Bullying And Bloody Letters

Terpaksa Harus Jujur



Terpaksa Harus Jujur

0"Melihat kamu yang terdiam dan salah tingkah membuatku yakin kalau kamu terlibat dalam kecelakaan itu, jadi tolong katakan yang sejujurnya sebelum aku mencari tahunya sendiri!" ancam Surya.     

"Tapi, Mas, saya tidak melakukannya!" sangkal Rasty.     

"Kalau aku sampai mengetahuinya sendiri, maka aku tidak akan pernah memaafkanmu dan kakamu, bahkan aku akan memenjarakan kalian berdua!" ancam Surya sekali lagi.     

Rasty pun langsung menangis ketakutan karna takut Surya akan memenjarakannya dan kakanya.     

"Apa butuh waktu untuk menjelaskan semuanya?" cecar Surya.     

"Maafkan, saya, Mas Surya ...." Tukas Rasty dengan suara yang ketakutan.     

"Jadi benar?" tanya Surya satu kali lagi dan Rasty pun mengangguk.     

"Iya, Mas, maafkan saya dan kaka saya, hik,"     

Surya pun langsung menggelengkan kepalanya seraya mengelus dadannya sendiri.     

"Aku tidak habis pikir kenapa kelian melakukan ini semua? Memangnya apa salah putri ku itu?!" Seketika Surya memegang pundak Rasty dengan erat, tampak dari wajah Rasty yang semakin ketakutan.     

"Maaf, Mas Surya ...."     

"Lalu kenapa bisa? Istri yang aku anggap seorang wanita baik seperti malaikat itu adalah pembunuh?! Kenapa?!"     

"Hik hik, kak Nindi itu buka orang yang seperti, Mas Surya, bayangkan,"     

"Apa maksudmu berbicara seperti itu?!"     

"Karna kak Nindi, adalah wanita yang sangat kejam, dia adalah wanita obsesif yang bisa melakukan apa pun untuk mendapatkan keinginnannya, termasuk membunuh Eliza! Dan bodohnya aku sudah mengikutinya! Dan sekarang aku menyesal, Mas! Sangat menyesal!" tukas Rasty dengan berlinang air mata.     

Dan dengan segera Surya melepaskan peganganyanya dari pundak Rasty.     

Surya pun kembali duduk sambil menjambak rambutnya sendiri kini di hatinya di penuhi dengan rasa sesal.     

"Kenapa? Kenapa aku sebodoh ini? Aku sudah menyangai iblis yang berbentuk malaikat, dan menyia-nyiakan istri pertamaku yang tulus mencintaiku! Aku harus bagiamana?!" ujar Surya.     

Surya tak bisa lagi menggambarkan seberapa besar perasaan menyesalnya saat ini.     

Rima selama ini sangat setia kepadanya, bahkan saat dia menikah lagi, Rima tetap tidak masalah bila harus berbagi dengan madunya, dia selalu mengalah, walau hatinya hancur.     

Padahal bisa saja dia meminta cerai kepada suaminya, tapi Rima tidak mau. Dia masih memikirkan kedua putrinya.     

Dia ingin mereka tumbuh menajadi anak yang memiliki seorang ayah, dan keluarga utuh.     

Dia tidak mau kedua putrinya itu menjadi anak dengan julukkan broken home.     

Tidak apa-apa meski harga dirinya di injak-injak. Tidak apa-apa bila dia harus tinggal di rumah sederhana, karna pindah rumah adalah keputusannya.     

Rima tidak mau setiap hari harus sakit hati karna melihat Surya yang lebih mencintai istri keduanya     

Dan Rima tidak mau harus tersudutkan dengan segala akal busuk Nindi, yang selalu saja memfitnahnya yang tidak-tidak.     

Tidak peduli bila dia harus meninggalkan rumah itu asal dia tetap menjadi istri syah dari Surya Sucipto, karna memang dia sangat mencintai Surya.     

Tapi sayangnya seiring berjalannya waktu, perlakuan Surya terhadapnya benar-benar sangat keterlaluan, dan dia tidak lagi mau mendengarkan ucapan Rima, dia hanya mau mendengarkan ucapan dari Nindi.     

Kasih sayangnya terhadap Rima benar-benar sudah lenyap.     

Bahkan ketika anaknya sakit atau Rima yang sedang sakit, Surya tidak mau datang untuk sekedar menjenguk, dia hanya memberi uang saja. Dan itu juga menjadi alasan bahwa meski memiliki istri dua tapi Surya tetap adil kepada Istri-istrinya. Padahal pada kenyataannya tidak.     

