Bullying And Bloody Letters

Wanita Yang Mampu Meluluhkannya



Wanita Yang Mampu Meluluhkannya

0"Ummp ... lep ... dasar Gadis Gi—" umpat Brian yang masih dalam keadaan tercekik.     

Sementara Larrisa malah memperkencang cekikannya, sambil tertawa-tawa bahagia.     

"Mati! mati! hahahahaha!" teriak Larisa.     

"Sudah, Larisa! sudah!" teriak Alex.     

"Lepaskan Larisa! ayo kendalikan dirimu!" teriak guru BK yang mencoba mengehentikannya, dengan menarik tubuh Larisa agar terjatuh dan melepaskan cekikannya.     

Namun bukannya berhasil melepasnya, tapi guru itu malah terpental, hanya dengan Larisa yang menggerakkan bahunya saja.     

Bluk!     

"Akh, sakitnya," teriak Guru BK.     

"Ibu tidak apa-apa?" tanya Alex sambil membantunya bangun.     

Dan guru itu menggelengkan kepalanya, "Tidak, tapi saya sangat khawatir dengan Brian! saya takut kenapa-kenapa! jadi saya mohon tolong dia, kalau tidak repotasi sekolah ini akan hancur!" tukas guru itu.     

Lalu Alex pun mencoba untuk menolongnya, namun sayangnya tidak bisa, dia juga terpental seperti Guru BK itu.     

Mereka berdua sudah mulai putus asa, dan dengan terpaksa bersiap akan melihat nasip terakhir Brian.     

Tapi tiba-tiba datang seorang wanita masuk kedalam ruanh BK itu.     

Wanita itu adalah kepala sekolah baru yang menggantikan Bu Amara.     

"Loh, ini ada apa?!" teriaknya yang kaget, "Hey, jangan lakukan itu! itu berbahaya, Nak!" teriak kepala sekolah baru itu.     

Lalu dia berjalan hendak menghampuri Larisa dan Beian.     

Tapi Alex melarangnya karna dia takut akan terjadi sesuatu kepadanya.     

"Jangan, Bu! itu terlalu berbahaya!" teriak Alex.     

Tapi kepala sekolah baru itu hanya menggelengkan kepalanya dan berjalan mendekati Larisa dan Brian.     

Perlahan dia memegang pundak Larisa dan berkata, "Sudah, jangan lakukan ini, kita bisa selesaikan baik-baik, 'kan?" tukasnya bicara kepada Larisa.     

Entah mengapa cekikkan Larisa menjadi melemah, dan dia menengok kearah kepala sekolah itu dengan wanah yang kaget.     

Namun wajah kagetnya itu perlahan-lahan berubah menjadi senyuman bahagia.     

"Jangan lakukan itu, kamu itu masih muda, dan kalau sampai terjadi sesuatu dengan anak lelaki itu, maka kamu bisa masuk penjara," tutur Kepala Sekolah itu menasehati Larisa.     

Masih dengan senyum bahagianya, Larisa pun langsung pingsan.     

Rupanya arwah Larasati telah meninggalkan tubuh Larisa.     

Alex dan si Guru BK yang bernama Bu Murti itu pun memihat kepala sekolah baru itu dengan wajah keheranan.     

Karna dia berhasil meluluhkan Larisa, padahal jelas-jelas mereka tadi tidak bisa melulukannya.     

"Wah, Ibu hebat sekali, Ibu bisa menghentikan gadis gila itu," tukas Bu Murti sambil menunjuk kearah Larisa yang sedang pingsan. Sementara Brian juga masih peringisan dan tergeletak di lantai.     

"Loh, memangnya ada apa dengan gadis itu, dan kenapa dia sampai mencekik temannya?" tanya kepala sekolah yang merasa bingung.     

"Dia itu gadis yang aneh, Bu. Dia sering kesurupan dan menyerang teman-tannya. Dan sebagai kepala sekolah yang baru Ibu harus, mengeluarkannya secepat mungkin!" usul Bu Murti dengan suara menggebu-gebu.     

"Tapi tidak segampang itu, Bu! saya ini baru saja menjabat dan saya tidak mau terlalu gegabah mengambil keputusan, saya ingin melihat kronologinya terlebih dahulu!" tukas Kepala Sekolah baru.     

"Benar, Bu. Larisa tidak bersalah, jadi dia tidak pantas untuk di keluarkan! dia itu hampir menjadi korban pemerkosaan oleh lelaki itu!" jelas Alex sambil menunjuk kearah Brian.     

