Bullying And Bloody Letters

Kecurigaan Surya



Kecurigaan Surya

0"Sudah dua kali ini, Mama, berbicara tentang Eliza, yang hendak membalas dendamnya kepada, Mama. Apa jangan-jangan Mama, itu ada hubungannya dengan kematian, Eliza?" tanya Surya.     

"Eh, loh, kok, Papa, jadi nuduh Mama sih?" tanya Nindi dengan wajah sok sedihnya.     

"Ya habisanya sikap, Mama, akhir-akhir ini tu kelihatan aneh tau, Ma!"     

'Gawat nih, Mas Surya, mulai mencurigai gelagatku,' batin Nindi.     

"Mas, kenapa, Mas Surya, jadi berpikiran begitu? Aku itu bukan orang sejahat itu! Mana mungkin aku akan membunuh seorang gadis yang sudah ku anggap sebagai putri kandungku, yah walaupun dia tidak pernah menghargaiku, tapi sejujurnya aku sangat menyayangi Eliza, seperti aku yang menyayangi Nina, putri kandung ku!" pungkas Nindi dengan berlinang air mata.     

Akhirnya Surya pun merasa bersalah karna dudah menuduh Nindi yang bukan-bukan, bahkan sampai membuatnya menangis.     

"Iya, Ma. Maaf kan Papa, karna sudah menuduh, Mama, yang tidak-tidak," pungkas Surya yang mencoba menenangkan istrinya.     

Lalu dengan segera Surya memeluk tubuh sang istri.     

"Papa, minta maaf ya, Ma," bisik Surya di telinga Nindi.     

"Iya, Pa. Tapi tolong jangan bicara seperti itu lagi ya," ujar Nindi.     

"Iya, Papa, janji," jawab Surya.     

Masih dalam pelukannya Surya, Nindi pun tersenyum karna berhasil mengelabuhi suaminya dengan air mata buayanya.     

'Kamu itu memang sangat bodoh ya, Mas,' batin Nindi sambil tersenyum-senyum dalam pelukan Surya.     

Nindi memang selalu pandai membuat Surya bertekuk lutut di hadapannya.     

Setiap ucapan Nindi bagi surya adalah racun yang membuatnya menjadi lemah dan tak dapat berbuat apa-apa, selain pasrah dan mempercayainya.     

***     

Beberapa hari setelah pristiwa yang menimpa Nindi.     

Kini Nindi pun mrnjadi semakin waspada, dan selalu membawa jimat dari sang dukun itu kemana pun dia pergi.     

Bahkan dia tidak mau lagi mengusir perawat yang menjaganya.     

Dia tidak ingin kejadian fatal kemarin terulang kembali dan hal itu bisa membuat nyawanya dalam bahaya.     

Kalau saja waktu itu, dia tidak mengusir orang yang sedang merawatnya, mungkin kejadian buruk itu tidak akan menimpanya.     

Dia merasa sangat was-was, apa lagi sedikit dia lengah dan tidak membawa jimat dalam genggamananya, maka Eliza akan datang dan segera menyerangnya bahkan membunuhnya.     

***     

Sementata itu, Surya masih tampak merasa penasaran dengan apa yang sedang di sembunyikan oleh istrinya.     

Meski dia pura-pura percaya dengan ucapan Nindi, tapi sejujurnya dari hatinya yang terdalam dia benar-benar merasa penasatan dan ingin tahu tentang apa yang sedang istrinya sembunyikan.     

Apa lagi, Nindi itu selaku berbicara dengan nada berbisik-bisik bersama Rasty adiknya.     

Seperti ada yang sedang mereka rahasiakan darinya.     

"Sudah satu minggu ini, Rasty, tidak datang menjenguk kakanya, padahal biasanya dia selalu datang ke rumah hampir setiap hari," gumam Surya.     

Surya memang merasa aneh dan janggal, bahkan dia juga teringat dengan Raisa putri pertamanya, yang sempat mengamuk kepadanya dan menyalahkan Nindi sebagai penyebab kematian dari Eliza.     

"Apa aku pergi ke rumah Rima saja ya?" tukas Surya yang sedikit ragu-ragu.     

"Lalu bagimana kalau dia malah memaki-maki ku! Apa lagi dia itu sangat membenciku, bahkan tidak pernah menghargaiku sebagai sumainya!" ujar Surya.     

"Sebaiknya jangan lah, lebih baik aku pergi ke sekolah dan menemui Rasty,"     

Dan Surya pun langsung bergegas untuk menemui Rasty adik iparnya ke Pratama Jaya High School.     

