Bullying And Bloody Letters

Rencana Apa Lagi?



Rencana Apa Lagi?

0Dan Raisa memandangi ke arah Ayumi yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya.     

Dia merasa sangat aneh, dengan Ayumi.     

Karna jarang sekali dia masuk ke dalam ruangan Rasty, dia merasa ada sesuatu yang sedang Ayumi dan Rasty rencanakan untuk dirinya.     

Karna Raisa sudah tahu tentang keburukan Ayumi dari cerita Aldo, apa lagi, sejak awal bertemu terlihat sekali jika Ayumi itu tidak menyukainya.     

Dan bahkan Raisa juga bisa melihat dari sorot mata Ayumi, bahwa Ayumi itu sangat menyukai Aldo.     

Sedangkan selama ini Aldo sangat dekat dengannya, hal itu bisa saja menjadikan alasan bahi Ayumi untuk bergabung dengan Rasty, karna enatah dari mana asalnya mungkin saja Ayumi tahu kalau Rasty juga membenci dirinya.     

Tapi sekali lagi itu semua hanya dugaan, dan Raisa tidak punya bukti yang nyata, yang artinya dugaannya itu belum tentu benar.     

"Ah, sudahlah! Jangan terlalu berpikir negatif," ujar Raisa, dan lalu dia pun pergi ke ruangannya.     

"Bu Raisa!" terdengar suara yang memanggilnya dari belakang.     

Lalu Raisa pun menengok.     

"Ada apa, Bu Rasty?" tanya Raisa.     

"Saya hanya ingin mengobrol dengan anda, karna semenjak kejadian tempo hari, anda tidak lagi mau menyapa saya, saya pikir, Bu Raisa sedang marah dengan saya, dan saya meminta maaf sebesar-besarnya," ucap Rasty.     

Raisa terdiam sesaat lalu dia memandang ke arah Rasty dengan tatapan yang penuh tanda tanya.     

Karna tak biasanya Rasty tiba-tiba meminta maaf seperti ini, pasti di balik sikap baiknya saat in ada suatu hal yang sedang ia rencanakan.     

'Tante Rasty, merencanakan apa lagi, kepadaku?' batin Raisa.     

"Bu Raisa, saya benar-benar menyesal telah berbicara kasar tempo hari, hal itu di karnakan saya benar-benar tak terima anda menuduh saya membongkar makam mendiang Eliza, karna memang saya benar benar-benar tidak melakukannya!" tegas Rasty lagi untuk meyakinkan Raisa.     

"Lalu apa lagi yang anda inginkan?" tanya Raisa.     

"Saya sudah bilang, Bu Raisa, saya ingin meminta naaf, kepada anda,"     

"Hanya itu saja?"     

Rasty terdiam.     

"Kalau begitu saya sudah memaafkan anda,"     

"Terima kasih, Bu Raisa, dan saya ingin sepulang sekolah nanti mengajak, Bu Raisa, makan siang bersma, apa Bu Raisa, bersedia?"     

"Untuk apa, Bu Rasty, mengajak saya makan siang bersama?"     

"Ya tentu saja karna sebagai permintaan maaf saya sekarang, dan saya benar-benar sudah tidak ingin bermusuhan dengan, Bu Raisa lagi,"     

"Oh jadi begitu ya,"     

"Bagaimana, apa, Bu Raisa, mau?"     

"Maaf, kalau soal itu, hari ini saya harus mengantar mama saya terapi ke rumah sakit, jadi saya tidak bisa makan siang bersama dengan, Bu Rasty," ujar Raisa.     

"Baiklah, kalau begitu kapan, Bu Raisa, bisa?"     

"Ah, nanti saya kabari, kalau begitu saya permisi dulu," ucap Raisa.     

"Ah, baiklah kalau begitu, Bu Raisa,"     

Ketika Raisa sudah berjalan mendahuluinya, tampak raut wajah kesal yang terpancar dari wajah Rasty.     

Karna ajakannya untuk mekan siang bersama Raisa telah di tolak.     

Padahal dalam ajakan itu Rasty, sedang merencanakan suatu hal, tapi karna Raisa menolaknya rencana buruk itu ia batalkan.     

"Dasar, Sialan! Sok sibuk banget pakek acara nolak segala!" gumam Rasty.     

Sedangkan Raisa, masih memikirkan sikap baik Rasty yang baru Rasty lakukan kepanya. Raisa tahu kalau Rasty sedang memilki rencana buruk kepadanya.     

Meski Raisa berusaha tenang dan menerima ajakan perdamaian dari Rasty, tapi Raisa tetap merasa harus waspada.     

