Bullying And Bloody Letters

Ayumi Yang Sesungguhnya



Ayumi Yang Sesungguhnya

0Sementara itu Nino masih mengantarkan Ayumi pulang ke rumahnya, dan terlihat sekali Nino sangat kaget melihat rumah Ayumi yang sangat besar, megah, dan berpilar bak sebuah istanah     

"Ini rumah kamu, Ayumi?"     

"Iya, dong, Nin, rumah siapa lagi?"     

"Ah, gila! Besar banget,"     

"Yah, orang tuaku itu konglomerat, di Australia saja bisnisnya banyak, belum lagi di jakarta dan bebarapa di negara Asia Tenggara," jelas Ayumi penuh bangga.     

"Wah keren kamu itu, Yumi," puji Nino.     

"Thanks, Nino, eh by the way, kamu sama Aldo, itu sudah kenal lama ya?"     

"Yah, Aldo lagi," Nino tampak kesal, "yah, kami udah berteman sejak kami masih kecil," jelas Nino.     

"Wah, begitu ya? Pasti seru sekali ya, punya sahabat karib sejak kecil," puji Ayumi.     

"Yah, begitulah, kira-kira," jawab Nino.     

"Apa kamu mau masuk ke dalam, Nino?" tanya Ayumi.     

"Wah, memangnya boleh?"     

"Boleh dong, kebetulan papa aku sedang tidak ada di rumah,"     

"Benarkah? Tapi bukannya gak baik kalau seorang lelaki dan perempuan hanya berduaan saja," ucap Nino.     

"Ah, masa? Aku baru tahu soal itu?"     

"Oh, iya aku lupa, kamu kan sudah lama tinggal di luar negeri," ujar Nino.     

"Haha! Bisa aja kamu itu!"     

Lalu Ayumi menggandeng tangan Nino dan mengajaknya masuk ke dalam rumahnya yang teramat sangat besar itu.     

"Eh, kamu mau minum apa?" tanya Ayumi.     

"Ah, terserah kamu aja," jawab Nino.     

"Ok,"     

Lalu Ayumi membuka kulkasnya dan mengambil dua buah botol kaleng berisi bir.     

"Ini buat kamu," ujar Ayumi seraya menyodorkan bir itu.     

Namun Nino tidak segera meminumnya, dia masih melihat dengan seksama minuman itu.     

Hal itu dia lakukan karna sedang membaca kemasan dalam bir itu yang terlihat merk dari luar negeri.     

"Is ok minum aja, itu non alkohol kok," ujar Ayumi.     

Setah itu Ayumi merogoh di dalam tas sekolahnya.     

Rupanya Ayumi mengambil satu bungkus rokok dan korek api dari tasnya itu.     

Dan tanpa ragu-ragu Ayumi pun menrokok tepat di depan Nino.     

"Ayumi, kamu ngrokok ya?" tanya Nino yang tampak heran.     

"Iya," jawab Ayumi dengan santai.     

Sedangkan Nino masih menatap Ayumi dengan pandangan yang keheranan, dia tak menyangka jika Ayumi adalah seorang perokok, padahal dia terlihat seperti gadis yang lemah dan baik-baik.     

"Udah lama kamu merokok?" tanya Nino.     

"Udah sejak kelas satu,"     

"By the way, kita sekarang udah kelas Tiga, lo. Apa gak sebaiknya kamu hentikan kebiasaan buruk kamu itu, kamu gak kasihan sama orang tua kamu?" ujar Nino yang menasehati Ayumi.     

"Haha haha! Nino! Nino! Kamu itu cupu banget! Hari gini masih mikirin orang tua! Orang tua ku itu gak peduli mau aku berbuat apa, yang terpenting baginya aku bahagia!" jawab Ayumi dengan nada selengean, sedangkan Nino terlihat menggelengkan kepalanya, dia tak habis pikir kalau Ayumi itu gadis yang sangat liar.     

Sambil menyeruput bir itu, Ayumi terus menyedot si garet yang ada di tangannya, dan terlihat jelas kalau dia mulai tidak sadarkan diri.     

Nino membaca ulang kemasan bir yang belum selesai dia baca tadi, dan rupanya apa yang di katakan oleh Ayumi tadi bohong, karna bir yang sudah di minum ini ternyata memiliki kadar alkohol yang cukup tinggi.     

"Ayumi, kamu bohongin aku ya?"     

"Haha! Bohong apa sih, Nino?'     

" Kamu bilang ini non Alkohol?"     

"Haha! Memangnya kalau beralkohol kenapa sih? Aku sudah habis 5 biasa aja tuh!" jawab Ayumi selengean.     

"Tapi kamu itu mabuk, Ayumi!" jawab Nino.     

"Haha! Masa?!"     

