Bullying And Bloody Letters

Kasih Sayang Yang Kembali



Kasih Sayang Yang Kembali

0"Ma, selama ini Raisa, tidak pernah memikirkan diri Raisa sendiri, karna Raisa selalu memikirkan, Mama! Tapi kenapa sedikit pun, Mama, tidak peduli dengan perasaan Raisa?"     

"Raisa ...." Ujar Rima yang tampak bingung harus berkata apa.     

"Apa, Raisa, salah kalau sudah mengeluh begini sama, Mama? Karna harusnya, Raisa itu terlihat lebih kuat dari, Mama, tapi apalah daya, Raisa cuman manusia biasa, Ma,"     

Rima semakin merasa bersalah saja mendengar ucapan dari Raisa, terlihat jelas jika Raisa benar-benar sudah lelah menghadapinya.     

"Maafkan, Mama, Raisa," tukas Rima dengan pelan.     

"Raisa, sama sekali gak butuh permintaan maaf, dari, Mama, tapi Raisa hanya butuh pengertian dari, Mama, Raisa ini juga capek, Ma," ucap Raisa sambil menangis.     

"Mama, gak tahu betapa sulitnya, Raisa, mengerti Mama, dan betapa sakitnya Raisa yang sebenarnya sangat rapuh ini harus pura-pura kuat!"     

"Raisa, maafkan, Mama, Sayang, maafkan, Mama," Rima segera memeluk tubuh putrinya.     

Dia mengusap-usap punggung Raisa, dengan lembut, mungkin ada kalanya saat ini dia yang harus menjadi kuat untuk Raisa.     

Selama ini Raisa, selalu berusaha menjadi seorang pahlawan untuk dirinya, dan selalu ada dan menjaga dirinya.     

Meski sangat berat, tapi Raisa terus berusaha untuk kuat, tidak peduli seberapa sulit tantangan yang harus dia lewati.     

"Ma, Raisa, lemah, Raisa capejk, Raisa, ingin istirahat, tolong jangan buat Raisa, sedih, Ma," pinta Riasa.     

"Iya, Sayang, Mama janji tidak akan mengulanginya lagi, Mama memang jahat, Mama memang bodoh, dan Mama juga sangat Egois," ujar Rima, yang mengakui semua kesalahannya.     

"Mama, ini seperti anak kecil, Mama marah hanya karna kamu, membangunkan, Mama, dan itu tentu saja membuat kamu menjadi sakit hati, Rai, karna merasa Mama tidak pernah menyayangimu selayaknya seorang anak," ujar Rima, seraya melepas pelukannya dan mengelus rambut anaknya.     

"Mama,"     

"Tenang, Rai, hari ini, kamu boleh menangid dalam pelukan, Mama, sepuasnya, meskipun air matamu keluar juga karna Mama, tapi Mama, ingin kamu menyadari, pelukan Mama, ini adalah pelukan kasih sayang, sejahat dan sekejam apa pun perkataan Mama, tetap saja, Mama, sangat menyayangimu, Nak. Mama, gak bisa hidup tanpa kamu, Mama sudah cukup kehilangan Eliza, dan kamu jangan, ya," tukas Rima, lalu kembali dia memluk tubuh Raisa.     

"Raisa, juga sayang sama, Mama, sayang banget, Raisa juga gak mau kehilangan, Mama, Raisa hanya ingin Mama, cepat sembuh, Ma,"     

Akhirnya suasana malam yang sunyi itu berubah menjadi haru, Raisa dan Rima menangis dan saling berpelukan, mereka menyadari, bahwa mereka berdua itu saling membutuhkan, bagiamana pun tidak ada seorang ibu yang tidak memiliki rasa kasih sayang sedikit pun kepada anaknya, walau hanya seujung kuku.     

Pastilah seorang ibu akan turut merasakan rasa sakit ketika anaknya juga sakit.     

Meski perkataannya selalu kasar dan terdenagr kejam atau bahkan terlihat seperti pilih kasih sekalipun, tapi tetap dalam hati seorang ibu yang terdalam, masih ada rasa cinta kasih yang tulus dan tidak tergantikan oleh apa pun.     

"Terima kasih, Rai, kamu selalu ada buat, Mama, dan Mama, gak tau bagaimana jadinya, Mama, kalau tanpa kamu. Maafkan Mama, Sayang, maafkan Mama, yang tidak pernah mau mengerti perasaanmu selama ini," Tangan lembut Rima terus mengelus rambut Raisa dalam pelukannya.     

Raisa pun merasa sangat nyaman, dia seperti kembali di masa lalu, di mana saat keluarganya masih utuh dan baik-baik saja.     