"Hay! jangan macam-macam kamu!" teriak Brian yang tak terima dengan tuduhan Alex.     

"Kamu itu memang Baj—" teriak Alex yang terputus.     

"Ssst ... ini sekolahan jadi kalian jangan berbicara kasar begitu, ayo sekarang cepat bawa anak perempuan ini ke ruang UKS dan kamu juga!" tukas kepala sekolah sambil menunjuk kearah Brian.     

Dan Alex pun menggendong Larisa, sementara kepala sekolah baru itu membantu Brian berdiri dan hendak mengantarnya menuju ruang UKS juga.     

Namun saat itu Brian menolaknya, "Tidak perlu. Saya mau puang aja. Lebih baik saya priksa ke Dokter pribadi keluarga kami.Karna saya tidak sudi di priksa di tempat kumuh seperti itu! TIDAK LEVE!" tukas Brian dengan penuh kesombongan.     

Dan si Kepala Sekolah itu pun hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Brian yang sombong dan angkuh.     

***     

Sementara itu Alex yang saat ini tengah di ruang UKS bersama dengan Larisa tampak masih heran dengan kejadian yang baru saja mereka alami.     

"Kenapa kepala sekolah baru itu bisa meluluhkan Larisa dan membuatnya berhenti menyerang Brian?" tukas Alex sambil mengoleskan minyak kayu putih dibagian pelipis dan kening Larisa.     

"Sebenarnya, Kepala Sekolah Baru itu siapa? dan kenapa Larasati tampak bahagia melihatnya? dan aku bisa bicara seperti itu karna aku sempat melihat Larisa tersenyum sebentar debelum dia pingsan."     

Dan tak lama kemudian si Kepala sekolah itu datang menghampiri mereka.     

"Bagaimana keadaan anak itu?" tanya kepala sekolah itu.     

"Belum sadar juga, Bu." Tukas Alex.     

Lalu dia merebut minyak kayu putih dari tangan Alex.     

"Sini, biar saya coba bangunkan," katanya.     

Dan setelah kepala sekolah itu membalurkan di benerapa titik di tubuh Larisa, akhirnya secara perlahan dia membuka matanya.     

"Aduh, pusing ...." keluh Larisa yang baru saja terbangun sambil memegang keningnya.     

"Wah, sakit ya?" kata kepala sekolah itu.     

Dan Larisa tampak binging, melihat kepala sekolah itu, karna ini adalah kali pertamanya dia melihat kepala sekolah itu.     

"Loh, Ibu. Siapa?" tanya Larisa.     

Dengan ramah kepala sekolah mengulurkan tangannya kepada Larisa dan berkata, "Kenalkan nama saya, Tyas. Saya kepala sekolah baru di sini," tukasnya.     

Alex dan Larisa tercengang saat mendengar wanita paruh bayah itu menyebut namanya Tyas.     

Alex langsung teringat dengan sebuah tulisan di buku Larasati yang menuliskan tentang dua orang yang sangat berjasa dalam hidupnya dan salah satunya adalah Tyas.     

'Apa jangan-jangan dia ini adalah Tyas sahabat dari Larasati saat sekolah dulu?' batin Alex.     

'Namanya mirip dengan sahabat Larasati, apa kebetulan mirip saja ya?' batin Larisa.     

"Loh, kalian ini kok malah melamun sih?" tanya Bu Tyas yang merasa keheranan, "ah, yasudah, saya harus kembali keruangan saya, karana akan ada meeting dengan para staf pengajar sebentar lagi, kalian hati-hati ya," tukasnya sambil tersenyum dan berlalu pergi.     

"Menurutmu apakah benar dia itu Tyas, sahabat Larasati?" tanya Alex.     

"Hah, kenapa bisa bertanya begitu? nama Tyas kan banyak, Alex?"     

Dan Alex pun menceritakan semuanya kepada Larisa tentang apa yang baru saja terjadi kepadanya.     

Termasuk respon dirinya terhadap Tyas saat sedang kesurupan tadi.     

Dan mendengar hal itu membuat Larisa juga turut mencurigai jika orang itu adalah Tyas sahabat Larasati.     

***     

Sementara itu Tyas yang sedang berada di dalam ruangannya, tampak tengah sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk meeting.     

Dan tiba-tiba diantara tumpukan kertas file yang sedang ia rapikan, ada sebuah surat dengan hiasan beberapa tetes darah.     

Dan dalam surat itu bertuliskan, "Tyas, apa kabar dengan mu, senang bertemu lagi,"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.