Karna di balik sikap baiknya Rasty itu ada rencana buruk.     

"Huuft ... sampai kapan aku harus terus berhubungan dengan orang semacam Rasty? Aku hanya ingin hidup damai, tapi dia dan keluarganya terus mengusik keluarga kami. Dulu kaka dan kepinakannya sekarang dia sendiri yang sudah turun tangan," gumam Raisa yang menggerutu meratapi perbuatan yang di lakukan oleh Rasty kepadanya.     

Raisa sangatlah kesal terhadap Rasty, hal ini benar-benar membuat Raisa menjadi sangat lelah dan muak.     

***     

Minggu yang sangat cerah, tampak Aldo dan kedua sahabatnya sedang berloah raga, di area bebas kendaraan.     

Mereka berlari pagi mengilingi tempat yang di khususkan oleh para pejalan kaki dan pesepeda di akhir pekan itu.     

Tampak begitu ramai lalu lalang orang berjalan dan bersepeda ria, Aldo, Nino dan juga Derry, berhenti untuk beristirahat di pinggir jalan, sembari meneguk air mineral.     

Dan dari kejauhan tampak Ayumi yang kebetulan juga sedang berolah raga ditempat itu datang menghampiri mereka bertiga.     

"Hai, Aldo!" sapa Ayumi dengan sangat ramah.     

Lalu Ayumi menyodorkan sebotol air mineral untuk Aldo.     

"Ini buat kamu, Do," ucap Ayumi sambil tersenyum.     

"Thanks, Ayumi, tapi sayangnya aku sudah habis minum," jawab Aldo sembari menunjukkan botol minumannya kepada Ayumi.     

"Wah, aku telat ya?" ujar Ayumi, lalu dia melepas tutup botol air mineral itu, dan dengan penuh percaya diri Ayumi meneguk sendiri air itu tepat di hadapan Aldo dan yang lainnya.     

"Kenapa kalian melihatku seperti itu?" tanya Ayumi kepada Aldo dan kawan-kawannya.     

"Aku heran ya, Yumi! Kamu itu bisa-bisanya dengan penuh percaya diri datang menghampiri kami!" cerca Nino.     

"Haha! Kamu kenapa sih, Nino? Aku datang kemari ingin menghampiri Aldo, bukan kamu, jadi untuk apa kamu kelihatan kesal begitu? Dasar gak tahu malu!" cerca balik Ayumi kepada Nino.     

"Kamu itu emang dasar, Cewek Kurang Ajar, ya!" Nino langsung berdiri, tapi Aldo dan Derry menghentikannya.     

Karna kalau tidak bisa jadi Nino yang sudah emosi itu akan berbuat nekat kepada Ayumi.     

"Please, Do! Der! Kalian mau sampai kapan ngelarang aku hajar, Cewek Sialan, ini?! Dia itu sudah fitnah aku!?" protes Nino kepada kedua sahabatnya.     

"Nin, biar aku yang hadapi!" bisik Aldo.     

Lalu Aldo berjalan mendekat ke arah Ayumi.     

"Sebenarnya, apa mau kamu dari ku?" tanya Aldo ya g secara terang-terangan.     

"Aku suka sama kamu, Do!" jawab tegas Ayumi dengan jujur.     

Lalu kedua sahabat Aldo, seketika tertawa cekakakan melihat tingkah polos dari Ayumi.     

"Haha! Dasar Gadis Bodoh! Mana mau, Aldo, sama kamu!" cerca Nino.     

Lalu kedua bola mata Ayumi langsung berkaca-kaca, dan dia menangis di hadapan mereka bertiga dan semua orang yang ada di tempat itu.     

"Kalian itu jahat! Memangnya aku salah ya, mengatakan persaanku kepada pria yang aku sukai!?" tanya Ayumi masih dengan wajah yang bersedih.     

"Gila, kamu nangis?!" tanya Nino yang kaget.     

"Jangan-jangan ini cuman terik dia saja! Coba lihat semua orang melihat ke arah kita!" ujar Derry.     

"Stop! Hentikan akting kamu, Ayumi! Kami sudah bosan, dan akui perbuatan mu kepada, Nino, sahabatku!" ancam Aldo.     

"Loh, memangnya apa salahku?! Aku ini tidak melakukan apa-apa lo?!" tanya balik Ayumi.     

Dan seketika semua orang melihat ke arah mereka bertiga dengan tatapan kesal.     

Mereka pikir, Aldo dan kawan-kawannya lah yang sedang menyakiti Ayumi.     

"Kita pergi, Do! Mereka melihat ke kita dengan wajah kesal, yang ada kita malah di tuduh yang tidak-tidak lagi," ajak Nino.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.