Bullying And Bloody Letters

Ayumi Dan Kenekatannya



Ayumi Dan Kenekatannya

0"Kamu tidak terkena bully, Ayumi, justru bukannya kamu yang tukang bully?"     

"Apa, maksud, Bu Raisa, berbicara begitu terhadap saya?"     

"Saya bilang seperti ini karna saya sudah tahu siapa kamu!"     

"Apa maksunya?!"     

"Saya sudah menelpon pihak sekolah lama kamu yang ada di Sydney, jadi saya sudah tahu semuanya! Jadi tolong keluar dari ruangan saya kalau kamu masih mau berada di sekolah saya!" ancam Raisa dengan tegas.     

Dan Ayumi pun tampak syok, saat dirinya tahu bahwa Raisa sudah tahu semua tentang rahasianya.     

"Kenapa kamu diam? Pasti kamu sangat keget bukan?" tanya Raisa sambil bertolak pinggang. Sedang kan Ayumi terlihat sangat canggung san seperti sudah kalah talak banyak dari Raisa.     

"Ayumi, kamu pikir selama ini saya diam itu karna saya tidak tahu tentang kamu? Enggak! Ayumi, saya bukan orang sebodoh itu!" tegas Raisa.     

"Sekarang apa yang akan, Ibu lakukan dengan saya kalau sudah tahu saya yang sebenarnya?" tanya Ayumi.     

"Entalah, sebenarnya saya ingin kamu tetap bersekolah di sini, dan merubah sikap buruk kamu, intinya saya diam dan pura-pura menjadi orang bodoh agar kamu bisa tetap bersekolah di sini, di sekolah yang elit ini dan melanjutkan masa depanmu," tutur Raisa.     

'Sialan! Sok baik seklai, Raisa, ini' bicara Ayumi di dalam hati.     

"Oiya, apa masih ada yang ingin kamu katakan kepadaku?" tanya Raisa sekali lagi, tapi Ayumi tetap terdiam saja.     

Meski diam tapi dalam hati Ayumi terasa begitu panas dan ingin sekali meledakkan kemarahannya, tapi Ayumi harus menahannya kali ini, dia tidak mau di keluarkan oleh Raisa dari sekolah ini.     

"Baik, saya rasa sudah tidak ada yang di bahas lagi jadi silahkak kamu keluar dari ruangan saya sekarang!" sergah Raisa.     

Dan Ayumi pun terpaksa keluar dari dalam ruangan itu dengan nafas tersengal sambil meramas bagian rok seragamnya dengan geram penuh amarah.     

Raisa tampak tersenyum tipis melihat kepergian Ayumi dari ruangannya.     

"Kenapa aku harus berurusan lagi dengan gadis seperti ini? Dulu dengan Jenina, dan sekarang dengan Ayumi," gumam Raisa.     

***     

Karna kejadian di ruangan kepala sekolah itu, membuat Ayumi menjadi bertambah kesal dengan Raisa, dan keinginannya untuk mencelakai Raisa semakin besar.     

Dan kini Ayumi sudah mulai menyusun rencana, dia akan mendatangai rumah Raisa malam ini.     

Tentu saya dengan niat buruknya.     

Ayumi di antar oleh seorang sopirnya pergi ke rumah Raisa, dengan membawa satu dirigen ukuran sedang berisi bensin.     

Ayumi berjalan mengendap-endap dan melewati pagar besi yang kebetulan hanya tinggi sedada irang dewasa saja.     

"Aku harus menghabisinya malam ini," Ucap Ayumi dan secara mengendap-endap dia pun menyiramkan dirigen kecil itu ke seluruh permukaan luar rumah Raisa.     

"Kalau pun kamu tidak mati malam ini, tapi paling tidak kamu akan kehilangan rumah jelek ini dan juga cacat karna terkena luka bakar," ucapnya lagi dengan pelan, sambil tersenyum sinis dan menyiramkan drigen bensin itu hingga habis tak tersisa.     

Dan dia mengeluarkan sebuah korek api dari dalam sakunya.     

Dia mulai menyalakan koreknya namun entah mengapa setiap apinya menyala malah ada angin yang berhembus tepat ke arahnya dan membuat api itu menjadi mati.     

Dan sudah berkali-kali Ayumi menyalakan koreknya, tapi tetap daja tidak berhasil, karna seperti ada yang sengaja meniupnya.     

