Bullying And Bloody Letters

Ketidak Adilan



Ketidak Adilan

0"Darah ... tidak ada darah, Sayang!" tukas sang Ibu.     

Dan setelah itu Nana pun mulai tersadar, penglihatanya kembali normal, surat berdarah yang tadi dia lemparkan sudah berubah menjadi kertas kosong biasa, bahkan di tangannya yang tadi juga berlumuran darah, kini tampak bersih tanpa kotoran sama sekali.     

Saat itu Nana mulai merasa bingung, karna apa yang dia lihat baru saja itu seperti nyata. Tapi entah mengapa tiba-tiba surat itu berubah menjadi kertas kosong, dan tidak ada lagi tulisan ancaman.     

"Nana, kamu itu sedang berhalusinasi, Sayang," kata sang Ibu.     

"Tap-tapi, Ma ...."     

"Sudah istirahat saja, mungkin kamu sedang kecapaean,"     

"Iya tapi Nana, tidak mau sendiri. Nana ingin di temani, Ma," mohon Nana.     

Dan dengan sabar ibunya pun mau menemanai Nana hingga Nana tertidur lelap.     

Setelah kejadian itu, Nana langsung jatuh sakit, tubuhnya langsung demam tinggi dan dia sering berteriak-teriak berhalusinasi.     

Hingga akhirnya sang Ibu memabwanya kerumah sakit.     

Dan ketika di rumah sakit, mereka bertemu dengan Sisi. Rupanya Sisi juga sedang di rawat di sana.     

Orang tua Sisi bercerita kepada orang tua Nana, bahwa Sisi juga menagalami kejadian yang sama dengan Nana.     

Sisi berteriak histeris setelah pulang dari sekolah dan menyebut tentang surat berdarah.     

Hingga pada akhirnya pun Sisi demam tinggi dan terus berhalusinasi.     

Para orang tua mereka pun mulai bingung dengan penyebab sakitnya anak-anak mereka. Karna mereka pulang bersama dan memiliki kejadian yang sama pula.     

***     

Esok harinya.     

Lagi-lagi Larisa bertemu dengan Brian, di perpustakaan sekolah.     

Saat itu Larisa sedang sendirian. Dia sedang mencari buku untuk bahan tugas kelasnya.     

Melihat hal itu, Brian pun langsung mendekati Larisa.     

"Guten mogen!" sapa Brian dengan bahasa jerman, yang artinya selamat pagi.     

"Pa-pagi," jawab Larisa sambil menundukan badannya sesaat.     

"Kamu sendirian saja, ya?" tanya Brian.     

"Iya,"     

"Mau aku temani?"     

"Ah maaf Brian, saya bisa sendiri," jawab Larisa.     

Break!     

Brian menggebrak rak buku yang ada di hadapan Larisa.     

Saat itu Larisa langsung tersentak kaget.     

"Kenapa sih Kamu itu kelihatan menjauhiku!? kamu jangan sok cantik ya! masih untung cowok sekeren aku mau mendekatimu," tukas Brian.     

Lalu Brian meraih dagu Larisa dan mencengkramnya kencang, "Ayo turuti mauku, kalau Kamu ingin hidup tenang," ancam Brian dengan nada berbisik.     

"Tap-tapi—"     

Lalu Brian melihat keadaan sekitar, dan dirasa keadaan perpustakaan sepi, Brian pun langsung melancarkan aksinya. Dia mencium bibir Larisa dengan tangan perlahan meraba-raba bagian tubuh Larisa.     

Dia hendak melancarkan napsu bejadnya kepada Larisa.     

Larisa pun dengan sekuat tenaga mencoba untuk melepaskan rengkuhan Brian.     

Namun tenaga Larisa tidak cukup kuat untuk melawannya, hingga akhirnya dia terjatuh, dan tubuh Brian menungganginya.     

"Salah siapa jual mahal kepadaku, kalau Kamu tidak jual mahal, aku akan mengajakmu bersenang-senang di tempat yang mewah, bukan perpustakaan busuk seperti ini," tukas Brian dengan mata melotot penuh nafsu.     

"Tolong! tol—"     

Plak!     

Brian menampar mulut Larisa, "Sekali lagi Kamu berteriak maka aku akan memukulmu lebih kencang lagi. Ayo cepat lakukan mumpung keadaan sepi," tukas Brian.     

Saat itu sudah mulai memasuki jam belajar, sehingga keadaan perpustakaan begitu sepi.     

***     

Sementara itu Alex yang tengah berada di dalam kelas, mulai gusar karna Larisa belum juga masuk kedalam kelas, padahal jam pelajaran sudah di mulai sekitar 5 menit yang lalu.     

