Bullying And Bloody Letters

Pergi Ke Restoran Sherly



Pergi Ke Restoran Sherly

0Suasana kelas itu tampak sangat senyap, para siswa-siswi tampak sedang fokus melihat Raisa yang sedang mengajar di kelas itu, kecuali tiga anak laki-laki yang sedang di hukum yaitu, Aldo, Derry dan Nino.     

Mereka masih berdiri di depan kelas sambil mengangkat satu kaki dan menjewer telinga masing-masing.     

"Bu, boleh enggak, hukamannya udahan?" lirih Derry kepada Raisa.     

"Kalian sudah capek ya berdiri di sini?" tanya Raisa.     

"Iya, Bu Raisa, kita capek banget nih, iya enggak, Do?" ujar Nino sambil melirik ke arah Aldo.     

Dan Aldo pun mengangguk ke arah Nino.     

"Ya sudah kalau begitu kalian—"     

"Kita udahan ni, Bu, di hukumnya?!" ujar Nino penuh percaya diri.     

Dan dua temannya yaitu Derry serta Aldo, terlihat juga girang. Mereka pikir kalau Raisa akan menghentikan hukuman mereka lalu menyuruh mereka duduk kembali.     

"Nino, jangan suka menyela pembicaraan orang! Ibu, 'kan belum selesai bicara! Maksud Ibu, tadi adalah, kalian berhenti berdiri di sini, dan pindah kelapangan, lalu berdiri dan hormat di bawah tiang bendera sampai jam pelajaran selesai!" tukas Raisa dengan detail.     

"APA?!" teriak serempak, Nino, Derry dan Aldo.     

Dan akhirnya ketiga pria itu terpaksa menuruti perintah Raisa.     

Dan hukuman pun masih berlanjut, mereka berdiri di lapangan dan berada tepat di bawah tiang bendara dalam posisi hormat.     

"Duh, bu Raisa, itu tega amat sih ama kita," keluh Derry.     

"Jangankan, sama kamu, sama pacarnya sendiri aja tega," imbuh Nino.     

"Eh, kalian itu apa-apaan sih, selalu aja menuduh kami ini benar-benar berpacaran, aku dan bu Raisa dekat itu hanya karna dia kaka dari mendiang Eliza," jelas Aldo.     

"Terus kalau dia kaka dari mendiang, Eliza, kenapa? Tetap saja 'kan kamu bisa berpacaran dengan bu Raisa?!" ujar Nino.     

"Ya, tapi hubungan aku dan kak Raisa, itu cuman sekedar anatara kaka dan adik," jelas Aldo.     

"Ciye, panggilnya, Kaka, lo!" ledek Derry.     

"Eh, bukan gitu. Kan aku panggil bu Raisa, dengan sebutan 'kak' karna memang dia sudah ku anggap sebagai kaka kandung," jelas Aldo.     

"Masa?" cecar Nino.     

"Ya iya, emang begitu!" Aldo pun tampak salah tingkah.     

"Eh, mukanya merah lo!" ledek Derry.     

"Eng-gak, biasa aja tuh!" jawab Aldo.     

"Ciye! Beneran, 'kan! Kalau dia dan bu Raisa itu ada apa-apanya!" ledek Nino.     

Dan suasana lapangan yang tadinya sepi karna sedang jam pelajaran itu menjadi gaduh karna tertawaan Derry dan Nino.     

"EHEM!"     

Terdengar suara sesorang yang berdehem dan suaranya terdengar tidak asing di telinga mereka.     

"Bu Raisa!?" ujar Mereka bertiga secara kompak.     

"Kalian ini ya, sudah di hukum masih aja bikin keributan di sini!" oceh Raisa.     

"Maaf, Bu," ujar Aldo.     

"Yasudah kalian boleh istirahat, sebentar lagi bel istirahat!" tukas Raisa.     

Dan mereka bertiga tampak begitu girang lalu mereka pun kembali masuk ke dalam kelas.     

***     

Sepulang sekolah, Aldo berpapasan dengan Raisa.     

"Aldo," sapa Raisa dengan suara pelan.     

Dan Aldo pun menoleh ke araah Raisa dengan pelan-pelan.     

"Iya, Bu Raisa, ada apa?" tanya Aldo.     

"Nanti kita ke restoran, Sherly ya?" ajak Raisa.     

"Bu Raisa, yang traktir, 'kan?" tanya Aldo.     

"Hemm! Iya!" jawab Raisa dengan ketus.     

Dan Aldo pun malah tertawa-tawa,     

"Haha, gitu dong!" ujar Aldo dengan bangga.     

"Ssst ... jangan berisik, nanti bisa kedengaran sama dua teman kamu yang comel itu," ujar Raisa.     

"Oww, oya ya, Bu. Maaf hehe," Aldo langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.     

"Yaudah, Kak, aku berangkat duluan pakek motor ya?"     