"Ah, sial! Kenapa koreknya tidak menyala? Kenapa setia apinya muncul selalu ada angin dan seperti ada yang meniupnya?" ucap Ayumi sambil terus mencoba untuk menyalakan koreknya terus-menerus.     

Hingga dia menyadari jika ada seseorang yang berdiri tepat di hadapannya dan terus meniup korek api itu.     

Dan orang itu adalah Eliza.     

Saat Ayumi menatap wajah Eliza, Ayumi sangat kaget, karna tiba-tiba saja ada orang yang berdiri tepat di hadapannya, pada hal saat dia memasuki halaman rumah itu tak ada siapa pun.     

"Siapa kamu?!" tanya Ayumi dengan panik.     

Dan Eliza, hanya terdiam seraya memandang ke arahnya dengan tatapan yang tajam.     

Seketika, Ayumi pun berlari membuka gerbang yang kebetulan hanya di kunci dengan slot bagian dalam saja.     

Ayumi berlari masuk ke dalam mobil lalu menyuruh sang sopir agar segera pergi meninggalkan tempat itu.     

Karna Ayumi tidak mau kejahatannya akan bterbongkar dan si gadis yang dia temui tadi berteriak ataupun mengadu.     

Sama sekali Ayumi tak mengerti jika gadis tadi adalah arwah seorang gadis yang sudah mati.     

"Ayo, Pak! Ngebut!" teriak Ayumi.     

"Loh, memanngya ada apa sih, Non?" tanya sang sopir.     

"Ayo pokoknya cepetan! Jangan banyak tanya!" teriak Ayumi dengan suara yang lantang.     

Akhirnya sang sopir menurut perintah dari majikkannya itu, dia melajukkan mobilnya dengan kebcang tanpa tahu apa yang sudah terjadi sebelumnya.     

Namun di pertengahan jalan, Ayumi berteriak dengan sangat kencang, dan menyuruh sang sopir agar menghentikan laju mobilnya.     

"Stop! Berhenti, Pak!" teriak Ayumi.     

"Loh, ada apa, Non?!" tanya sang sopir yang kaget.     

"Bapak, gak lihat ya di depan ada cewek sedang nyebrang?!" Cantas Ayumi.     

Lalu sang sopir pun melihat ke depan dan dia tak melihat ada siapa pun, karna kebetulan jalan sedang sepi kendaraan, apa lagi tengah malam begini, tidak mungkin ada orang yang menyebrang.     

Mereka itu sedang berada di jalan tol, bukan di jalan raya yang padat kendaraan.     

"Tidak ada siapa pun, Non," ujar dang sopir.     

"Bapak, itu buta ya? Dia sedang berhenti tepat di depan mobil kita dan menundukan kepalanya!" ujar Ayumi yang sangat kesal.     

Karna dia benar-benar melihat ada seorang wanita yang berdiri tepat di depan mobilnya. Seorang gadis berseragam sekolah yang menunduk, dan wajahnya nyaris tak terlihat karna tertutup oleh rambutnya.     

Namun perlahan-lahan Ayumi, mulai menyadari dengan perawakan dan baju yang di pakai oleh gadis itu.     

Sebuah seragam sekolah yang sama dengan seragamnya yaitu, seragam Pratama Jaya High School. Gadis itu mirip dengan gadis yang dia temui tadi, ketika berada di depan rumah Raisa.     

Setelah perlahan-lahan gadis Itu mengangkat wajahnya, Ayumi benar-benar yakin jika itu adalah orang yang sama dengan gadis yang tadi.     

Dan gadis itu adalah Eliza.     

Seketika Ayumi kembali menyuruh sang sopir agar kembali melajukan mobilnya dengan cepat.     

Mobil itu berjalan dengan keceparan tinggi dan menabarak tubuh Eliza, namun ketika Ayumi menoleh ke belakang, tak ada siapa pun, harusnya kalau gadis itu tertabrak, sudah jatuh dan jasadnya akan tergeletak di jalanan.     

Tapi anehnya dia malah tak melihat siapa pun, juga tak ada darah sama sekali.     

"Non Ayumi, sebenarnya ada apa, sih?" tanya sang sopir.     

"Jadi, Bapak, tidak melihat kejadian apa pun?!"     

"Tidak!"     

"Memangnya ada apa sih, Non Ayumi?" tanya sang sopir lagi.     

Sopir itu pun tampak sangat kebingungan, karna memang dia tak melihat siapa pun atau kejadian apa pun di jalanan tadi, justru dia sangat bingung dengan sikap aneh Ayumi majikannya itu.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.