Bullying And Bloody Letters

Raisa Yang Marah



Raisa Yang Marah

0Aldo sudah sampai di restoran Sherly, dan tepat saat itu rupanya restoran juga sudah tutup.     

Aldo segera menghubungi nomor Raisa, tapi sayangnya nomor Raisa sedang tidak aktif, setelah itu dia berbalik menghubungi Sherly, tapi sayangnya nomor Sherly juga sedang tidak aktif.     

"Aduh, mereka berdua ini, sedang marah apa gimana sih?" gerutu Aldo.     

Aldo kembali menghidupkan motornya lalu pergi meninggalkan restoran itu dan hendak pergi ke rumah Raisa.     

"Gawat nih, Kak Raisa, pasti marah banget sama aku," gumam Aldo.     

Setelah sampai di depan rumah Raisa, tampak keadaan rumah itu sudah sangat sepi, lampu bagian kamar sudah mati, terlihat dari depan rumahnya.     

Aldo melihat jam di dalam ponselnya, dan jam menunjukkan pukul Sepuluh malam.     

Aldo tidak mungkin bertamu ke rumah Raisa semalam ini, apa lagi, Rima ibundanya Raisa sedang sakit.     

"Yasudah, aku minta maaf kepada, kak Raisa, besok saja," tukas Aldo. Dan Aldo pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya.     

***     

Esok harinya.     

Aldo berangkat sangat pagi sekali, dan dia menunggu tepat di depan ruangan Raisa.     

Dia menunggu kedatangan Raisa. Tapi sampai bel masuk belajar berbunyi, Raisa tetap belum juga datang.     

"Bu Raisa, kok belum datang sih?" ujar Aldo yang bertanya-tanya, dan tepat saat itu ada Vivi yang sedang lewat di hadapannya.     

"Loh, kamu, Aldo, 'kan? Kamu lagi apa di sini?" tanya Vivi.     

"Eh, selamat pagi, Bu Vivi, kalau boleh tahu, Bu Raisa, kemana ya? Kok hari ini gak masuk?" tanya Aldo.     

"Eh, saya gak tahu juga sih, soalnya bu Raisa, juga tidak memberitahu kepada saya," ujar Vivi.     

"Waduh, kemana ya, dia?"     

Vivi pun juga tampak heran, karna tak biasanya Raisa tidak masuk serta tidak memberi kabar kepadanya.     

"Oh, yasudah ya, Bu Vivi, kalau begitu saya pergi ke kelas dulu ya?" tukas Aldo.     

"Iya, silakan," sahut Vivi.     

Aldo kembali ke kelasnya dengan perasaan yang tidak tenang, dia sangat menghawatirkan keadaan Raisa.     

Dia juga penasaran dengan keberadaan Raisa saat ini.     

Sepanjang jam mata pelajaran berlangsung, Aldo tampak sangat murung dan tidak banya bicara.     

"Do, tumben sih dari tadi kamu diam aja?" tanya Derry yang merasa keheranan.     

"Iya, apa gara-gara, bu Raisa, gak berangkat ya?" tebak Nino dengan nada berbisik-bisik.     

"By the he way, memangnya, bu Raisa, kemana ya, kok hari ini gak masuk?" tanya Darry.     

"Gak tau!" ketus Aldo.     

***     

Tring....     

Bel istirahat pun mulai terdengar, dan Aldo pun segera meraih tasnya dan kekuar dari dalam kelas tanpa berbicara apa pun kedua temannya itu.     

"Loh! Do! Kamu mau kemana?!" teriak Derry.     

Tapi sama sekali Aldo tak menanggapinya, dia terus berjalan cepat dan sesaat masuk ke dalam ruangan Vivi, untuk meminta izin dengan alasan ada urusan keluarga secara mendadak.     

Karna kebetulan di jam ketiga nanti jadwalnya Vivi mengajar sejarah di kelasnya Aldo.     

Aldo pun pergi dari dan bertolak ke rumah Raisa.     

Aldo benar-benar merasa tak tenang karna Raisa tidak ada, kalau pin dia tetap berada di sekolah dan mengikuti pelajaran, tetap saja dia tidak akan bisa fokus. Karna pikirannya masih ada Raisa terus.     

Dan sedampainya di rumah Raisa, Aldo melihat Raisa yang kebetulan baru pulang bsrsama ibunya.     

Dan sepertinya mereka baru dari rumah sakit.     

"Kak Raisa!" panggil Aldo.     

Dan seketika Raisa serta Rima pun menoleh ke arah Aldo.     

"Eh ada, Nak Aldo," ujar Rima yang tampak sangat bahagia melihat kehadiran Aldo.     

Lain halnya dengan Raisa, dia tampak kesal, dan memasang bibir cemberutnya saat Aldo datang.     

"Kalian habis dari mana?" tanya Aldo.     

"Kami dari rumah sakit kebetulan Tante, tadi baru saja jatuh," ujar Rima menjelaskan.     

