halnya dengan Sisi, karna sampai saat ini Sisi masih berada di rumah sakit, dan keadaannya malah semakin memburuk.     

"Kenapa kalian tidak mengabariku?" tanaya Audrey.     

"Maaf, Audrey. Aku tidak bisa mengabarimu, karna aku tahu kamu juga sedang berada di rumah sakit, pasti kamu juga sibuk mengurusi kesehatanmu sendiri," tukas Nana.     

"Semua itu gara-gara si Culun itu!" umpat Audrey.     

"Mungkin kita, harus berhenti mengganggunya, supaya kita tidak mendapat kesialan!" tukas Nana.     

"Hais, lagi-lagi!" Audrey pun meletakan tasnya keatas bangku dengan kasar, lalu dia duduk dengan wajah yang sangat kesal.     

Dan tak lama kemudian datanglah Larisa yang masuk kelas bersama Alex.     

Melihat hal itu tentu membuat Audrey semakin kesal saja.     

"Pagi-pagi begini sudah membuat darahku mendidih!" umpatnya.     

Dan Nana pun mengelus pundak Audrey.     

"Sabar, Audrey." Ucap Nana.     

"Akh!" teriak Audrey, hingga membuat seisi kelas menengok kearahnya.     

"Hah, apa liat-liat!" teriak Audrey lalu semua kembali menunduk.     

Sepanjang pelajaran, Audrey tampak begitu muram. Dia malas-malasan dan gampang sekali tersinggung.     

Yang ada di otaknya hanya ingin menghabisi Larisa.     

Dia benar-benar tidak terima melihat Larisa tertawa bahagia bersama Alex, sementara dia menderita, dan seolah pamornya terkalahkan oleh Larisa.     

'Mami bilang dia itu marah kepadanya dan Bu Amara, yang di maksud itu siapa?' batin Audrey.     

***     

Hingga jam istirahat pun tak terasa tiba.     

Audrey dan Nana duduk di bangku kantin sambil melihat Larisa dan Alex tengah asyik berdiskusi di depan leptop mereka.     

"Lagi-lagi Larisa sengaja memancing amarahku!"     

Lalu Audrey yang merasa kesal pun melemparkan sendok kearah Larisa.     

Dan lemparannya itu tepat mengenai bagian kepala Larisa.     

"Akh!" teriak Larisa yang kaget.     

"Kenapa?" tanya Alex.     

"Ada yang melempar sendok kepadaku," ucap Larisa.     

"Sendok?" Alex langsung mengambil sendok itu dan melihat di seberang meja mereka ada Audrey yang sedang terwa-tawa.     

Alex pun langsung berdiri dan hendak menghampiri Audrey, namun Larisa menahannya.     

"Jangan!" tukas Larisa.     

"Kenapa?"     

"Aku tidak mau berurusan dengannya lagi, jadi sudah biarkan saja," tukas Larisa memohon.     

Akhirnya Alex menuruti keinginan Larisa.     

"Baiklah, kalau itu memang maumu," ucap Alex.     

Sambil menatap Audrey dengan sinis Alex kembali duduk.     

Dan Audrey mesih terrawa-tawa bagagia, "Kalau di dengar dari bunyinya, paling tidak kepala si Dungu itu pasti benjol haha," tukas Audrey sambil tertawa.     

"Audrey, kenapa kamu membuat masalah dengannya?" tukas Nana dengan wajah khawatir.     

"Haha, biarkan saja, toh tidak terjadi apa pun terhadap kita," tukas Audrey dengan bangga.     

"Tapi kita harus waspada, Audrey! lagi pula kita itu bisa mengerjainya di luar sekolah, 'kan?" kata Nana.     

"Wah, di luar sekolah ya?" Audrey terlihat bahagia, dan di otaknya mulai mencari-cari cara untuk mengerjai Larisa.     

Saking senang hingga tak sadar dia menjatuhkan sendok garpu dari tangannya.     

Klunting!     

"Sendoknya jatuh!" ucap Nana memberi tahu.     

"Halah, biarkan saja, masa iya aku harus mengambilnya!" tukas Audrey dengan sinis.     

"Ah, baiklah, kalau begitu biar ku ambilkan!" ucap Nana.     

"Hah sudah, biarkan saja, lagi pula aku tidak sudi memakai sendok yang kotor. Dan aku bisa mengambil lagi yang baru,"     

"Ah, iya juga ya. Untuk apa aku mengambilnya! kurang kerjaan haha." Kata Nana sambil menggaruk kepalanya sendiri.     

Lalu Nana merasakan ada yang menyentuh kakinya di bawah meja.     

"Audrey,"     

"Iya," jawab Audrey.     

"Kaki mu bisa diam tidak!"     

"What?! kaki ku dari tadi diam!"     

Dan Nana pun melihat kebawah, namun dia tak melihat apa pun kecuali garpu yang terjatuh tadi.     

Lalu Nana pun kembali duduk dengan posisi semula.     

Lalu giliran Audrey yang merasakan kakinya ada yang menyentuhnya. Dan Audrey yang penasaran pun langsung melongok kearah bawah.     

Dan di bawah rupannya, sudah ada hantu Larasati yang menyeringai kepadanya, dan langsung menusukan garpu yang terjatuh itu tepat di mata kiri Audrey.     

Jlep!     

"AHHH!"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.