Bullying And Bloody Letters

Tawaran Kerja Sama



Tawaran Kerja Sama

0Sedangkan Ayumi masih memandangi Aldo dan yang lainya dengan tatapan kesal dan cemburu.     

"Rupanya mereka tidak berpacaran, tapi sayangnya mereka berpeluang untuk berpacaran sungguhan," gerutu Ayumi yang sangat kesal.     

"Maaf, mau pesan apa, Mbak?" tanya seorang pelayan restoran.     

Seketika Ayumi yang pun langsung kaget dan marah kepada pelayan restoran itu.     

"Eh, Mbak! Bisa enggak sih gak usah bikin kaget orang dan ganggu begini?!" teriak spontan Ayumi.     

Dan seketika teriakan yang tak sengaja itu membuat Raisa dan yang lainnya menjadi melihat ke arahnya.     

"Loh, itu, 'kan anak baru di Pratama Jaya High School?" ujar Raisa.     

"Dasar, Cewek Gila!" umpat Aldo.     

"Hah apa?! Kamu ngomong apaan barusan, Do?" tanya Raisa.     

"Enggak!" jawab Aldo.     

Dan seketika Ayumi langsung segera keluar dari dalam restoran itu.     

"Loh! Mbak! Gak jadi pesan!?" tanya si pelayan restoran.     

"Enggak!" jawab Ayumi seraya berlari menjauh.     

"Dia siapa?" tanya Sherly yang terlihat sangat kebingungan.     

"Ah, dia murid di sekolah ku," jawab Raisa.     

"Tapi aneh banget ya, gelagatnya?" tanya Sherly.     

"Masa sih?" tanggap Raisa.     

"Ya anehlah, dia itu kan emang cewek aneh dan kurang kerjaan!" cantas Aldo.     

"Udah ayo kalian duduk dulu, by the way kalian mau pesan apa?" tanya Sherly.     

Setelah itu mereka kembali asyik mengobrol lagi, dan topik obrolan langsung berpindah tentang Ayumi.     

"Memangnya apa yang menyebabkan kamu menjadi sangat kesal dengan Ayumi?" tanya Raisa kepada Aldo.     

"Dia itu bukan gadis baik-baik, Kak Raisa," jawab Aldo.     

"Kenapa kamu bisa bilang seperti itu? Apa kamu punya bukti, Do?" tanya Raisa.     

"Sekarang belum, tapi Nino, juga udah tahu semuanya,"     

"Maksud kamu apa, Do?"     

"Jadi intinya, dia bukanlah gadis baik-baik seperti yang kalian lihat!"     

"Sorry, bisa cerita lebih detail lagi?" tanya Raisa yang merasa semakin penasaran.     

"Bu, Dia itu perokok, pemabuk, dan yang pasti dia itu gadis liar yang jauh dari presepsi kita," jelas Aldo.     

"Apa kamu berkata begini, karna pristiwa tempo hari di kantin sekolah? Saat dia tidak sengaja menyiram bajuku?" tanya Raisa.     

"Bukan hanya itu, sebelumnya juga aku sudah mulai curiga jika dia adalah orang tidak baik, dia punya rahasia terkait ke pindahannya dari Sydney ke Indonesia, dan yang sampai saat ini belum kita ketahui," ujar Aldo.     

"Ah, begitu ya? Aku bukannya membenarkan tuduhanmu itu terhadap Ayumi, tapi aku tidak tahu pasti juga terkait kepindahanya, karna dia memiliki surat pindah dari sekolah lamanya yang ada di Sydney," jelas Raisa.     

"Dia itu anak orang kaya, kalau soal surat pindah dia bisa mendapatkannya dengan mudah dari sekolahnya yang lama," jawab Aldo.     

Dan Raisa terdiam sejenak, dia masih memikirkan apa yang di ucapkan oleh Aldo itu, karna biasanya apa yang di ucapakan Aldo itu selalu benar.     

Dia tidak mungkin asal menuduh orang begitu saja.     

Dan melihat apa yang sudah di sampaikan oleh Aldo membuat Raisa menjadi sangat waspada, dan sudah sepatutnya dia mulai menyelidiki tentang Ayumi.     

Sementara itu Ayumi berjalan cepat dan masuk ke dalam mobilnya, lalu dia langsung menyuruh sopirnya untuk segera pergi meninggalkan tempat itu.     

"Sialan! Hampir saja aku ketahuan oleh Aldo dan kepala sekolah itu,"     

Dan ketika melewati jalan, Ayumi,     

tiba-tiba melihat mobil yang dia kenal, yaitu mobil Rasty si wali kelasnya, dan dia melihat Rasty sedang berhenti di depan rumah seseorang yang entah siapa itu.     