"Hah?! Tante Rima, jatuh?! Terus, Tante, gak kenapa-kenapa, kan?!" tanya Aldo yang tampak sangat panik.     

"Hehe, gak apa-apa kok, Tante, baik-baik aja, seperti yang kamu lihat sekarang!" tukas Rima dengan penuh percaya diri.     

"Wah, syukur deh, kalau begitu," ujar Aldo.     

"Yasudah, Ma. Ayo kita masuk dulu yuk!" ujar Raisa.     

"Ayo, Nak Aldo, masuk ke dalam," ajak Rima.     

Lalu Raisa menyela pembicaraan ibunya.     

"Ayo, Mama, 'kan harus segera munum obat, Raisa, antarkan Mama, masuk ke dalam dulu ya?" tukas Raisa, seraya mendorong kursi roda milik sang ibu.     

Setelah memasukkan ibunya ke dalam kamar, Raisa pun segera kembali ke luar dan menemui Aldo.     

"Saya, dan Mama saya, sedang capek banget dan mau istirahat, jadi tolong kamu pulang sekarang ya!" tukas Raisa dengan nada ketus.     

"Kak Raisa, ngusir saya ya?" tanya Aldo.     

"Saya, gak ngusir, tapi cuman butuh pengertian dari kamu, kalau saya dan Mama, saya sedang capek jadi tolong biarkan kami istirahat, dan kamu silahkan pergi!" tegas Riasa sekali lagi.     

"Kak Raisa, marah ya, sama saya?" tanya Aldo.     

"Aldo! Telinga kamu dengar, 'kan, apa yang saya katakan?"     

"Tapi, Kak—"     

"Tolong pulang sekarang, saya benar-benar lelah," tukas Raisa.     

"Kak Raisa, saya minta maaf, Kak," tukas Aldo.     

Dan Raisa pun tak menghiraukannya, dan dia tetap masuk ke dalam rumahnya lalu menutup pintu rumahnya serta menguncinya dengan rapat.     

"Kak Raisa! Kak! Tolong jangan marah, Kak! Saya minta maaf!" tukas Aldo.     

Tapi sayang Raisa masih tidak mau menghiraukannya.     

Beberapa menit setelah Raisa masuk ke dalam rumah Aldo masih berdiri tepat di depan pintu rumah Raisa, tapi Raisa tidak mau menyuruhnya masuk, Raisa hanya mengintipnya sesaat dari balik gorden jendela kamarnya.     

Dan dengan sangat terpaksa Aldo pun meninggalkan rumah Raisa.     

Tidak ada gunanya mereka datang hari ini ke rumah Raisa, padahal dia juga terpakasa harus bolos agar bisa bertemu dengan Raisa dan meminta maaf kepadanya, tapi sayanganya, Raisa enggan menerima permintaan maaf dari Aldo.     

Sepulang sari rumah Raisa Aldo pun mampir ke restoran milik Sherly.     

"Hay! Aldo!" sapa Sherly dari kejauhan dengan ramah.     

"Hay, Kak Sherly," sahut Aldo dengan suara lemasnya.     

"Loh, kok lemes gitu sih?" tanya Sherly.     

Dan Aldo pun masih terdiam dengan wajah malasnya dan duduk di salah satu bangku pengunjung.     

"Ada, apa sih, Do? Kok kamu murung begitu?" tanya Sherly lagi.     

"Kak Raisa, gak mau maafin aku," jawab Aldo, dengan suara yang masih lemas.     

"Oh, jadi itu masalahnya! Kalian marahan ya?" tanya Sherly.     

Dan Aldo menganghukkan kepalanya.     

"Iya, Kak. Gara-gara masalah yang kemarin," jelas Aldo.     

"Ya, lagian kamu sih, Do. Raisa, kan udah capek-capek nyiapin surprise buat kamu tapi kamunya malah gak dateng, atau paling enggak, kasih kabar kek, kalau gak bisa datang!" pungkas Sherly.     

"Iya, Kak, aku tahu kalau aku salah, abisnya kak Raisa, juga ingkar janji, jadi aku kesal!" ujar Aldo.     

"Ya makanya jadi orang itu jangan pendendam, kamu pasti marah, gara-gara gak jadi pergi sama, Raisa, 'kan?"     

Aldo kembali menganggukkan kepalanya.     

"Iya,"     

"Aldo, Aldo, kamu tahu enggak, kenapa Raisa membatalkan ajakan kamu itu?"     

Aldo pun segera menggelengkan kepalanya.     

"Jadi Raisa, sengaja membatalkannya selain karna sudah terlanjur janji dengan Vivi, tapi karna dia tudak mau Vivi, berpikir yang tudak-tidak karna sudah membatalkan janjinya dengan Vivi, dan memilih pergi denganmu. Selain itu Raisa juga ingin pergi denganmu setelah selesai menyiapkam kejutan untukmu, karna saat itu dia langsung mengabariku untuk menyiapkan tempat khusus untuk pesta ulang tahunmu," tutur Vivi menjelasakan.     

To be continued.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.