"Semoga, saja, Rasty bisa memberi jawaban yang tepat atas segala keresahan dan rasa penasaranku ini," gumam Surya penuh harap.     

***     

Sesampainya di Pratama Jaya High School, Surya pun segera berjalan menuju ruangan kepala sekolah untuk bertemu Rasty.     

Tok tok tok!     

"Masuk!" teriak Rasty.     

"Apa kedatangan saya mengganggu?" tanya Surya yang langsung duduk di hadapan Rasty.     

Dan seketika Rasty yang sedang menunduk itu pun langsung mengangkat dagunya dan melihat Surya yang sudah duduk di hadapannya.     

"Mas Surya?!" tukas Rasty yang kaget. "Kok tumben, Mas Surya, kemari?" tanya Rasty dengan suara yang paniknya.     

"Kenapa kelihatan panik begitu?" tanya Surya dengan santai.     

"Eh, enggak kok, Mas Surya. Saya hanya kaget melihat kedatangan Mas, eh maksud saya Pak Surya." Ujar Rasty dengan suara gugupnya.     

"Yasudah, tidak usah formal, kita bicara santai saja," ujar Surya.     

"Baik kalau begitu, ada perlu apa, Mas Surya, kemari?" tanya Nindi.     

"Aku datang kemari ingin bertanya banyak kepadamu, salah satunya, kenapa kamu akhir-akhir ini tidak pernah datang ke rumah? Apa kamu sedang ada masalah dengan kaka kamu?" tanya Surya.     

Rasty pun terdiam sejenak, dia bingung harus menjawab apa, dia harus jujur atau tidak.     

"Kenapa diam? Jawab saja dengan jujur tidak apa-apa kok," ujar Surya. "Kamu sedang marahan dengan istri saya ya?" tanya Surya.     

Lalu Rasty pun mengangguk, Rasty pikir, mungkin tidak perlu dia menutupi, apalagi perselisihan antara kaka beradik itu adalah hal yang wajar.     

"Kenapa, kamu berselisih? Apa boleh saya tahu apa sebabnya?"     

"Saya bertengkar dengan, kak Nindi, karna saya bosan harus mengikuti apa yang dia perintahkan. Saya ini punya kehidupan sendiri, saya juga berhak hidup dengan bebas. Tapi kak Nindi, selalu memaksa saya agar selalu ada untuknya. Meminta saya datang kapan pun dia mau! Jadi apa salah jika saya memberontak untuk hal ini?"     

"Oh, jadi itu alasannya. Baik saya dapat mengerti untuk hal ini, dan saya masih punya pertanyaan lagi."     

"Mau bertanya apa lagi, Mas?"     

"Apa, benar kalau kamu dan Rasty itu punya rahasia?" tanya Surya.     

"Ra-ha-sia? Ma-ksudnya apa, Mas?" tanya Nindi dengan suara terbata-bata dan salah tingkah, karna dia takut jika Surya akan mengetahui apa yang sedang ia lakukan dengan sang kaka.     

"Kenapa, kamu aneh banget, jadi benar ya, kalau kalian itu merahsiakan sesuatu dari ku?" sindir Surya.     

"Enggak kok, aku dan kak Nindi, tidak merahasiakan apa pun dari, Mas Surya," ujar Rasty.     

"Berkali-kali saya lihat kalian sering mengobrol berdua dengan berbisik-bisik, dan selain itu kalian juga pergi secara diam-diam entah kemana tanpa sepengetahuan saya, sebenarnya kalian punya rahasia apa?" tukas Surya.     

'Gawat ini, aku harus menjawab apa ini?' batin Rasty.     

"Dan beberapa kali, Nindi, membicarakan Eliza yang sedang ingin membalaskan dendam kepadanya. Apa kalian ada sangkut pautnya dengan kematian putriku Eliza?"     

Seketika Rasty pun langsung kaget dan dan tak sadar mulutnya sampai mengaga, dengan mata melotot.     

'Kenapa kamu kelihatan kaget begitu? Jadi benar kalian terlibat dalam kecelakaan itu?" tanya Surya memastikan.     

Dan hal itu membuat Rasty menjadi semakin salah tingkat dan merasa deg-deggan karna takut.     

Karna sepertinya kaka iparnya itu sudah tahu kalau dia dan kakanya sudah membunuh Eliza.     

'Aduh, bagimana ini, sepertinya Mas Surya, sudah tahu kalau aku dan kak Nindi, terlibat dalam kecelakaan itu, apa aku harus jujur saja ya?' batin Rasty.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.