Bullying And Bloody Letters

Ingkar Janji



Ingkar Janji

0"Yasudah, nanti kita pergi ke restoran Shery, khusus hari ini walaupun belum gajian, Ibu bakalan traktir kamu nanti," ujar Raisa.     

"Eh, gak usah, Bu Raisa! Kan saya yang ajak! Jadi, Bu Raisa, tinggal datang aja," jawab Aldo.     

"Serius, Ibu, masih punya uang kok, jadi masih bisa traktir kamu," tukas Raisa.     

"Eh, gak usah serius, saya yang traktir, Bu Raisa, kan saya cowok gentle, hehe!" ujar Aldo dengan penuh bangga.     

"Owhh, iya deh!" jawab Raisa.     

"Yaudah, Bu, saya duluan ya, takut ada yang melihat jadi bahaya, nanti bisa ada gosip baru yang tidak jelas."     

"Iya, deh!"     

Dan mereka pun berpisah di tempat parkiran itu.     

Raisa berjalan santai, sambil sesekali melihat ke arah ponselnya.     

"Tumben, Bu Vivi, pagi-pagi udah kirim chat? Ada perlu apa ya?" gumam Raisa.     

Dan Raisa pun segera membukanya.     

'Selamat pagi, Bu Raisa, senangnya, habis bertemu dengan si pujaan hati'     

Tulisan dalam pesan di ponsel Raisa dan yang di kirimkan oleh Vivi.     

"Ih, Bu Vivi, ini apa-apaan?" gumam Raisa seraya tersenyum malu-malu.     

"DUAAR!"     

Raisa pun tersentak saat ada seseorang yang mengagetkannya dari belakang.     

Dan orang itu ternyata adalah Vivi.     

"Ih, Bu Vivi, kapan datangnya sih, kok tau-tau udah nongol di sini?" tanya Raisa seraya mengomel.     

"Hehe, gitu aja kaget, pasti gara-gara pikirannya gak bisa lepas dari, Aldo, ya?" tebak Vivi yang meledek.     

"Ih, Bu Vivi, ini apa-apaan sih? Pagi-pagi begini udah seudzon aja!" oceh Raisa.     

"Hehe, ya deh maaf, by the way, Bu Raisa, nanti jadi kan kita pergi jalan-jalan?" tanya Vivi.     

"Aduh, Bu Vivi, mohon maaf sekali, kayaknya gak bisa deh kalau nanti, saya mau pergi sama, Al—"     

"Sama, siapa, Bu Raisa?"     

"Eh, gak jadi deng!"     

'Duh, kalau sampai, Bu Vivi, tahu aku pergi sama, Aldo bisa berbahaya, sebaiknya aku batalain aja ajakan Aldo, lagian ulang tahunnya masih besok, sekalian aku bikin surprise sama Sherly.' batin Raisa.     

"Eh, Bu Vivi, kita jadi pergi nanti kok!" tukas Raisa penuh antusias.     

"Serius? Tadi katanya, Bu Raisa—"     

"Ah, enggak tuh! Siapa bilang, saya jadi pergi kok, Bu Vivi 'kan kita udah janjian," jelas Raisa.     

"Ok, kalau begitu, Bu Raisa, hampir saja saya kecewa, hahaha!"     

"Yaudah saya ke kelas dulu, Bu Vivi, sampai ketemu nanti ya, bye!"     

"Bye!"     

Mereka berdua pun berpencar dan pergi ke kelas masing-masing.     

Di dalam kelas tempat Raisa mengajar, seluruh murid sudah menunggu kedatangannya.     

Hari ini ujian matematika lagi, kejadian saling contek itu sudah terjadi sekitar seminggu yang lalu.     

Dan Raisa, memberikan ulangan kembali, dan berharap agar dia bisa melihat perkembangan para murid hari ini.     

Apakah mereka akan kembali mengulangi kesalah mereka kemarin atau mendengarkan ucapan Raisa.     

"Apa kalian sudah siap untuk ulangan hari ini?" tanya Raisa.     

"Siap, Bu!" jawab serempak para murid-muridnya     

"Ok, bagus kalau begitu, silahkan kalian, masukkan buku-buku kalian," ujar Raisa.     

"Baik, Bu Raisa," jawab para Murid.     

Dan setelah itu Raisa membagikan lembar soal kepada para muridnya.     

Dan selanjutnya dia duduk sambil menunggu para murid-muridnya itu selesai mengerjakan soal.     

Suasana kelas itu tampak terlihat sangat tenang, mereka sibuk dengan lembar soal masing-masing.     

Tak terkecuali dengan Nino dan Derry mereka juga terlihat sangat fokus. Tak seperti bisanya mereka yang selalu gusar dan tidak tenang ketika mengikuti ulangan.     