Surya lebih menyayangi stri keduanya.     

Dan hal itu membuat Rima merasa sangat kesal, dan perlahan rasa cintanya terhadap Surya sudah mulai pudar, Rima menjadi kasar dan ketus ketika bertemu dengan Surya. Hal itu menjadi alasan baru untuk Surya, menjadi enggan terlalu peduli dengan Rima, dengan alasan karna Rima selalu kasar, ketus dan tidak pernah mau menghargainya sebagai suami.     

Sebenarnya, sikap Surya yang selalu aduh dan seolah tak pernah peduli dengan istri pertama dan kedua anaknya adalah karna ulah dari Nindi.     

Nindi selalu berusaha menutupi atau bahkan menghapus setiap chat dari Rima, atau pun anak-anaknya, dia selalu memastikan bahwa hubungan suaminya dan istri pertamanya itu semakin merenggang.     

Dan di hari ini tepatnya, Rasty menceritakannya dengan detail.     

Dia tidak mau menutup-nutupinya lagi. Bahkan soal Eliza yang menerornya pun dia juga menceritakannya. Termasuk kepergiannya tempo hari ke rumah seorang dukun untuk mencari penangkal dari teror arwah dari Eliza.     

Karna Surya sudah mengetahui semuanya, percuma jika dia harus menyembunyikan apa pun lagi.     

Dan setelah menceritakan semuanya kepada Surya, Rasty berharap, Surya bisa memberikannya jalan keluar atas teror-teror yang di lakukan oleh Eliza terhadapnya dan kakanya.     

"Jadi, semua kecelakan yang menimpa Ninna dan Nindi itu karna teror arwah dari Eliza putri ku?" tanya Surya kepada Rasty yang memastikan.     

"Iya, benar, Mas Surya, bahkan aku hampir putus asa dengan semua ini, lalu kak Nindi mengajak saya untuk pergi ke rumah dukun itu.     

"kalian ini benar-benar sudah membuat kepercayaan ku hancur! Hatiku juga hancur karna selama ini sudah memelihara ular seperti kalian!" cantas Surya, lalu Surya pun berlalu pergi meninggalkan Rasty.     

"Mas Surya, mau kemana?!" teriak Rasty.     

"Aku akan menemui istri pertamaku!" jawab Surya dengan ketus.     

Dan Rasty pun hanya bisa pasrah, kalau pun pada akhirnya Surya akan meninggalkan sang kaka.     

Ini bisa menjadi akhir dari hidup Nindi.     

Hanya ditinggal suami mungkin tidak akan menjadi masalah, tapi kalau sampai dia mati dengan cara mengenaskan, itu adalah hal yang terlalu menakutkan bagi Rasty, mungkin juga bagi Nindi.     

***     

Setelah dari Pratama Jaya High School untuk menemui Rasty, Surya pun langsung bertolak pergi ke rumah Rima istri pertamanya.     

Tok tok tok!     

Surya mengetuk pintu rumah Rima.     

"Sebentar!"     

Terdengar duara wanita muda menyahuti ketukan pintunya.     

Suara wanita itu terdengar sangat asing di telinganya, seperti bukan Raisa maupun Rima.     

Ceklek!     

"Maaf, ada perlu apa ya, Pak?" sapa wanita yang membukakan pintu itu.     

Rupanya adalah seorang yang merawat Rima selama Raisa berada di sekolah.     

"Kamu siapa?" tanya Surya.     

"Oh, saya perawatnya ibu Rima," jawab Wanita muda itu.     

"Oh, apa saya bisa bertemu dengan ibu Rima?" tanya Surya.     

"Maaf, tapi Anda siapa?"     

"Saya adalah suaminya," jawab Surya.     

Si perawat itu tampak ragu-ragu untuk mempersilahkan Surya masuk ke dalam, karna dia takut hal itu akan membuat Rima menjadi marah atau bahkan bisa membahyakan kesehatan Rima.     

"Bolehkah saya masuk sekarang?" tanya Surya.     

"Ah, maaf, Pak, tapi saya tidak bisa mempersilahkan Bapak, masuk sekarang, karna bu Ri—"     

Berak!     

Surya mendorong pintu rumah itu yang setengah tertutup, lalu dia menerobos masuk tanpa menghiraukan larangan dari perawat itu.     

Karna Surya ingin bertemu dengan Rima hari ini, dia ingin meminta maaf kepada istri pertamanya itu.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.