"Huuf, sebaiknya kamu hentikan jangan banyak minum! Ini semua tidak baik untuk kesehatan tahu!" tegas Nino.     

"Haha! Kamu itu payah! Eh, Nino! Kamu suka ya sama aku?" tanya Ayumi yang sangat terang-terangan.     

Namun Nino hanya terdiam dan terlihat enggan menjawabnya.     

"Kenapa diam? Aku tahu sejak awal kamu itu sudah tertarik kepadaku? Ayo jawab! Iya, 'kan?" Ayumi mencolek bagian dagu Nino.     

"Iya!" jawab Nino tegas dan singkat.     

"Nah gitu dong sebagai lelaki itu harus gentleman! Haha!"     

Nino pun hanya bisa menggelengkan kepalanya.     

"Tapi, Nino, aku tidak suka sama kamu, karna yang aku suka hanya Aldo, tapi sayangnya Aldo tidak menyukaiku!" jelas Ayumi setengah melantur.     

"Lalu apa alasan kamu mengajak ku ke rumahmu begini? Kamu itu seperti memberi harapan palsu terhadapku!"     

"Haha! Benarkah?! Tapi aku tidak memberikan harapan palsu, karna aku ingin bersenang-senang denganmu! Kamu suka aku kan?"     

"Iya! Tapi apa maksudnya, Ayumi?"     

"Ya maksudnya sekarang kita senang-senang di sini! Aku sama kamu! Tapi setelah itu bantu aku mendapatkan Aldo, kamu tahu kan kalau cinta itu tidak bisa di paksakan?"     

"Aku gak ngerti apa maksud kamu itu, Yumi!"     

"Ssst, aku suka dengan pria polos seperti mu! Biar aku ajarkan!"     

Ayumi tanpa rasa malu langsung memeluk tubuh Nino, lalu dia melepaskan kancing baju seragam sekolah Nino.     

"Apa yang akan kamu lakukan, Ayumi?!" tanya Nino.     

"Ya aku mau ajak kamu bersenang-senang, kamu menyukaiku, 'kan?"     

Nino sudah tahu Ayumi sedang mabuk dan ingin mengajaknya berkencan, tapi Nino tidak bisa menerimanya begitu saja walau dia sangat menyukai Ayumi, karna Ayumi itu sebenarnya tidak menyukainya, dia hanya suka kepada Aldo.     

Tapi enatah bagaimana ceritanya Ayumi malah mengajaknya bercinta, padahal ini jelas-jelas perbuatan yang salah, terlebih dia tinggal di Indonesia, bukan di luar negeri.     

"Aku tidak mau melakukan hal bodoh ini, Ayumi!" tegas Nino.     

"Loh kenapa, Nino? Bukannya kamu menyukaiku?"     

"Iya! Tapi tidak begini? Aku pikir kamu itu wanita baik-baik, tapi kalau melihatmu seperti ini, kamu itu seperti seorang wanita murahan saja!" cerca Nino     

"What?! Apa yang kamu bilang barusan itu?!"     

Klontang!     

Ayumi melemparkan kaleng bekas bir itu ke lantai.     

"Kamu itu laki-laki yang sok jual mahal ya? Beraninya kamu menolakku! Awas saja kalau suatu hari kamu akan menyesal karna sudah menolak berkencan denganku!" ancam Ayumi.     

Nino hanya terdiam seraya menggelengkan kepalanya, dia benar-benar tak menyangka kalau Ayumi adalah tipe wanita yang seperti ini.     

"Pantas saja, Aldo, tidak tertarik kepadamu!" cerca Nino masih sambil menggelengkan kepalanya, sambil melipat kedua tangannya.     

"Apa maksud kamu?!" tanya Ayumi dengan wajah menatang.     

"Yah, aku tidak perlu jelaskan, dan sekarang aku sudah tahu wanita seperti apa dirimu itu! Dan sekarang aku mau permisi pualng dulu ya, Ayumi! Bye!" ujar Nino sesaat sebelum dia pergi.     

"Sialan kamu! Dasar sok jual mahal! Lihat saja suatu hari nanti kamu akan menyesal!" teriak Ayumi yang marah tak karuan.     

Sedangkan Nino terus berlalu pergi meninggalkan rumah Ayumi.     

Dan Ayumi pun yang sedang berada di rumah sendirian, tampak mengamuk sejadi-jadinya di ruang tamu itu.     

Dia tak menyangka seorang pria seperti Nino yang jelas-jelas sangat menyukainya, tapi bisa-bisamya malah menolak dirinya.     

Ini seperti sebuah penghinaan bagi Ayumi, di sini tidak sebebas kehidupannya dulu, tapi di tempat yang dulu dan yang bisa membuatnya merasa bebas saja, dia sudah di usir, dia tidak bisa kembali ke Sydney lagi.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.