Rima selalu ada dan memeluknya ketika dia merasa bersedih, karna bertengkar dengan teman di sekolahnya dulu.     

Dan rasa hangat dalam tubuh Rima, masih sama rasanya seperti dulu bahkan aroma parfum yang selalu Rima gunakan juga masih sama seperti dulu.     

Raisa tersenyum dalam tangisnya, dia mengukir rasa bahagianya yang di hiasi dengan air matanya.     

Dia tak menyesal sudah berkata sedikit kasar kepada ibunya tadi, karna pada akhirnya, dia kembali bisa merasakan kasih sayang sang ibu yang hampir saja hilang itu.     

Mungkin ada saatnya dia harus menjadi seperti seorang yang kekanak-kanakan dulu agar kembali mendapat kembali kasih sayang sang ibu.     

"Ma, sudah malam, kita tidur dulu ya," ajak Raisa.     

Dan Rima pun menganggukkan kepalanya.     

"Iya, Sayang," ucap Rima.     

Lalu Rima dan juga Raisa pun tertidur dengan berpekukan, seperti seorang ibu yang sedang memeluk putri kecinya.     

Dan Raisa pun tampak sangat menikmatinya.     

Dia seperti kembali menjadi Raisa kecil dahulu.     

***     

Ayam mulai terdengar berkokok, dan sinar mentari mulai menghampiri mereka berdua dari celah-celah, jendela kamar.     

Raisa pun mulai membuka matanya begitu pula dengan Rima.     

Dan dia melihat ke arah ponselnya.     

Dan betapa terkejutnya Raisa saat mendapati ternyata, sudah pukul 8 pagi.     

Seketika Raisa langsung lompat dari kasurnya.     

Dan Rima pun juga terlihat sangat kaget melihat Raisa yang panik itu.     

"Loh, ada apa sih, Rai?" tanya Rima.     

"Ma! Raisa telat, Ma!" teriak Raisa sambil berlari masuk ke dalam kamar mandi.     

"Ya ampun, bikin kaget saja!" ujar Rima sambil menggelengkan kepalanya.     

Tak lama setelah selesai mandi Raisa pun berangkat ke Pratama Jaya High School.     

Meskipun dia sudah telat, tapi Raisa memaksakan untuk berangkat hari ini.     

Setelah jam istirahat tiba, entah ada angin dari mana tiba-tiba saja, Ayumi mendatangi ke ruangan Raisa.     

Ceklek!     

"Permisi," sapa Ayumi, "apa saya boleh masuk, Bu Raisa?" tanya Ayumi dengan sangat ramah dan lembut.     

"Iya silakan!" jawab Raisa.     

"Bu Raisa, saya ingin berbicara dengan anda, saya ingin menyampaikan rasa kesal saya, Bu,"     

"Rasa kesal kamu? Soal apa?" tanya Raisa.     

"Tentang pembullian di sekolah ini," jelas Ayumi.     

"Pembullian?"     

"Iya, Bu Raisa, akhir-akhir ini, ada berita bohong yang menjelek-jelekkan tentang saya," ujar Ayumi lagi.     

"Bisa kamu ceritakan?"     

"Begini, Bu Raisa, sebagai anak baru, banyak yang tidak menyukai saya, mereka memfitnah saya, bahwa saya ini bukanlah gadis baik-baik, bahkan karna semua itu membuat saya menjadi tidak nyaman berada di sekolah ini," tutur Ayumi dengan wajah yang memelas.     

Raisa pun menggelengkan kepalanya, dia tahu kalau Ayumi itu hanya sedang bersandiwara kepadanya. Dan dia tahu kalau Ayumi itu memiliki rencana buruk kepadanya.     

"Terus kedatanganmu, kemari menemui ku untuk apa?" tanya Raisa.     

"Ya tentu saja untuk mencari perlindungan, Bu. Anda, 'kan kepala sekolah di sini, tentu saja, anda harus membantu saya,"     

"Begini, Ayumi, berdasarkan pengakuan kamu, memang terlihat sangat dramatis, tapi kamu itu tidak memiliki bukti apa pun, bagaimana bisa saya melindungi kamu?"     

"Bu, ada vidio yang menyudutkan saya, yang menuduh saya menyimpan rokok dalam saku baju saya, padahal itu bukan milik saya, dan berkat vidio seseorang yang mengambil rokok itu dari saku baju saya itu, kini semua teman-teman di kelas, bahkan di sekolah ini, jadi menganggap saya anak yang tidak baik,"     

"Oh, jadi begitu ya, lalu apa videonya masih ada? Kalau ada saya ingin lihat," tanya Raisa.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.