"Iya, Do. Nanti, Kaka, susul kamu."     

Mereka berdua pun kembali bertemu lagi di restoran Sherly.     

"Eh, kalian berdua datang lagi?! " sapa Sherly dengan ramah.     

"Udah lama benget lo, kalian gak kemari!" Sherly segera menyuruh mereka untuk duduk dan menyuguhi Mereka berdua dengan menu baru dari restoran itu.     

"By the way, ini menu baru restoran kami, jadi kalian harus coba," ujar Sherly sembari membawa dua piring besar berisi makan yang baru saja dia buat.     

"Wah, jadi ini beneran menu baru?" tanya Raisa.     

"Iya, dan kebetulan banget kalian datang jadi kalian bisa kasih komentar buat masakan ku ini ya," ujar Sherly.     

"Wah, dengan senang hati, Kak Sherly, kalau soal makan-memakan mah, Aldo jagonya!" ujar Aldo dengan nada bercanda.     

Raisa segera menyendok makanan itu, dan tampak dari raut wajahnya, bahwa dia sangat menyukai makanan itu.     

"Gila ini sih enak banget! Kamu bakalan kasih nama apa makanan ini?" tanya Raisa seraya memuji.     

"Kasih nama apa ya? bingung!" ujar Sherly sambil garuk-garuk kepala.     

"Gimana kalau Sup Rado?" usul Aldo.     

"Sup Rado, artinya apa?" tanya Sherly yang keheranan.     

"Artinya, Sup Raisa dan Aldo. Kan, kak Sherly, nyuruh kita buat jadi tasternya lo!" tukas Aldo.     

"Wah, boleh juga tuh! Yaudah aku kasih nama Sup Rado aja! Yang artinya Raisa dan Aldo haha!" kelakar Sherly.     

"Eh, serius bakalan kasih nama itu?!" tanya Raisa.     

"Serius dong! Karna nama itu kayaknya bakalan buming banget! Haha!"     

"Bener, Kak! Bener!" timpal Aldo.     

"Wah, parah banget nih kalian!"     

Lalu mereka berdua pun tertawa-tawa di restoran Sherly hanya karna sebuah nama menu baru.     

"Eh, by the way, kalau suatu saat kalian berdua bener-bener berjodoh gimana ya?" celetuk Sherly.     

"Hah?! Maksu-nya?!" tanya Raisa dan Aldo yang secara kompak.     

"Ya aku ngerasa kalian berdua itu ada kecocokkan tahu," jelas Sherly.     

"Eh, Sherly, jangan ngacok deh, kok kamu sembarangan banget sih, kalau ngomong!" cantas Raisa.     

"Loh, aku, 'kan cuman bilang kalau seandainya, kamu kok baper gitu sih?" ujar Sherly.     

"Ih, ada apa dengan hari ini. Tadi anak-anak di sekolah yang meledek kami, sekarang kamu!" keluh Raisa.     

"Wah, berarti bukan aku saja ya, yang merasa kalau kalian berdua itu memang cocok, tapi para murid mu juga!"     

"Sherly!" Raisa pun langsung mencubit kedua pipi Sherly dengan kencang.     

"Awwh! Rai! Sakit Rai!" keluh Sherly.     

"Makanya, jangan nakal, suka ngeledekkin orang sih!" ujar Raisa.     

"Tolong, Aldo! Tolongin dong!" teriak Sherly.     

"Maaf, Kak Sherly, aku gak ikutan!" ujar Aldo.     

"Ih, Aldo begitu ya, tega!" keluh Sherly.     

***     

Saat pulang dari restoran Sherly, Raisa pun pulang dalam keadaan terpisah dengan Aldo seperti saat berangkat tadi.     

Tapi di pertengahan jalan tiba-riba mobilnya Raisa pun malah rusak.     

"Kenapa, Kak? Kok berhenti?" tanya Aldo.     

"Gak tau ni, Do! Tiba-tiba mobilnya macet." Jawab Raisa.     

"Yasudah bawa kebengkel aja, Kak, kebetulan di depan ada bengkel!"     

Karna mobil Raisa harus di perbaiki dan terpaksa harus di tinggal akhirnya, Raisa pun memutuskan untuk pulang bersama Aldo.     

"Maaf ya, Aldo, gara-gara mobil, Kaka jadi nebeng sama kamu," tukas Raisa.     

"Yaudah sih, Kak, santai aja!" jawab Aldo sambil mengendarai motornya.     

"Oh, iya aku boleh mampir ke tempat, Kak Raisa, enggak?"     

"Menangnya kamu mau ngapain?"     

"Ya aku pengen nengokin, Tante, Rima, karna semenjak beliau sakit aku kan belum menengoknya, Kak," tukas Aldo.     

"Oh, iya boleh kok, Do. Mama pasti seneng banget lihat kamu ke sana, karna beliau sudah lama tak melihatmu.     

"Iya, Kak Raisa!"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.