Bullying And Bloody Letters

Meminta Maaf



Meminta Maaf

0Mendengar apa yang di ucapkan oleh Sherly membuat Aldo semakin merasa bersalah, dan kalau pun saat ini Raisa sangat marah kepadanya, itu adalah hal yang wajar.     

"Sekarang kamu tahu, 'kan, Raisa marah gara-gara apa?" tanya Sherly.     

"Iya, Kak Sherly, aku tahu." Jawab Aldo seraya mengangguk.     

"Eh, Aldo, by the way, kamu sama Raisa, itu kayaknya semakin dekat aja sih, buktinya baru di cuekin Raisa selama satu hari aja kamu udah kalang kabut? sindir Sherly.     

"Ih, Kak Sherly, apaan sih! Ya wajar dong kalau aku kalang kabut, soalnya gak biasanya, Kak Raisa, marah sampai seperti ini," tukas Aldo.     

"Oww, begitu ya? Ya ya ya," Sherly manggut-manggut dengan tatapan masih meledek Aldo.     

"Eh, yaudah deh, berhubung kamu lagi BT, Kak Sherly buatkan minuman kesukaan kamu ya? Gratis lo!" tukas Sherly penuh antusias.     

Tapi nampaknya Aldo masih tak bersemangat seperti biasanya, bahkan tak menyahuti ucapan Sherly.     

Sherly pun dapat memahami akan hal ini, karna Aldo memang benar-benar sedang memikirkan Raisa.     

Saat berada di bagian dapur restoran, Sherly mencoba menghubungi Raisa.     

"Halo, ada apa, Sher?" tanya Raisa lewat telepon.     

"Eh, Rai, kamu lagi di mana?" tanya Sherly.     

"Lagi di rumah jagain, Mama," jawab Raisa.     

"Owwh, begitu, Rai! Gila kamu parah benget!"     

"Parah banget kenapa sih, Sher?"     

"Kamu apain tu anak orang? Ampek uring-uringan begitu?"     

"Maksudnya apa sih, Sher?"     

"Itu, si Aldo, dari tadi diam terus, gara-gara di cuekin sama kamu, tahu enggak tu orang kayaknya udah gak punya semangat hidup deh," tutur Sherly.     

"Jadi dia udah diusir dari rumah ku, malah pindah ke restoran kamu?"     

"Wah, jadi Aldo, kamu usir?"     

"Iya!"     

"Gila, Rai! Kamau parah banget sumpah!"     

"Ya habisnya, dia ngeselin banget, biarin aja aku usir biar dia sadar diri, jadi orang itu biar gak menyepelekan niat baik orang kepada dirinya,"     

"Ok, ok, aku tahu, tapi pelase, Rai, maafin dia deh, kasihan tahu, dan kayaknya dia sudah menyadari semua kesalahannya," ucap Sherly.     

"Iya deh" jawab Raisa dengan santai.     

"Benaran nih, kamu bakalan baikan sama Aldo?"     

"Ya, maksud aku, 'iya deh' lihat entah hehe," jawab Raisa seraya berkelakar.     

"Uh, dasar si Raisa nih,"     

"Hahah haha hah!"     

"Malah ketawa!" ketus Sherly.     

"Ya terus aku musti gimana? Nangis gitu?"     

"Yaudah dulu aku mau nemuin Aldo! Ngobrol sama kamu makin gak jelas, Rai!"     

"Iya deh, jangan lupa kalau tu bocah nangis beliin permen," ledek Raisa.     

"Ih, Raisa, nih, sempet-sempetnya becanda,"     

Setelah mengobrol dengan Raisa lewat telepon Sherly kembali menemui Aldo, sambil membawakan jus alpukat kesukaan Aldo.     

"Udah, dong Aldo, jangan melamun terus, aku yakin, kok abis ini Raisa mau maafin kamu," tukas Sherly seraya menarug nampan berisi jus itu di atas mejanya Aldo.     

"Nih, jus Alpukat enak banget, bikinan Kak Sherly spesial buat kamu, dan gratis pastinya, ayo diminum," rayu Sherly.     

Lalu Aldo meminumnya tapi hanya satu tegukkan dan selanjutnya dia pun kembali duduk diam dengan pikiran yang tidak tenang.     

"Tenang aja, Do. Raisa itu pasti gak akan lama marah sama kamu," ujar Sherly.     

"Yang bener, Kak?"     

"Ya benerlah, Do, Kaka, 'kan udah lama berteman dengan Raisa, semenjak kami duduk di bangku sekolah dasar." Jelas Sherly.     

"Yaudah kalau begitu makasi ya, Kak, saya mau pulang dulu, dan semoga saja apa yang di ucapakan oleh, Kak Sherly, itu memang benar," ujar Aldo seraya berdiri untuk pergi meninggalkan, Sherly.     