'Di mana Larisa, kenapa belum masuk juga, tidak biasanya dia seperti ini, karna dia selalu rajin masuk kelas lebih awal.' Batin Alex.     

Akhirnya karna merasa tidak enak Alex meminta izin kepada Bu Lusi wali kelas mereka yang kebetulan saat ini sedang mengajar.     

Dan setelah meminta izin Alex pun mencarinya di ruang perpustakaan, karna sebelumnya Larisa berpamitan hendak ke perpustakaan.     

Dan setelah berada di dalam perpustakaan, dia mendengar suara orang tengah berbisik didalamnya.     

"Kamu jangan teriak, kalau teriak aku akan memukulmu. Tapi kalau kamu ingin berontak silahkan, aku tidak akan melarangmu. Karna aku suka dengan gadis yang meberontak saat bercinta" tukas Brian.     

Dan benar saja, Brian belum berhasil melakukan aksi bejadnya. Karna Larisa terus memberontak kepadanya.     

Dan di saat itu pula, Alex datang untuk menolong Larisa.     

"Larisa!" tetiak Alex.     

Lalu Brian langsung melepaskan Larisa, karna sudah terlanjur di pergoki oleh Alex. Saat itu Larisa langsung berlari memeluk Alex.     

"Kamu tidak apa-apa, 'kan Larisa?" tanya Alex.     

Larisa menjawab dengan gelengan kepala sambil menangis sesegukan.     

Tanpa berpikir panjang Alex langsung mengahampiri Brian dan memberi bogeman mentah di bagian kepalanya.     

Mereka berdua akhirnya saling adu jotos, lalu Brian menarik baju Alex hingga kancingnya terlepas dan jatuh berserakan.     

Dan tepat saat itu juga, Guru Bk datang dan memergoki perkelahian mereka.     

Akhirnya mereka bertiga di seret di ruang BK dan di introgasi.     

Brian dengan kelihaiannya berekting seakan-akan dia lah yang sedang menjadi korban, dia mengaku telah memergoki Alex dan Larisa yang hendak berbuat mesung.     

Dan dia juga mengarang cerita jika Alex yang menyerangnya duluan karna tak terima bahwa dia sudah menggangu niat bejadnya bersama Larisa.     

"Bohong, Bu! yang hendak memprekosa Larisa adalah, Brian! bukan Saya!" teriak Alex yang memberi pembelaan terhadap dirinya.     

"Wah, begitu ya! percaya dengan saya, Bu. Lihat ... pakaian Alex saja koyak. Sementara pakaian saya masih rapi." sangkal Brian.     

Brian mengandalkan pakaian Alex yang dia rusak sebagai bahan untuk menyudutkan Alex. Sehingga Alex dan Larisa yang akhirnya menjadi tersangka atas perbuatan mesum di sekolah.     

Guru Bk itu pun mempercayai Brian karna berdasarkan bukti yang di berikan oleh Brian dan di tambah lagi Brian adalah anak seorang Konglomerat yang sangat terhormat, tentu Guru BK itu pun lebih memilih mempercayai Brian ketimbang Alex. Dan mengabaikan penjelasan Larisa.     

Lalu dia memutuskan bahwa Larisa dan Alex harus mendapat hukuman yaitu Skorsing selama satu minggu.     

Tentu sesuatu yang sama sekali tidak adil. Lagi-lagi Larisa yang sebagai korban harus mendapatkan hukuman yang seharusnya tidak ia dapatkan.     

Larisa pun tak kuasa, dan menangis di pundak Alex.     

Sementara Brian tampak tersenyum diam-diam melihat mereka berdua.     

Larisa sempat melihat ekspresi meledek dari wajah Brian.     

Dan saat itu tiba-tiba Larisa langsung merasa geram, seketika tubuhnya kaku dan dadanya terasa sesak.     

Ada sebuah kekuatan yang perlahan menyusup dalam raganya. Awalnya terasa sakit dan berat, namun tiba-tiba dia merasakan tububnya ringan dan perlahan kesadarannya mulai hilang.     

Saat itu arwah Larasati mulai menguasai tubuhnya.     

Dan dengan wahah marah, Larisa langsung berjalan menghampiri Berian. Dengan tatapan aneh dan kepalanya condong kekanan.     

Mata Larisa berubah putih seluruhnya.     

Brian mulai mearasa takut saat melihat ekpresi wajah Larisa itu.     

Dia mulai waspada dan hendak menghibdar dari Larisa, namun sayangnya Larisa sudah duluan sampai di dekatnya dan langsung mencekik leher Brian.     

"Dasar, Bajingan! mati kau!"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.