Raisa pun mulai berinisiatif untuk keluar dari dalam kelas, untuk mengetes, apakah mereka benar-benar sudah mengikuti ucapannya waktu itu atau tidak.     

"Tolong jangan berisik, saya mau pergi ke kantor dulu untuk mengambil barang-barang saya yang tertinggal," ujar Raisa.     

"Baik, Bu!" jawab serempak mereka lagi.     

Raisa pun pergi, sekitar beberapa menit, dia memantau dari luar kelas, dan ternyata, para murid-muridnya masih tampak tetap tenang mengikuti ulangannya.     

Rupanya para murid-muridnya sudah benar-benar berubah, mereka mengikuti ucapan Raisa waktu itu.     

'Syukurlah, akhirnya mereka mau juga mendengarkan ucapanmu, dan aku berharap selamanya mereka akan seperti ini,' batin Raisa seraya tersenyum-senyum.     

Setelah satu jam berlalu Raisa pun kembali ke kelas dan mengumpulkan seluruh lembar jawaban milik para muridnya.     

"Bagus, hari ini kalian sangat tenang dan penuh konsentrasi, sepertinya kalian benar-benar bekerja keras!" puji Raisa seraya tersenyum.     

"Bu, kalau nilai kami ada yang anjlok, apa kami akan di hukum?" tanya Nino.     

"Tidak!" jawab Raisa singkat.     

"Maaf, kalau boleh tahu kenapa, Bu?" tanya Aldo.     

"Memangnya kamu mau di hukum?" tanya balik Raisa.     

Dan seketika Aldo pun menggelengkan kepalanya.     

"Saya, kan selalu belajar giat, Bu!" jawab Aldo santai.     

"Ok, bagus, Aldo! Saya bangga sama kamu, dan kamu bisa menjadi contoh bagi murid lainnya, kalau rajin belajar, pasti bisa mendapat nilai bagus. Meski begitu hanya sekali atau dua kali belajar, belum tentu kita bisa langsung mendapatkan nilai yang sempurna, karna semua butuh proses, jadi kalau ulangan hari ini kalian masih mendapatkan nilai buruk, maka saya tidak akan menghukum kalian, saya akan menghargai itu, selama nilai ini adalah hasil jerih payah dari kalian, tapi tetap kalian harus terus belajar agar mendapatkan nilai sempurna, dan saya akan membimbing kalian sampai mencapai semua itu," tutur Raisa.     

Mereka semua terdiam dan sangat fokus mendengarkan wejangan dari Raisa.     

Tak terkecuali dengan Aldo.     

Dan semakin sering dia melihat Raisa yang tampak sangat dewasa, dan selalu memberikan kata-kata motivasi untuk mereka semua, semakin suka pula Aldo kepada Raisa.     

Raisa semakin terlihat dewasa, dan cantik sempurna.     

Jantungnya pun mulai berdebar-debar, saat melihat bibir Raisa yang terkadang tak sadar mengembangkan senyumannya saat berbicra.     

Dan di saat itu tak sadar pula Aldo mengembangkan senyumnya, karna terpesona dengan kecantikan Raisa.     

"Udah, Do, jangan terlalu berkhayal, katanya hubungannya cuman sebatas adik dan kaka, atau guru dan murid gitu?" lirih Derry, meledek Aldo.     

"Iya, Do. Jangan terlalu terbawa perasaan melihat wajahnya Bu Raisa, dia memang cantik, tapi kalau bisa jangan sampai terbawa suasana, ini kan masih jam belajar," imbuh Nino dengan suara berbisik-bisik.     

"Eh, apaan sih? Gak jelas banget," tanggap Aldo.     

***     

Tak terasa jam pulang sekolah pun tiba, dan Aldo sudah tampak antusias sekali untuk segera keluar dari dalam kelasnya.     

Karna dia akan pergi dengan Raisa ke restoran milik Sherly.     

"Aldo," panggil Raisa.     

"Eh, iya ada apa, Bu Raisa? Kita jadi pergi sekarang, 'kan, Bu?" tanya Aldo     

"Justru itu, saya mau bilang sama kamu, kalau kita gak jadi pergi, karna saya sedang ada perlu dengan Bu Vivi," jelas Raisa.     

"Tapi, Bu Raisa, 'kan sudah janji?"     

"Iya, Do, saya minta maaf, kalau kemarin saya sudah ada janji sama, Bu Vivi,"     

"Tapi, Bu—"     

"Maaf ya, Aldo, tapi hari ini saya benar-benar sudah janjian sama, bu Vivi,"     

"Yah, Bu Raisa, gimana sih?!"     

"Maafkan saya, Aldo, tapi besok saya janji akan datang," tukas Raisa.     

"Tapi, kan, Bu Raisa, hari ini saya, sudah semangat benget lo,"     

"Sekali lagi maaf ya, Aldo,"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.