"Terus, kamu mau kemana dong?" tanya Sherly.     

"Ya, aku mau pulang lah, Kak, tadi, 'kan udah bilang," jawab Aldo.     

"Terus, jus alpukatnya? Kaka, udah bikinin susah payah lo buat kamu!"     

"Iya, deh aku minum dulu,"     

Lalu Aldo kembali duduk dan meneguk satu gelas jus alpukan itu sampai habis.     

"Hemmm, jusnya enak banget, Kak Sherly, memang the best!" Aldo mengacungkan jempolnya.     

"Yaudah, aku langsung pulang ya, Kak! Bye, Kak Sherly!" Aldo melambaikan tangannya ke arah Sherly.     

"Bye, Aldo ...." Jawab Sherly sambil melambaikan tangannya juga.     

Lalu Aldo menoleh lagi ke arah, Sherly, "By the way, thanks buat jusnya, Kak!" tukas Aldo.     

"Iya, Do!"     

Aldo pun pulang dengan perasaan yang sedikit tenang, karna ucapan dari Sherly, bahwa Raisa akan berhenti mendiamkan dirinya.     

Baru saja sampai ke rumahnya, kedua orang tua Aldo, pun sudah bersiap akan pergi ke bandara, karna mereka akan segera pergi ke Beijing, hari ini.     

"Loh, Ayah dan Ibu, mau kemana?" tanya Aldo.     

"Kan, tadi malam kami sudah bilang, kalau pagi ini, kami akan pulang ke Beijing," jawab sang ibu.     

"Oh, iya ya, Aldo, lupa," ujar Aldo.     

"Yasudah kalau begitu kamu baik-baik di sini ya, Ayah sama Ibu, harus pergi ke bandara sekarang," tukas sang ibu seraya mengelus rambut anaknya itu.     

"Yah, Aldo bakalan sendirian lagi ya," ujar Aldo dengan wajah yang terlihat bersedih.     

"Sabar ya, Sayang, nanti kalau kamu sudah lulus sekolah, kamu bisa ikut kami ke sana, kita bisa kumpul bersama lagi, dan doakan semoga bisnis kami di sana semakin berkembang pesat ya," tutur sang ibu.     

"Iya, Bu," jawab Aldo."     

Aldo pun turut pergi mengantarkan ayah dan ibunya ke bandara untuk pergi ke Beijing saat ini.     

***     

Esok harinya, seperti biasa, Aldo pun berangkat ke sekolah.     

Dia duduk di bangkunya masih dengan wajahnya yang murung.     

"Sst ... ngapain tu anak?" lirih Derry, di telinga Nino.     

"Mungkin masih mikirin bu Raisa," jawab Nino dengan nada berbisik, tapi terdengar di telinga Aldo.     

"Brisik!" cantas Aldo.     

Tak berselang lama Raisa pun mulai memasuki kelas, dan seketika Aldo dan kedua temannya pun langsung terdiam.     

"Selamat pagi, anak-anak!" sapa Raisa.     

"Pagi, Bu!" jawab mereka dengan kompak.     

"Ciye ... sang pujaan hati sudah tiba," bisik Nino di tinga Aldo.     

"Ciye ... senyum-senyum," bisik Derry.     

"Bisa enggak sih, tolong diam!" tegas Aldo.     

Dan Raisa melirik ke arah Aldo sesaat lalu dia pun kembali fokus ke arah papan tulis.     

Padahal ketika Raisa melirik ke arah, Aldo, Aldo sudah menebarkan senyuman untuk Raisa, tapi Raisa malah memalingkan wajahnya.     

***     

Setelah bel istirahat mulai terdengar, para murid-murid pun mulai berhamburan keluar kelas, tak terkecuali dengan Nino dan Derry.     

Tapi tidak dengan Aldo, dia malah sengaja memperlambat waktunya untuk keluar kelas, karna di dalam kelas dia melihat Raisa, masih sibuk merapikan buku-bukunya.     

Dan dengan perlahan, Aldo pun datang dan menghampiri Raisa.     

"Ada yang perlu saya, bantu, Bu?" tanya Aldo.     

"Enggk!" jawab Raisa yang singkat dan ketus.     

"Bu Raisa, udahan dong marahannya," tukas Aldo dengan wajah yang memohon penuh harap.     

Sedangkan Raisa, masih pura-pura tak menghirauikannya, dia ingin memberi pelajaran kepada Aldo.     

"Bu, please, maaf kan saya ya,"     

"Awas, minggir! Saya mau ke ruangan saya!" sergah Raisa.     

Dan saat itu Raisa tampak keberatan membawa buku-bukunya.     

"Berat ya, Bu?" tanya Aldo, tapi Raisa diam saja dan tak menjawabnya.     

Dan seketika Aldo langsung memindahkan buku-buku itu dari tangan Raisa ke tangannya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.