Rasty tampak mengendap-endap bersembunyi dan mengintip seseorang dari gerbang rumah itu.     

Sebenarnya rumah itu adalah rumah Rima, dan Rasty sedang mengintip Rima yang sedang di temani oleh perawatnya di dalam gerbang itu.     

Dan hal itu membuat Ayumi merasa penasaran dengan apa yang sudah di lakukan oleh Rasty itu.     

Terlihat sangat aneh, dan hal itu membuatnya menghentikan laju mobilnya dan memperhatikan gelagat aneh Rasty.     

Lalu tak lama Rasty pun kembali masuk ke dalam mobil lalu dia melaju pergi.     

Dan Ayumi juga kembali mengajak sang sopir untuk kembali menjalankan mobilnya, tapi tak lama dia melihat mobil Raisa yang berhenti di depan gerbang rumah itu.     

Akhirnya Ayumi menyuruh sang sopir untuk kembalim menghentikan laju mobilnya.     

Dan sekarang dia tahu kalau ternyata rumah itu adalah rumah milik Raisa.     

Dan dari situ Ayumi juga menjadi tahu kalau ternyata Rasty itu tidak menyukai Raisa, dan dia memiliki hubungan yang kurang baik dengan Raisa.     

"Jadi, bu Rasty, dan bu Raisa, tak memiliki hubungan yang baik ya? Haha, bagus kalau begitu aku bisa memanfaatkan ini semua," tukas Ayumi seraya tersenyum bahagia.     

***     

Esok harinya, Ayumi mendatangi ruangan Rasty, dan tentu saja hal itu dia lakukan bukan tanpa alasan, dia menemui Rasty untuk menawarkan suatu hal.     

Tok tok tok!     

"Masuk!" sahut Rasty mempersilahkan Ayumi.     

Ceklek!     

"Eh, Ayumi, ada apa?" tanya Rasty, dan tangannya masih sibuk dengan mouse dan keyboard komputernya.     

Sedangkan Ayumi masih tampak berdiri seraya tersenyum kepada Rasty.     

"Kenapa masih berdiri saja, Ayumi, ayo silahkan duduk," ujar Rasty.     

"Terima kasih, Bu Rasty," tukas Ayumi.     

"Iya, ada perlu apa, Ayumi?" tanya Rasty.     

"Ah, tidak, saya kemarin tidak sengaja melihat, Bu Rasty, sedang mengintip seperti seorang penguntit di depan rumah bu Raisa, ada urusan apa, kalau boleh saya tahu?" tanya Ayumi secara terang-terangan.     

Dan seketika Rasty, tampak sangat kesal, sekaligus sangat kaget dengan hal itu.     

"Apa maksud kamu? Dan kenapa kamu tiba-tiba bertanya hal seperti itu kepada saya?" tanya balik Rasty dengan wajah yang sangat panik.     

"Loh, saya, 'kan hanya bertanya soal itu, karna memang saya gak sengaja melihatnya."     

"Itu bukan urusan kamu!" ketus Rasty.     

"Apa, Bu Rasty, memiliki niat buruk kepada, bu Raisa?"     

"Apa maksud kamu?!" Kedua bola mata Rasty melotot tajam menatap ke arah Ayumi.     

Dia tak menyangka seorang murid baru seperti Ayumi berani sekali bertanya dan berbicara seberani ini kepadanya.     

"Bu Rasty, tidak usah takut begitu? Saya tidak akan menyulitkan Ibu, kok, justru siapa tahu kita bisa menjadi partner yang baik," ujar Ayumi penuh percaya diri.     

"Apa maksudnya?"     

"Ehem, bagaimana kalau kita bergabung untuk mencelakai, bu Raisa? Karna saya tahu kalau, Bu Rasty, pasti punya niat buruk sama Bu Raisa?"     

"Haha! Sok tahu kamu!" cerca Rasty.     

"Lalu untuk apa orang seperti anda tiba-tiba, berada di depan gerbang, dan mengintip diam-diam seperti seorang maling?"     

"Berani kamu berkata, tidak sopan kepada wali kelasnya sendiri?!"     

"Bu, saya bertanya baik-baik, dan saya pun juga berkata dengan sangat baik-baik, bukanya anda yang tidak sopan kepada saya?"     

"Ah, diam! Sekarang kamu keluar! Atau saya akan memberikan nilai terburuk kepada kamu!" ancam Rasty.     

"Wah, anda berani sekali ya, Bu Rasty? Apa anda tidak tahu siapa saya? Dan saya ini anak siapa? Apa masih perlu saya jelaskan ulang keapda anda?"     

Seketika Rasty terdiam tak bergeming.     

To be continued.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.